Wednesday, July 6, 2016

Ramadhan 1437 Hijriyah

Standard
Waktu terus berjalan mengarungi lautan kehidupan yang fana ini dengan amat sigap. Kesigapanya melebihi sigapnya jendral perang, tak pernah lalai barang sedetik pun. Ia selalu awas menatap setiap langkah diri, melaju tanpa keluh kesah. Dan bersama itu pula diri ini kian menua, berkurang usia.

Ini adalah ramadhan ke-22 ku sejak pertama dilahirkan di 1994. Dan aku tak tahu akan ada berapa ramadhan lagi dalam hidupku. Semoga saja ini bukan yang terakhir.

Di setiap fase kehidupan selalu saja menyimpan kisah menarik. Kini aku adalah seorang mahasiswa awal semester 9 yang sedang berkutat dengan skripsi dan beramanah di organisasi. Ramadhan kali ini menjadi sarana yang ampuh bagiku untuk merenungi kembali apa-apa yang telah dan sedang terjadi. Terkhusus 6 bulan di 2016 ini, sudah seberapa baik diri ini bertindak?

Di penghujung 6 bulan ini saya mengakhiri fase menjadi santri di Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Baiturrahman. Setelah 2 tahun menimba ilmu disana, bergulat dengan dinamika diri, bahkan sempat beberapa kali ingin keluar, syukur lah akhirnya semua usai, semoga dengan khusnul khotimah. Selebihnya tentang suka duka belajar di PPM Baiturrahman akan saya bahas dalam tulisan lain.

Selain di PPM Baiturrahman kegiatan saya lebih banyak fokus di organisasi, dibarengi dengan mengerjakan proposal skripsi. Secara matematis mestinya proposal skripsi yang sudah saya mulai kerjakan di Agustus 2015 harusnya sudah selesai. Tapi fakta berbicara lain, setelah 5 kali ganti judul dan sudah hampir selesai, dengan pertimbangan yang matang akhirnya saya putuskan untuk kembali mengganti judul dan konsep penelitian untuk ke 6 kalinya. Dan khusus yang ke-6 ini sangat berbeda dengan judul sebelumya. Ini adalah proposal terlama yang pernah saya kerjakan. Biasanya untuk proposal penelitian atau bahkan karya tulis ilmiah full kurang lebih hanya butuh 1 bulan saja. Semoga pengerjaan proposal lain tidak selama ini (re: proposal nikah).

Ada banyak evaluasi di 6 bulan ini. Walaupun ini bukan pertama kali saya memegang amanah publik, saya merasa ada perbedaan dengan amanah yang saya emban sekarang ini. Menjadi seorang Presiden Mahasiswa BEM KM UGM dengan tanpa mengambil SKS kuliah ternyata tetap saja menguras pikiran. Lagi-lagi secara matematis, hitung demi hitung mestinya dalam semester lalu bisa-bisa saja selain aktif berorganisasi, proposal skripsi selesai, mengejar targetan pesantren, dan bahkan dibarengi dengan beberapa hal lain untuk dikerjakan.  

Satu bulan penuh ramadhan telah usai, mengajarkan kita arti penting sebuah proses. Bagiku ramadhan adalah bulan muhasabah, menghitung amalan dan dosa diri, seberapa jauh kah melangkah? Dan di momen ramadhan kita menjadi kepompong, lalu lahir kembali sebagai kupu-kupu cantik saat 1 syawal. Yah, sekali lagi kita diminta untuk serius memaknai ramadhan sebagai bagian penting dalam rangka akselerasi perbaikan diri. Mungkin ini salah satu alasan kenapa iming-iming pahala di bulan ramadhan begitu menggiurkan, berlipat ganda tiada tara. Karena ramadhan adalah bulan berkepompong, bulan akselerasi perbaikan pribadi.

Ada begitu banyak amalan baik yang kita lakukan di ramadhan, tapi tidak di bulan-bulan sebelumnya. Terutama kita diminta untuk memperbanyak tilawah dan amalan sunnah. Dalam buku karya Ustadz Felix Siauw, karakter baik bermula dari kebiasaan baik. Dan ramadhan mengajari kita untuk membiasakan kebaikan. Selama kurang lebih 30 hari kita ditempa untuk konsisten atau bahkan progresif dalam tilawah, tarawih, puasa, serta amalan lain. Itulah pola pembiasaan yang coba dibentuk dalam madrasah ramadhan. Dan lebih jauh, jika kita bisa mengambil hikmah secara lebih, itu semua mengajarkan pada kita tentang hidup ini.

Bagaimana kita berproses, yang paling penting adalah tentang kekonsistenan. Menapaki setiap tingkat anak tangga tanpa melupakan hal-hal dasar sebagai seorang muslim. Bagaimana kita sukses duniawi tapi tetap menjalankan amalan harian secara istiqomah. Dan pada akhirnya kesuksesan duniawi pun akan mengikuti jejak kekonsistenan kita dalam kebaikan.

Pertanyaan paling dasar pasca ramadhan ini, betulkah kita sudah jadi kupu-kupu cantik? Semua itu hanya akan bisa terjawab dengan melihat seberapa konsisten kah kita membiasakan kebaikan pasca ramadhan ini. (AZ)

0 komentar:

Post a Comment