Friday, March 6, 2015

Sebelum Menyampaikan

Standard
Bicara soal makanan tentu sudah sangat biasa bagi mahasiswa Gizi. Makanan sebagai kebutuhan primer manusia tak mungkin lepas dari sejarah perjalanan mausia. Karena itulah ilmu gizi hadir sebagai respon terhadap perkembangan makanan yang beriringan dengan berkembangnya peradaban dunia.

Sekolah-sekolah gizi pun bermunculan di berbagai penjuru dunia. Melahirkan nutritionist dan dietitian handal. Dimana mereka punya peran untuk memperbaiki gizi masyarakat. Lebih spesifik mereka punya peran mengubah kebiasaan makan manusia agar lebih bergizi, sesuai kebutuhan, dan tentu sehat. Dalam proses pendidikan sebagai calon ahli gizi setiap orang dituntut untuk menjadi expert, handal secara keilmuan dan praktik.

Terus terang, tulisan ini saya buat sebagai respon terhadap isi khutbah jum'at hari ini, tentang makanan. Rasanya tertohok betul. Sudah dua setengah tahun lebih belajar tentang gizi tapi belum mampu mengimplementasikan ilmunya pada diri sendiri. Jika demikian bagaimana bisa membuat orang mengubah kebiasaan makannya sementara mengubah kebiasaan makan sendiri saja belum bisa.

Bukan sedang menyalahkan institusi, namun nyatanya pendidikan gizi sekarang ini lebih berorientasi agar mahasiswa mejadi ahli, pintar, lalu kemudian bekerja. Lupa untuk selalu menekankan bahwa segudang ilmu itu wajib diterapkan sebelum disampaikan. Memang ironis, banyak mahasiswa gizi seperti saya ini yang belum menerapkan ilmu gizi dengan baik. Bahkan kerap menyepelekan implementasi.

Semoga ini jadi pengingat buat siapapun agar selalu berusaha "Mengamalkan Sebelum Menyampaikan" 

0 komentar:

Post a Comment