Waktu terus berjalan
mengarungi lautan kehidupan yang fana ini dengan amat sigap. Kesigapanya
melebihi sigapnya jendral perang, tak pernah lalai barang sedetik pun. Ia
selalu awas menatap setiap langkah diri, melaju tanpa keluh kesah. Dan bersama
itu pula diri ini kian menua, berkurang usia.
Ini adalah ramadhan ke-22 ku
sejak pertama dilahirkan di 1994. Dan aku tak tahu akan ada berapa ramadhan
lagi dalam hidupku. Semoga saja ini bukan yang terakhir.
Di setiap fase kehidupan
selalu saja menyimpan kisah menarik. Kini aku adalah seorang mahasiswa awal
semester 9 yang sedang berkutat dengan skripsi dan beramanah di organisasi.
Ramadhan kali ini menjadi sarana yang ampuh bagiku untuk merenungi kembali
apa-apa yang telah dan sedang terjadi. Terkhusus 6 bulan di 2016 ini, sudah
seberapa baik diri ini bertindak?
Di penghujung 6 bulan ini
saya mengakhiri fase menjadi santri di Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM)
Baiturrahman. Setelah 2 tahun menimba ilmu disana, bergulat dengan dinamika
diri, bahkan sempat beberapa kali ingin keluar, syukur lah akhirnya semua usai,
semoga dengan khusnul khotimah.
Selebihnya tentang suka duka belajar di PPM Baiturrahman akan saya bahas dalam
tulisan lain.
Selain di PPM Baiturrahman
kegiatan saya lebih banyak fokus di organisasi, dibarengi dengan mengerjakan
proposal skripsi. Secara matematis mestinya proposal skripsi yang sudah saya
mulai kerjakan di Agustus 2015 harusnya sudah selesai. Tapi fakta berbicara
lain, setelah 5 kali ganti judul dan sudah hampir selesai, dengan pertimbangan
yang matang akhirnya saya putuskan untuk kembali mengganti judul dan konsep
penelitian untuk ke 6 kalinya. Dan khusus yang ke-6 ini sangat berbeda dengan
judul sebelumya. Ini adalah proposal terlama yang pernah saya kerjakan.
Biasanya untuk proposal penelitian atau bahkan karya tulis ilmiah full kurang
lebih hanya butuh 1 bulan saja. Semoga pengerjaan proposal lain tidak selama
ini (re: proposal nikah).
Ada banyak evaluasi di 6
bulan ini. Walaupun ini bukan pertama kali saya memegang amanah publik, saya
merasa ada perbedaan dengan amanah yang saya emban sekarang ini. Menjadi
seorang Presiden Mahasiswa BEM KM UGM dengan tanpa mengambil SKS kuliah
ternyata tetap saja menguras pikiran. Lagi-lagi secara matematis, hitung demi
hitung mestinya dalam semester lalu bisa-bisa saja selain aktif berorganisasi,
proposal skripsi selesai, mengejar targetan pesantren, dan bahkan dibarengi
dengan beberapa hal lain untuk dikerjakan.
Satu bulan penuh ramadhan
telah usai, mengajarkan kita arti penting sebuah proses. Bagiku ramadhan adalah
bulan muhasabah, menghitung amalan
dan dosa diri, seberapa jauh kah melangkah? Dan di momen ramadhan kita menjadi
kepompong, lalu lahir kembali sebagai kupu-kupu cantik saat 1 syawal. Yah,
sekali lagi kita diminta untuk serius memaknai ramadhan sebagai bagian penting
dalam rangka akselerasi perbaikan diri. Mungkin ini salah satu alasan kenapa
iming-iming pahala di bulan ramadhan begitu menggiurkan, berlipat ganda tiada
tara. Karena ramadhan adalah bulan berkepompong, bulan akselerasi perbaikan pribadi.
Ada begitu banyak amalan
baik yang kita lakukan di ramadhan, tapi tidak di bulan-bulan sebelumnya.
Terutama kita diminta untuk memperbanyak tilawah dan amalan sunnah. Dalam buku
karya Ustadz Felix Siauw, karakter baik bermula dari kebiasaan baik. Dan
ramadhan mengajari kita untuk membiasakan kebaikan. Selama kurang lebih 30 hari
kita ditempa untuk konsisten atau bahkan progresif dalam tilawah, tarawih,
puasa, serta amalan lain. Itulah pola pembiasaan yang coba dibentuk dalam
madrasah ramadhan. Dan lebih jauh, jika kita bisa mengambil hikmah secara
lebih, itu semua mengajarkan pada kita tentang hidup ini.
Bagaimana kita berproses,
yang paling penting adalah tentang kekonsistenan. Menapaki setiap tingkat anak
tangga tanpa melupakan hal-hal dasar sebagai seorang muslim. Bagaimana kita sukses
duniawi tapi tetap menjalankan amalan harian secara istiqomah. Dan pada akhirnya kesuksesan duniawi pun akan mengikuti
jejak kekonsistenan kita dalam kebaikan.
Pertanyaan paling dasar
pasca ramadhan ini, betulkah kita sudah jadi kupu-kupu cantik? Semua itu hanya
akan bisa terjawab dengan melihat seberapa konsisten kah kita membiasakan kebaikan pasca ramadhan
ini. (AZ)
0 komentar:
Post a Comment