Menjadi seorang muslim (orang
yang beragama Islam) bukan sekadar status. Namun, sebuah pilihan yang
mengandung banyak konsekuensi. Seorang muslim wajib mengamalkan segala perintah
Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Yang
barang tentu keduanya sama sekali tak ringan. Sebagaimana karakter jalan dakwah
(jalan hidup seorang muslim) itu sendiri yang berkelok, panjang, menanjak, penuh
duri dan sepi. Namun, sekalipun demikian ini lah jalan terbaik yang harus ditempuh
untuk mendapat ridho-Nya. Saksikanlah bahwa aku seorang muslim.
Bagi saya menjadi
seorang muslim berarti siap untuk selalu melakukan perbaikan pada diri sendiri
dan umat. Perbaikan diri yang konsisten dan berkesinambungan menjadi sangat
penting. Sebagaimana Allah tegaskan bahwa barang siapa yang menjadi lebih baik
di setiap satuan waktu mendatang akan mendapat keberuntungan, barang siapa yang
statis akan mendapat kerugian, dan barang siapa yang lebih buruk akan celaka.
Bisa kita pahami perbaikan diri menjadi sangat penting karena tak mungkin mampu
pribadi bermasalah menjadikan umat lebih baik. Kesadaran kolektif akan
pentingnya perbaikan diri akan menjadikan kondisi umat pun membaik.
Maka, bersama
perbaikan diri perlu ada segolongan kaum yang menyeru pada kebajikan,
membangkitkan kesadaran akan pentingnya perbaikan pribadi. Itulah kemudian yang
kita sebut sebagai orientasi dakwah. Yaitu menyeru dan memperbaiki umat dengan
melakukan penyadaran serta memberi pemahaman dan pengetahuan. Sekali lagi ini jalan
yang tak mudah, berkelok, panjang, menanjak, penuh duri dan sepi. Tapi inilah
jalan dakwah, jalan seorang muslim mengarungi kehidupanya.
Tiga paragraf
di atas menegaskan bahwa aku adalah seorang muslim. Sedangkan pada paragraf ini
aku akan menegaskan tentang identitasku sebagai seorang Indonesia. Yang mana
identitasku sebagai seorang muslim berhubungan erat dengan identitasku sebagai
seorang Indonesia. Islam mengajarkan pada pemeluknya agar memiliki nasionalisme
yang tinggi pada negaranya. Seorang muslim mestilah membela negaranya
mati-matian, mencintainya, dan bersemangat dalam membangun negaranya. Pun
demikian, negaraku Indonesia adalah negara yang lekat dengan Islam, dari mulai
sejarah, kultur masyarakat, hingga asas negara yang menekankan poin ketuhanan
yang maha esa.
Indonesia
bagiku bukan sekadar kumpulan pulau dan lautan, namun juga barisan
manusia-manusia yang ditakdirkan Allah untuk saling mengenal dalam bingkai
keragamannya. Kita sama-sama mengerti, jika bicara manusia tak selesai pada
angka catatan sipil yang ada. Tapi bicara soal manusia adalah tentang komponen
jiwa dan raga yang menyatu. Dan kedua komponen itu ada pada dua ratus lima puluh juta manusia Indonesia.
Hingga bagiku ke-Indonesian-an ku adalah tentang perjuangan mati-matian untuk
menjadikan negara ini lebih baik.
Inilah aku
seorang pemuda muslim Indonesia yang telah bertekad dalam diri untuk selalu
memperbaiki diri dan melakukan perbaikan pada Indonesia tercinta. Bismillah.
(AZ)
0 komentar:
Post a Comment