Ketika kita ingin lebih mulia daripada yang lain, apakah wajar?.
Dan ketika kita ingin menjadi pemenang diantara yang kalah, apakah wajar?.

Hingga pada suatu waktu semua sadar bahwa menang dan kalah adalah kewajaran. Kadang kita kalah, kadang juga menang. Kadang kita bahagia karena menang, kadang kita menangis karena kalah. Keduanya silih berganti dipergilirkan.
Dalam lingkup terkecilpun kita berlomba. Sebagaimana berlombanya diri yang berusaha menang atas nafsu. Sebagaimana semangat bekerja yang berusaha menang atas lelah. Kita terus berlomba di setiap detiknya untuk jadi pemenang.
Sampai pada suatu kertika kemenangan hakiki itu tiba. Disanalah piala kemenangan sesungguhnya kita terima. Hasil dari kemenangan yang jumlahnya lebih banyak dari kekalahan. Kemenangan akumulatif yang diperjuangkan dengan cucuran kringat, darah, dan air mata.
Maka berkejar-kejaran menuju kemenangan menjadi utama. Dimana kemuliaan itu didapat. Dimana cinta itu diraih. Dan dimana kelegaan telah bermetamorfosa menjadi kenikmatan yang mengalir disekujur tubuh karena jiwa ini telah berlomba, terkoyak, penuh luka perjuangan.
0 komentar:
Post a Comment