Semakin lama tumpukan dosa makin menggunung. Entah bagaimana lagi harusnya bertindak. Astaghfirulloh, Ya Rabb ampunilah hambamu ini yang dzolim.
Siang tadi baca majalah balairung di BEM FK, tiba-tiba di bagian akhir ada kisah percakapan antara bintang-bintang di langit yang sangat menarik. Mereka membicarakan tentang manusia yang aneh dan neko-neko.
Salah satunya tentang heboh manusia modern masa kini yang berusaha menemukan planet baru untuh dihuni. Haha..Kalo buat kita yang manusia kedengeranya seru bukan?, tapi kalo pendapat mereka, manusia itu "neko-neko". Udah dikasih tempat tinggal yang bagus, indah, nyaman, eh malah dirusak, malah alih-alih mau pindah ke planet lain?. Waduh.
Seharusnya manusia itu mensyukuri apa yang sudah dipunyai dengan merawatnya secara arif. Eh, ini malah mau pindah setelah dirusak. Weleh weleh, mana tanggungjawabnya? udah dipinjemin malah ga amanah, ujar mereka.
Terus ada juga obrolan mengenai "kenapa Tuhan menciptakan manusia yang malah akan merusak bumi?". Hmm..makin tersindir aja nih.
Jawabnya, karena manusia adalah makhluk Allah SWT yang paling bisa mengenali dan memahami keberadaan Tuhannya dengan akal yang dipunyai. Sedangkan kerusakan itu terjadi karena ketidakseimbangan manusia yang lebih mengutamakan nafsu, daripada akal dan hati.
Dua hali tadi cukup menohok diri saya yang makin kesini makin banyak dosa. Seolah lupa bahwa amanah yang dipikul sangat teramat berat.
Meluruskan niat dan meneguhkan hati menjadi sangat penting bagi kita sebagai manusia yang seringkali lalai. Kita adalah 1 dari triliunan manusia sepanjang masa, ibarat titik kecil ditengah samudra luas. Lebih dari itu, kita adalah 1 dari jutaan sel sperma yang berani menerima resiko besar hidup di dunia. Mengapa demikian? Karena pada dasarnya kita disini tidak begitu saja ada. Kita lolos seleksi!!!. Kita yang disini telah berikrar saat di janin, untuk menjadi hamba setia ketika di dunia kelak. Sekali lagi, kita sudah ber-IKRAR, ber-JANJI, ber-BAI'AT kepada Rabb semesta alam untuk taat jika diizinkan hidup di dunia.
Kita adalah pemberani, sedangkan yang lain terlalu takut untuk menanggung amanah yang teramat besar di dunia, mereka khawatir dengan tipudaya duniawi.
Sudah sepantasnya, kita yang telah berikrar harus selalu berusaha meneguhkan ikrar itu dalam wujud sikap nyata. Perbaikan diri, perbaikan lingkungan, berguna bagi sesama sebagai wujud pengabdian pada Allah SWT.
Tanggungjawab kita sangat besar, ikrar yang bahkan tak pernah kita ingat lagi saat mengucapkanya. Tapi itulah nyatanya, kita telah berikrar dan kita harus meneguhkan ikrar itu dalam kehidupan kita sebagai amalan sholeh.
0 komentar:
Post a Comment