Ranking Indonesia untuk
keamanan pangan berada di urutan 88 dari 109 negara (The Economist Intelligent Unit, 2015).
Nyatanya makanan di pinggir jalan masih sangat diminati
karena murah, enak, dan bikin kenyang. Banyak konsumen masih
me-nomer-sekian-kan kesehatan sebagai dampak dari mengonsumsi makanan di
pinggir jalan. Memang, tak semua makanan di pinggir jalan berbahaya, ada juga
yang masih aman di konsumsi. Namun, permasalahanya terletak pada jaminan
keamanan pangan yang tak ada. Sehingga jika diistilahkan secara umum disebut
jajan sembarangan.
Kenapa disebut jajan sembarangan? Karena makanan yang dibeli
belum jelas aman atau tidaknya, serta baik tidaknya bagi kesehatan; masih belum
jelas. Konsumen dalam hal ini dianggap sembarangan karena tidak memperhatikan
betul-betul apa yang masuk ke perutnya.
Padahal, makanan yang masuk ke perut tak bisa dianggap
sepele. Makanan tersebut akan menentukan status gizi dan kesehatan seseorang.
Jika makanan yang masuk ke perut mengandung substansi berbahaya sehingga tidak
dikatagorikan aman untuk dikonsumsi, maka bisa dipastikan bahwa zat gizi yang
terkandung akan rusak, berkurang, atau bahkan hanya menyisakan ampas.
Lebih jauh, makan sembarangan dapat menyebabkan keracunan,
bahkan kematian. Kandunga cemaran biologis, fisik, maupun kimiawi menjadi
penyebab keracunan yang kerap terjadi akibat pangan. Dampaknya tak main-main,
bisa jadi ratusan hingga ribuan orang menjadi korban. Contohnya saja wabah
hepatitis yang terjadi di kompleks UGM beberapa tahun silam, mampu menyebabkan
129 orang dirawat di klinik dan rumah sakit.
Permasalahan keamanan pangann bukan hal yang sepele. Perlu
adanya keseriusan dari pemerintah dan segenap pemeduli kesehatan. Bangsa yang
unggul hanya akan mungkin terwujud jika rakyatnya sehat. Sedangkan sehat
tidaknya rakyat sangat ditentukan apa yang mereka makan, because you are what you eat.
0 komentar:
Post a Comment