Apakah aku terlalu bodoh memahami hakikat mimpi, cita dan harapan? Beberapa saat yang lalu, atau bahkan dalam hampir satu tahun ini aku kehilangan arah. Aku sadar aku terlalu bodoh memahami hakikat mimpi, cita dan harapan saat itu.
Entah buhul-buhul apa yang membodohiku untuk menenggelamkan satu-satunya harta karun yang aku punya dalam lautan kepesimisan. Harta yang menjadi miliku, mengantarkanku ke sini, di titik ini aku buang begitu saja. Sungguh menyesal!.
Satu semester ini aku hanya seperti onggokan daging tak bernyawa. Hilang arah, tak berbentuk, remuk, tak tau akan kemana. Aku kehilangan mimpiku, aku takut bermimpi, takut, sungguh takut, aku takut gagal.
Picik! barangkali aku terlalu picik dalam bermimpi. Berputus mengharap karunia Allah hanya karena "pernah gagal", atau tepatnya hanya karena "dua" kegagalan yang pernah ku alami.
Lupakah aku? Apa yang aku punya sebelum ini? Bahkan yang menemaniku hingga titik ini adalah Allah bersama "mimpi-mimpiku" itu. Aku tak punya satuhal pun dulu.
Kini, ku pungut kembali harta karun itu dari palung laut terdalam, kan ku simpan, dan ku rawat. Kan ku perjuangkan hingga akhir, hingga Allah memutuskan yang TERBAIK untuku. Tak peduli dengan hasil, aku berjanji akan tetap berjuang, bermimpi, berkarya, mengukir sejuta tinta indah kejayaan. Semoga Allah memberkahi.
0 komentar:
Post a Comment