Malam ini begitu syahdu, aku terhanyut dalam memori masa
lalu. Betapa panjangnya jalanan ini.
Berkelok, menanjak, berbatu aku
jalani.
Sampai tiba disaat mengenang kebahagiaan, keberhasilan, dan
pencapaian aku terkejut. Aku lupa bahwa
mungkin ini semua adalah kebahagiaan umi dan bapak , tapi bukan kebahagiaanya
yang hakiki.
Maafkan aku karena aku lalai Umi, Bapak.
Aku lalai mengingat apa maumu
Aku terlalu egois
Aku lupa kerjakeras luarbiasamu
Aku terlalu sok tahu
Dan malam ini aku disadarkan. Engkau yang terbiasa menutupi
rasa kecewa, kini mengungkapnya dengan lesu. Seolah engkau tak punya hak pada
putramu. Seolah tak ada wewenang mengatur. Engkau hanya berharap aku sadar. Dengan
kelembutan kata penuh harap.
Kukatakan dalam hati, engkau berhak wahai Umi, Bapak.
Sungguh teramat berhak mengaturku. Selama itu perkara yang haq, engkau
benar-benar berhak.
Aku ini memang keterlaluan. Kemanakah saja selama ini.
Teramat kurang memahami maumu. Padahal sudah telak aku tahu, ridhomu adalah
ridho Illahi.
Dalam hening, kalimat sederhana itu terucap:
“nak satu saja keinginanku pada kalian, jadilah seorang yang
alim, karena untuk jadi orang benar kita butuh ilmu, jangan terlalu memikirkan
dunia, jangan sampe menyesal”
Hampir air mata ini tercurah, lalu ku tahan. Sungguh perkataanmu
merasuki hatiku wahai Bapak. Aku sadar sembilan belas tahun ini terlalu dzolim
diriku yang terlalu banyak memikirkan keduniawian. Mungkin aku sudah terlalu
silau dengan tipuan fatamorgana duniawi.
Sungguh agung do’amu, bukan bercita putranya menjadi ternama
atau kaya raya. Namun agar putranya menjadi seorang yang alim lagi solih.
Kini aku sudah terlampau jauh dari harapanmu. Maka, maafkan
aku.
Malam ini menyedihkan, namun mencerahkan.
Umi, Bapak, aku tak mau jadi anak durhaka.
Terimakasih malam ini sudah mencurahkan rasa, do’a dan cita.
Do’akanlah aku wahai Umi Bapak, semoga aku tak hiraukan lagi godaan setan yang
menakutiku akan kesusahan, kelaparan, dan kemiskinan. Bimbinglah kami selalu,
putra-putrimu wahai Umi, Bapak. Aku mencintaimu dalam segala keterbatasanku.
0 komentar:
Post a Comment