Thursday, November 28, 2013

Menjadikan Mahasiswa FK Peduli Terhadap Isu Politik

Standard
Literatur sejarah telah mencatat kerasnya perjuangan bangsa ini untuk mendapatkan kemerdekaanya. Pengorbanan jiwa, raga, harta, dan tahta melebur menjadi satu, merujuk pada satu cita, merdeka!. Hingga pada suatu masa, proklamasi kebebasan jiwa pun menjadi nyata, Indonesia merdeka.

Ratusan tahun terbelenggu dalam kedzoliman sang budak nafsu menjadikan nurani bergetar, kami harus merdeka!. Tekat yang semakin memuncah pun akhirnya terlahir dalam wujud gerakan-gerakan nyata. Dimotori kaum cendekia, Nusantara bangkit dalam satu tujuan mulia, mensucikan hak-hak manusia.

Tahun ini, seratus lima tahun sudah kebangkitan kita. Berawal dari gagasan dan motivasi sang cendekia hebat, dr. Wahidin Soedirohusodo. Lahirlah Boedi Utomo oleh Soetomo, Soeraji, Muh Saleh, dan Gunawan pada 20 Mei 1908. Boedi Utomo adalah pelopor pergerakan kebangkitan nasional Indonesia. Maka, setiap 20 Mei kita dapati sebagai peringatan Kebangkitan Nasional.

Begitulah sejarah bermula hingga akhirnya Indonesia mendapatkan haknya, merdeka!. Tak sampai disitu, sejarah pun terus bergulir hingga munculah kembali rezim yang menindas. Nurani pun kembali berteriak, dan lagi-lagi kaum cendekialah yang menjadi motor penggerak kebebasan.

Ingatkah kita tragedi berdarah semanggi?. Cendekia muda berjuang menghadapi rezim yang korup, menuntut kebebasan rakyat. Korban bergelimangan, bahkan ada yang tewas. Lagi-lagi disitu kita temukan identitas, mahasiswa kedokteran, syahid dalam perjuanganya.

Terlihat jelas, peranan civitas medika dalam perjuangan bangsa ini. Merekalah intelektual yang visioner dan progresif, berfikir melampaui zamanya. Tidak hanya berkutat pada rutinitas klinisnya, mereka berjuang memperbaiki tatanan masyarakat. Cita mereka mulia, menyembuhkan kronisnya penyakit bangsa ini.
Lagi-lagi kita bicara zaman yang terus bergulir, belum genap dua windu sejak reformasi, keadaan berubah!. Civitas medika yang dulu dikenal ramah pada bangsanya, kini tak lagi demikian. Begitu banyak yang berpola hidup borjuis, lupa pada proletal; banyak yang berkutat hanya di akademis, lupa pada humanis; banyak yang berpikir tentang materil, lupa pada rakyat yang kerdil.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada para civitas medika, saya hanya menulis tentang opini publik yang merebak. Bukanya saya benci pada mereka, melainkan hanya ngilu dalam dada. Mereka itu orang-orang berakal briliant, sangat disayangkan jika digunakan hanya berorientasi pribadi. Bangsa ini butuh kalian wahai si pemilik otak emas!.

Rasanya semakin ngilu saja ketika publik berkoar tentang sikap alergi anak kedokteran terhadap politik. Fakta kah?, atau sekedar gosip belaka?. Hampir satu setengah tahun saya bergaul dengan para civitas medika. Saya pun merasakan sikap anti pati terhadap politik, atau lebih halusnya “sikap kurang peka”. Banyak dari mereka yang berfokus pada akademik saja, tanpa berusaha berkarya lebih sebagaimana yang seharusnya mereka bisa lakukan.

Jangankan berpolitik, mendengar kata politik saja barangkali terdengar asing di telinga mereka. Apakah benar-benar politik itu terpikir sangat rumit bagi mahasiswa kedokteran yang selalu sibuk dengan tuntutan akademisnya?. Sungguh disayangkan, semoga tidak berkelanjutan.

Kata Ibu dr. Siti Fadilah ada dua pilihan untuk kita, berpolitik atau dipolitisasi!. Tidak harus seseorang terjun langsung dalam politik praktis, tapi paling tidak peduli saja itu cukup!. Sudah jelas, kita tidak mau kan dipolitisasi, maka pedulilah pada isu politik yang rumit itu.

Entah bagaimana cara terefektif untuk menyadarkan mahasiswa kedokteran agar tanggap terhadap isu poitik. Namun, yang jelas perlu campur tangan berbagai pihak untuk mewujudkanya. Salah satu pihak yang berperan penting terhadap upaya tersebut adalah Badan Eksekutif Mahasiswa.

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) mengambil peranan yang penting dalam upaya edukasi tersebut. Melalui paparan informasi, komunikasi, dan fasilitasi. Informasi yang diberikan oleh BEM dalam bentuk media cetak, elektronik atau pun hanya sekedar poster akan meningkatkan pengetaahuan mahasiswa seputar berita politik. Paparan yang terus berlanjut tersebut akan meningkatkan kesadaran mereka mengenai urgensi politik.

Demikian pula komunikasi, akan memberikan dampak yang signifikan dalam proses interaksi antar komunikator. Pengurus BEM yang sudah dibiasakan terpapar oleh isu politik akan memiliki pengaruh pada lingkungan pergaulanya. Dalam proses pregaulan, akan terjadi komunikasi inter personal yang intensif. Dengan demikian menjadi sangat penting bagi pengurus BEM untuk peduli terhadap isu politik yang berkembang.

Upaya fasilitasi yang dilakukan oleh BEM dapat berupa mengadaan kegiatan strategis untuk memahamkan mahasiswa kedokteran tentang isu politik. Kajian isu, bedah parpol ataupun seminar tentang health policy  yang akan meningkatkan kesadaran politik mahasiswa FK. Semua upaya sederhana tersebut adalah langkah awal yang bisa dilakukan saat ini. Maka, untuk keberlanjutan upaya peningkatan kesadaran mahasiswa kedokteran terhadap isu politik sangat dibutuhkan dukunga dari semua pihak¸ termasuk pemangku kebijakan

2 comments:

  1. di share di fb aja nih tulisan2mu li, biar temen2 bisa ikut sebar juga. setuju banget deh tentang pendidikan politik untuk fk

    ReplyDelete
  2. Siap mba, makasih udah berkunjung :)

    ReplyDelete