Tuesday, February 16, 2016

Menjiwai Peran Perlawanan

Standard
Soal Peran
Pada hakikatnya manusia memang sama. Hanya Tuhan yang pantas menilai mana yang lebih mulia. Namun, tetap saja di dunia ini setiap manusia berbeda, setidaknya dalam peran. Tiap dari kita mengambil peran yang berbeda dan spesifik. Seorang bupati belum tentu lebih mulia daripada tukang becak, tapi tetap saja peran lah yang membedakan keduanya. Peran lah yang menuntut si A wajib berbuat begini, sedangkan si B tidak wajib, dan sebaliknya.

Peran Spesifik Kita
Sejatinya setiap manusia dilahirkan dengan takdir berbeda, walaupun esensinya sama, hidup ini adalah ujian. Kemudian dalam hidup ini kita memilih dan memutuskan akan menjalankan peran seperti apa, tentu masih dalam koridor yang digariskan Tuhan. Dengan demikian kita mengambil peran yang spesifik satu sama lain. Yang menuntut kita berbuat begini begitu, punya keahlian ini itu, dan selalu bertanggungjawab atas peran spesifik masing-masing.

Memaknai Peran Perlawanan
Perlawanan adalah kata lain dari kecintaan. Justru karena kita cinta, maka kita melawan, karena cinta adalah perlawanan. Sementara perlawanan tanpa kecintaan adalah kemunafikan dan kebohongan, karena sejatinya perlawanan dimulai dari nurani terdalam. Selama nurani masih sehat sudah barang pasti setiap orang merasa resah dengan segudang masalah di bumi. Yang jelas, sumber dari semua masalah adalah manusia itu sendiri, lebih tepatnya mereka yang dzolim dan tamak. Padahal manusia diciptakan Tuhan sebagai pemeilhara bumi. Maka tak sepantasnya merusak apa yang harusnya dijaga.

Peran perlawanan adalah peran yang diambil oleh mereka yang mecintai dan ingin apa yang dicintainya berubah lebih baik. Bahkan sekalipun dia yang dicinta sudah bebal dengan kedzoliman, peran perlawanan akan tetap berjalan. Ibarat besi yang bengkok, untuk meluruskanya lagi akan sulit. Butuh dipukul berkali-kali, pasti sakit seandainya besi bisa merasakan, belum lagi harus dihujani api agar lebih lunak, terkesan jahat dan keras, tapi begitulah, bisa jadi satu-satunya cara untuk menghentikan kerusakan adalah dengan memukul keras-keras dan membakar panas-panas.

Menjiwai Peran Perlawanan
right man in the right place”, satu-satunya cara untuk membuktikan bahwa seseorang tepat atau tidak menempati peran tertentu adalah dengan melihat hasil kerjanya. Seberapa banyak, seberapa besar, seberapa gigih kah kerja berlangsung hingga tercipta perbaikan nyata. Tentu ini tak mudah, sering diawali jet lag karena belum mampu menyesuaikan dengan peran baru. Tapi, justru inilah tantanganya. Bagaiamana cara dan secepat apa kita bisa segera menyesuaikan diri dalam menjalani peran baru.

Hingga akhirnya dalam menjalankan peran kita harus paham bahwa ada soul atau jiwa yang harus menyertai. Mungkin orang lebih sering menyebut passion. Menjiwai apa peran yang sedang kita jalankan berati berusaha mencintai apa yang dilakukan. Mereka yang demikian adalah orang yang tidak terjebak dalam cinta buta, menjalankan hanya yang dicintai tanpa mencoba mencintai apa yang dilakukan.

Menjiwai peran perlawanan menjadi sangat abstrak untuk dilakukan jika tanpa teman seperjuangan. Namun  justru itu tantanganya, bisa jadi peran perlawanan dimulai dari seorang saja. Kemudian menjalar dan berkembang memunculkan perlawanan lain. Sebuah perlawanan yang mengehegemoni, yang nantinya akan menciptakan perubahan besar, dimulai dari satu orang. Lalu siapakah orang itu? aku? kamu? atau orang lain? Biarlah waktu yang menjawab. Yang jelas peran perlawanan harus dimulai dengan menjiwai, dimulai dari hati, dilantangkan dengan lisan, dan dikokohkan dengan perbuatan. Menjiwai peran perlawanan adalah janji seorang intelektual. Mereka yang hati dan pikiranya masih terkoneksi dengan baik sehingga sadar bahwa ada banyak masalah yang harus diselesaikan dengan perlawanan. Siap melawan? (AZ)

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment