Kerap kali kita terlalu
banyak berharap pada manusia. Bahwasanya semua akan berubah jadi lebih baik
karena manusianya. Tapi, sadarkah kita bahwa dibalik manusia yang merubah ada
Tuhan yang menggerakan? Dengan kata lain manusia merupakan perantara perubahan
itu sendiri.
Dalam konteks kepemimpinan
pun demikian. Seorang pemimpin memiliki tantangan tersendiri tergantung kondisi
lapangan, termasuk kepemimpinan di tengah mahasiswa. Untuk dapat menggerakan
seseorang secara optimal (dalam bingkai kuasa Tuhan), butuh ketekunan dan
kesabaran dalam mengingatkan, mendorong, dan menasihati. Kemarahan bukanlah
solusi mengatasi masalah, karena dalam konteks ini mahasiswa memiliki
kekhususan kondisi, diantaranya tidak dibayar dan punya beban akademik.
Selanjutnya, selain
kesabaran, dibutuhkan pula kejernihan akal yang konsisten. Karena barang sekali
saja akal keruh dan hilang kendali maka akan muncul masalah yang makin rumit,
benang makin kusut. Praktis dari pengalaman saya 3 tahun memimpin di organisasi
mahasiswa, memimpin memiliki seninya tersendiri, dalam konteks ini butuh
kesabaran dan kejernihan akal yang paripurna.
0 komentar:
Post a Comment