All people have brain, but only
few use their mind
Perbedaan mendasar manusia
dibanding makluk lain ada pada otaknya. Jika makhluk lain memiliki otak hanya
sebagai pusat koordinasi tubuh, otak manusia tak demikian. Otak manusia
dirancang untuk mampu menganalisis dan membuat penyelesaian masalah. Intinya
perbedaan mendasar itu terletak pada penggunaan otak untuk berpikir atau tidak.
Sebagai makhluk yang berpikir
tentu manusia mestilah mampu memproduksi sintesis dari pemikiranya tersebut.
Sintesis itu hadir sebagai intisari dari berbagai tesis dan antitesis yang
ditemui. Semakin luas pengetahuan seseorang maka semakin berkualitas sintesis
yang dihasilkan. Satu yang perlu juga diketahui bahwa sintesis lahir sebagai
jawaban atas berbagai persoalan yang muncul.
Memulai dengan kuriositas
Kuriositas atau keingintahuan
menjadi pondasi untuk berpikir. Tanpa rasa ingin tahu yang tinggi seseorang
hanya akan terkungkung pada doktrin atau pandangan sempit tentang sesuatu.
Kuriositas yang rendah lah yang menjadikan seseorang malas membaca, diskusi,
berpikir, mengkritisi dan cenderung pasif. Maka membangun budaya berpikir perlu
dilakukan dengan meningkatkan kuriositas. Selalu ingin tahu tentang apa,
mengapa, bagaimana dan seterusnya.
Baca, baca, baca menjadi awal
yang sangat penting untuk memupuk kuriositas. Walaupun berat, ngantuk, dan
cenderung tak mengenakan tapi inilah langkah yang harus diambil bagi siapapun
yang ingin berkembang. Dengan mengalokasikan waktu yang lebih untuk membaca
secara kritis maka perlahan kuriositas diri akan terbentuk.
Memupuk semangat baca sebagai
awal pembentukan budaya berpikir telah lama dilakukan oleh pendahulu kita dalam
catatan sejarah manusia. Uniknya mereka selalu menyimpan sisi manusiawi dalam
berproses, persis seperti kita. Jika kita merasa ngantuk, mereka juga, luar
biasanya mereka memilih teguh berjuang melawan kantuk untuk terus membaca dan
berpikir. Kita? Semoga demikian pula. (AZ)
0 komentar:
Post a Comment