Monday, March 28, 2016

Memaknai Inspirasi

Standard
Akhir-akhir ini kata “inspirasi” santer digunakan sebagai brand. Dari mulai media, produk, hingga nama kabinet di organisasi yang saya pimpin pun menyertakan kata “inspirasi”. Nampaknya kata “inspirasi” telah menjelma menjadi tren masyarakat Indonesia saat ini.

Apa pasal? Mari kita tilik dari arti kata “inspirasi” itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam KBBI kata “inspirasi” bermakna “ilham”. Dengan kata lain, bentuk aktif kata “inspirasi” tersebut memiliki makna “mengilhami”. Atau sebuah cita-cita bahwa pihak lain akan turut tergerak berbuat kebaikan bersama sang inspirator.

Lantas jika demikian mestinya pihak yang membawa cita-cita “inspirasi” bisa benar-benar siap secara personal/kelembagaan sebelum pada akhirnya meginspirasi. Apakah ini bentuk kejumawaan? Atau egosentrisme? Bukan! Justru kata “inspirasi” tersebut akan berperan sebagai pecut yang memacu personal/lembaga untuk terus memperbaiki diri hingga bisa matang secara internal pribadi. Bukan kah sudah sewajarnya cita-cita itu tinggi? Serta mampu memacu untuk terus bergerak melakukan perbaikan? Jika cita-cita tak tinggi, pantaskah disebut cita-cita?

Singkatnya, inspirasi sebagai kata yang melekat sebagai cita-cita sangat relevan digunakan untuk memacu gerak personal/lembaga yang lebih progresif. Sementara dampak tercapai atau tidaknya cita-cita inspirasi tersebut bisa dibilang memang abstrak, sekalipun jelas bahwa masih ada banyak orang yang butuh “ilham” atau “inspirasi” untuk memulai kebaikan. Tak perlu ragu, satu yang mesti kita tahu bahwa setiap kebaikan yang kita perbuat memiliki nilai inspirasi, sekecil apapun. (AZ)

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment