Sesungguhnya Allah SWT adalah dzat yang adil. Pencipta alam yang tak pilih kasih. Setiap kaum telah ia anugarahi nikmat yang tak terhitung banyaknya. Begitu juga dengan Indonesia tercinta yang telah dianugerahi dengan kelimpahan kekayaan alam. Pemanfaatan kekayaan alam yang berlimpah secara optimal dengan diiringi pelestarian secara berkelanjutan tentu akan menciptakan kemakmuran bagi seluruh rakyat. Terlepas dari manfaat yang diperoleh, maka sesunguhnya usaha menjaga dan melestarikan lingkungan merupakan tanggungjawab kita sebagai seorang kholifah di bumi. Tentunya tanggungjawab tersebut bukan hanya dijalankan sebagai penghindar dosa saja, namun juga sebagai wujud kecintaan kita kepada Sang Kholiq.
Di sisi lain, pengelolaan sumber daya alam yang buruk akan menciptakan bencana bagi umat semesta alam. Contohnya saja negara kita yang sering terkena bencana akibat pengelolaan alam yang buruk. Dari mulai banjir,tanah longsor, sampai tsunami sudah pernah terjadi di tanah air kita. Selain bencana alam, saat ini Indonesia juga tengah mengalami penderitaan batiniah yang dikarenakan kesemrawutan pendidikan di Indonesia. Kesemrawutan pendidikan di Indonesia tak lepas dari kekhilafan pemerintah yang terlalu ambisius untuk menjadikan pendidikan di Indonesia setara dengan pendidikan negara barat. Harus kita akui upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia perlu diberikan apresiasi mengingat begitu rendahnya kualitas pendidikan Indonesia saat ini.
Namun nampaknya niat baik itu tidak sejalan dengan kultur asli bangsa Indonesia dimana mayoritas penduduknya yang beragama Islam dipaksakan untuk menggunakan jubah lama pendidikan di negara barat yang dituangkan dalam sebuah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP). Penggunaan KTSP tersebut tak ubahnya sebuah penistaan pendidikan yang memprioritaskan nilai dan kegiatan remidial sebagai tolak ukur kemampuan siswa. Kegiatan remidial seolah-olah hanya merupakan usaha membantu memperbaiki nilai siswa yang anjlog, bukan untuk perbaikan konsep pengetahuan siswa.
Hal ini menjadi dilema pendidikan di Indonesia yang lebih memprioritaskan nilai daripada ilmu. Suatu evaluasi pembelajaran menjadi hal yang lumrah untuk dilaksanakan. Namun, evaluasi pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk soal yang jumlahnya terbatas menimbulkan permasalahan bahwa ilmu yang telah diperoleh siswa sering kali tidak dikeluarkan dalam soal. Maka dari itu, perlu mengadakan inovasi kurikulum untuk mengevaluasi siswa. Suatu alternatif untuk mengatasinya adalah dengan mengaplikasikan metode evaluasi yang dilakukan dalam Islam yaitu cara pembelajaran dimana kemampuan siswa tidak hanya diukur dari nilai. Namun, gurunya lah yang secara langsung mengamati peningkatan kualitas pendidikan anak didiknya. Metode pembelajaran Islam adalah metode pendidikan terpadu dimana seorang guru melakukan pengajaran secara terpadu dengan tujuan pokok untuk mengajarkan ilmu kepada anak didiknya. Di sisi lain seorang murid berkewajiban memberikan penghormatan yang tinggi terhadap guru sebagai wujud terimakasihnya atas ilmu yang telah diajarkan. Keadaan tersebut sungguh sangat berlainan dengan fenomena saat ini dimana semakin banyak murid yang meremehkan gurunya. Tak heran saat ini begitu banyak anak didik yang kesulitan menerima ilmu yang diajarkan gurunya atau bisa menerima tetapi ilmu itu tidak bermanfaat baginya karena tidak mendapat berkah dari guru yang telah mereka remehkan.
Dari sebuah konsep pendidikan Islam yang sangat menakjubkan akan dapat mengubah pola pendidikan bangsa Indonesia dengan menggabungkan hal tersebut dengan kinerja evaluasi modern. Kinerja evaluasi modern ini disebut evaluasi berbasis pengetahuan menyeluruh (MeVas PM). Aplikasi MeVas PM dilakukan dengan bahasa lisan ataupun tulisan dimana siswa ditugaskan untuk menjelaskan semua yang mereka ketahui mengenai bab yang sedang dievaluasi. Dengan begitu penilaian mengenai pengetahuan siswa menjadi sangat efektif karena tidak hanya berpacu untuk menjawab soal. Konsep Islam modern tersebut akan berhasil jika pemerintah turut berpartisipasi aktif untuk mewujudkannya dalam kurikulum di lembaga-lembaga pendidikan saat ini.
Tak semudah membalikan telapak tangan, segudang masalah menjadi alasan untuk tetap mempertahankan kurikulum KTSP. Namun, bukan tidak mungkin bahwa kurikulum MeVas PM akan teraplikasikan dengan peranan umat Islam sebagai ungkapan pembangunan Islam modern. Tentunya kepemimpinan muslim sejati yang bertaqwa menjadi sangat penting untuk mewujudkan tatanan pendidikan Islam di bumi pertiwi. Oleh karena itu sebagai umat Islam marilah kita bangkit dengan jutaan inspirasi yang inovatif dan meninggalkan pemikiran kolot namun tetap berlandaskan hukum Islam yang benar. Sesungguhnya itulah yang diharapkan agama kita. Jika anda tak percaya, maka lihatlah perjuangan Rosululloh Muhammad SAW sebagai pemimpin bangsa Arab yang bijaksana dan inovatif.
Ketika pemimpin muslim yang bertaqwa telah datang untuk membangun bangsa ini maka sudah pasti bahwa seluruh ilmu dan pendidikan Islam akan tersosialisasi secara menyeluruh di Indonesia. Sehingga akan terwujud masyarakat Islam yang berpendidikan dan berakhlak mulia.
Hendaknya itulah yang harus kita gapai sebagai umat Islam yang hidup di zaman modern. Dengan semua itu, maka akan tercapai kepemimpinan Islam sebagai tonggak kejayaan Islam sekaligus sosialisasi pendidikan Islam di Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment