Amanah adalah
bentuk kepercayaan orang lain kepada kita. Ia datang pada orang yang tepat.
Baik sebagai ujian ataupun bentuk penghinaan dari Tuhan. Ketika ia hadir
sebagai ujian tentunya akan ada beban yang dipikul, beban yang berat, beban
yang membuat jiwa raga terkoyak saking beratnya. Namun demikian jika benar
amanah itu sebagai ujian maka ia bernilai keberkahan, pemuliaan, dan jalan
pengokoh jiwa raga. Sebaliknya jika amanah tersebut bernilai istidroj yang membuat kita makin jauh
dari Tuhan dan tentunya akan menghinakan kita, maka segala yang dihadapi dalam mengemban amanah akan
mengantarkan kita pada murka Allah. Na’udzubillah.
Tinggal kita berkaca, menyadari, dan memilih apakah amanah yang kita emban akan
mengantar kita menjadi mulia atau malah pribadi hina dina.
Menjadi
seorang pemimpin berarti mengemban amanah. Begitu beratnya menjadi pemimpin, ia
lah orang pertama yang dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT diakhirat
kelak terhadap apa yang ia pimpin. Pemimpin haruslah kokoh, kuat, tangguh dan berani
mengambil langkah. Semangatnya adalah semangat perbaikan, semangat cinta, dan
semangat kebermanfaatan. Ia berjuang dengan segenap jiwa raga untuk Rabb-nya.
Core, bermakna sebuah inti yang selalu
menjadi poin penting bagi seorang pemimpin dalam mengambil keputusan.
Seringkali itu disebut dengan prinsip. Maka segala kebijakan yang diambil
seorang pemimpin tidaklah boleh melanggar dari prinsip tersebut. Disinilah
alasan kenapa seorang pemimpin harus kokoh.
Menjadi seorang pemimpin yang dicintai
Menjadi
pemimpin yang dicintai semua orang adalah hal yang sulit. Karena pasti saja
akan ada orang yang membenci atau menentang kita. Maka cukuplah orang solih
lagi baik yang setia denganmu jika pada akhirnya semua orang membencimu.
Percayalah, ketika engkau melakukan yang Allah cintai niscaya orang-orangpun
akan mencintaimu.
Kasih
sayang dan kesabaran adalah senjata seorang pemimpin. Bagaimana kemudian ia
bisa meng-influence orang lain tanpa
ia merasa diperintah atau disuruh. Cobalah mulai percakapan dengan senyum, kalimat tanya, dan keramahan.
Sebisa mungkin hindari kalimat perintah. Ketika terdapat perbedaan pendapat,
janganlah kita berhenti tersenyum, tetaplah ramah, anggap ia bukan sebagai
bawahan kita tapi partner kita.
Jika engkau bersalah
Permintaan
maaf bukanlah hal yang menghinakan, melainkan suatu simbol kedewasaan berpikir
dan kebesaran jiwa. Karena setiap pemimpin pastilah punya kesalahan sekecil
apapun, kecuali Rosululloh SAW yang selalu dibimbing Allah SWT. Minta maaflah
secara substansial terhadap yang kita lakukan, namun demikian cobalah
menjelaskan kenapa itu terjadi sebagai wujud tanggungjawab moralmu.
Jika engkau dikritisi sampai habis
Setiap orang
berhak berpendapat dan berhak mengkritisi seorang pemimpin dari sudut manapun, it’s the point. Maka seorang pemimpinlah
yang harus bersabar dan berjiwa besar menerima kritikan dari setiap orang,
walaupun tidak semua orang benar dalam mengkritisi.
Jadikan
segala bentuk kritikan itu batu loncatan untuk lebih baik bagi pribadi maupun
komunitas yang dipimpin. Karena setiap hal juga bernilai sebagai proses
pembelajaran, maka janganlah segan berproses!. Jika engkau kerap kali menemukan
kritikan yang bertentangan dengan pendapatmu, maka kembalikan dengan jawaban
dan penjelasan santun, dan tentunya jangan lupa tersenyum.
Tujuan utama memimpin bukanlah untuk berpolitik, melainkan perbaikan