Pernahkah kita lihat, ada pelajar yang terlihat biasa-biasa saja dalam belajar tapi selalu berhasil mendapat nilai fantastis?. Atau pelajar yang sudah mati-matian belajar tapi tetap saja nilainya jelek?. Mungkin juga kita pernah melihat pelajar yang sibuk kesana kemari dengan begitu padat aktivitasnya tapi tetap jadi juara kelas. Dan setelah lulus mungkin kita juga pernah tahu ada alumni dengan IPK 'premium' jauh lebih mudah mendapat pekerjaan yang layak dibanding yang ber IPK 'cumlaude'.
Kadang kita bingung kenapa bisa demikian?. Hingga kita pun sempat disajikan data-data yang menjelaskan bahwa IPK bukan satu-satunya penentu diterimanya seseorang dalam kerja. Cukup rasional. Tapi tetap saja ada perkara yang ganjil dan belum bisa terjawab mengenai fenomena pelajar diatas. Bagaimana mungkin itu terjadi?.
Waktu demi waktu berjalan dan tentunya banyak hal berubah di dalam sistem pendidikan kita. Dulu banyak guru dikenal 'angker', sekarang sebaliknya, hampir tak ada. Dulu dengan mudah guru memarahi atau bahkan menggunakan kekerasan pada muridnya, sekarang sebaliknya, bisa-bisa guru masuk bui jika berbuat demikian. Perbaikan cara guru mengajar di Indonesia memang harus diakui. Ketika guru memperbaiki etika mengajarnya pada murid, apakah demikian pula cara murid memperlakukan guru?.
Faktanya kini kita menemukan begitu banyak murid mencaci, menghina, dan mengolok-olok gurunya tanpa sungkan. Jika guru keliru si murid tak selalu berusaha menjalin komunikasi baik pada gurunya, namun malah menghujat dibelakang. Ini bukan rahasia lagi, semua sudah tahu. Bahkan ada julukan-julukan aneh yang diberikan murid pada gurunya. Misalkan guru yang cerewet diberi julukan 'si comel'. Demikian juga guru lain yang pastinya punya kekurangan. Terutama guru yang agak pelit nilai pasti akan jadi sasaran empuk gosipan para siswa.
Sebenarnya jika kita renungi secara mendalam, nampaknya ada etika murid yang menurun. Dulu yang saya tahu dari para orang tua, guru menjadi orang yang sangat disegani. Boro-boro dicaci, guru selalu jadi sosok yang dihargai. Seolah banyak yang lupa bahwa dalam belajar kita mengharapkan keberkahan dari ilmu. Dan syarat keberkahan itu salah satunya adalah dengan memenuhi adab menuntut ilmu, khususnya adab kepada guru.
There is invisible hand

Maka bagi seorang pelajar menjadi sangat penting untuk mempelajari dan berusaha menerapkan adab menuntut ilmu, terutama bagaimana memuliakan guru sebagai orang yang mengajari kita ilmu. Jika adab menuntut ilmu diterapkan dengan baik in shaa Allah akan ada kemudahan dalam belajar, We must be remember about the invisible hand. Allah yang berkehendak memuliakan siapapun dengan ilmu. Dengan demikian keberkahan pun in shaa Allah lebih dekat. Bukankah keberkahan itu yang kita inginkan?. Karena keberkahan lah yang menjadikan hidup tentram dan bahagia. Inilah saatnya kita kembali menengok bagaimana diri kita dan bersiap memperbaikinya.
0 komentar:
Post a Comment