“Bagimu agamamu, bagiku agamaku”
Bahkan dalam beragama sama sekali
tak ada paksaan, apa lagi dalam kerja-kerja duniawi. Setiap insan beramal
sesuai kadar imannya, tak bisa dipaksakan. Amalan menebar kebaikan akan redup ghiroh nya dan berakhir dengan
keterpurukan jikalau terlahir dari keterpaksaan.
Dasar amal adalah paham,
kepahaman seiring dengan ilmu. Maka sebelum kita ingin benyak beramal dan
membuat orang lain banyak beramal kita punya tugas untuk membuat paham dengan
ilmu.
“Ilmu bernilai tanpa amal, amal tak bernilai tanpa ilmu”
Itulah hakikat karena manusia
bukan robot atau boneka. Setiap degup jantungnya adalah kehidupan. Setiap
amalnya adalah ketulusan berasas kepahaman.
Dalam suatu komunitas kurang elok
memaksakan sesuatu pada anggota. Sekalipun dengan tujuan baik untuk membuat
kerja-kerja lebih progresif. Alangkah lebih indah kerja nyata itu terpancar
atas dasar kepahaman dan inisiatif, bahkan atas dasar cinta.
Itulah PR sulit seorang pemimpin,
menggerakan. Pemimpin hebat akan mampu menggerakan orang yang dipimpin atas
dasar kepahaman, bahkan mampu menanamkan cinta hakiki dalam sanubari yang
dipimpin. Tak mudah, semua butuh proses. Bagi kita yang belum mencapai derajat
setinggi itu tak perlu meratapi nasib. Apalagi bagi kita yang masih muda, insha Allah kita masih punya cukup waktu
untuk mengakselerasi ketertinggalan. Yang mesti kita lakukan saat ini adalah aslih nafsaka wad’u ghoiraka wasta’in
billah (perbaiki dirimu, seru orang
lain, berserah kepada Allah). Mari berproses.
0 komentar:
Post a Comment