Saturday, September 24, 2016

Merefleksikan Kembali Hakikat Hidup

Standard
Dunia hanya sementara, sedangkan akhirat kekal selamanya.

Namun, sering kali seolah sebaliknya. Seakan-akan hidup kekal di dunia, melupakan akhirat. Menjadikan yang haram menjadi halal, memperturut hawa nafsu, dan mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah.

Allahu ghoyatuna!

Allah adalah tujuan ku, Allah adalah tujuan kita, seorang muslim. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, setiap detik hidup kita adalah ibadah pada Allah SWT. Karena demikian sejatinya, kita dicipta untuk beribadah pada Allah. Berencana, berusaha, berdo'a, dan bertawakal-lah pada Allah.

Sejatinya memang demikian tugas kita, seorang hamba. Kita tak punya wewenang sama sekali untuk memaksa kehendak Allah atas satu dan lain hal. Ini sudah menjadi kewajiban kita; menyempurnakan proses dan memastikan setiap detik dalam hidup kita adalah ibadah tulus pada Allah. Merencanakan hidup kedepan, berusaha optimal, berdo'a memohon yang terbaik, dan bertawakal dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan memberikan terbaik. 

Jika nuranimu penuh noda, bersihkanlah.

Penuhnya nurani kita dengan noda sering kali menjadi hambatan untuk jernih melihat kebenaran, Didukung lingkungan yanng tak kondusif menjadi faktor pendorong noda-noda itu menggumpal dalam nurani. Kita selalu punya pilihan; tenggelam dalam kegelapan atau hijrah ke cahaya yang benderang.

Tekan gengsimu, tekan ambisi kosongmu, semua harus diawali dengan niat yang lurus.

Sesungguhnya semua hal yang kita lakukan dinilai dari niatnya. Segala hal yang diiatkan untuk Allah akan berbuah pahala, sedangkan yang tidak hanya bernilai kosong saja; setiap dari kita akan memperoleh seuai apa yang kita niatkan.

Awali dengan bismillah.

Agar kebaikan yang diperbuat adalah kebaikan hakiki, mendaftarkan kebaikan dengan mengisi formulir bismillah  in shaa Allah akan memunculkan keberkahan bagi setiap kebaikan yang kita perbuat.

0 komentar:

Post a Comment