Wednesday, April 8, 2015

Makna Mendalam “Negarawan Muda”

Standard
Indonesia kini sedang dirundung duka. Begitu banyak masalah multi sektoral melanda negeri ini. Sektor ekonomi dilanda liberalisasi, sektor hukum yang seolah mati, sektor politik yang carut-marut, dan berbagai sektor lain yang tak kalah mengenaskan. Masalah multi sektoral tersebut  tak kunjung membaik, namun makin parah.
Pasti hati kita teriris melihat ironi negeri ini. Hingga kemudian pikiran kita mengarah pada satu fenomena nyata berupa krisis moral dan kepemimpinan. Nampaknya tepat jika maslah tersebut kita nisbatkan pada krisis moral dan kepemimpinan yang melatarbelakanginya. Di desa atau kota nampaknya sama saja. Masyarakat di jalan-jalan, petinggi di gedung megah, hingga anak di rumah-rumah semakin tak malu saja memperlihatkan sikap amoralnya. Tawuran antar pelajar sudah biasa, bentrok antar kampung membudaya, mencontek di sekolah sudah mengakar kuat, bahkan banyak kita temui di setiap rumah anak dididik untuk apatis.
Material oriented menjadikan banyak orang terforsir hanya mengejar pencapaian pribadi, tanpa peduli permasalahan lingkungan. Alhasil degradasi moralpun terjadi akibat sekolah-sekolah formal yang berperan besar dengan minimnya didikan  moralitas. Keluarga pun demikian, sangat sedikit yang memprioritaskan didikan moral dibanding matematika atau bahasa inggris.  Orang yang sudah terbiasa didik dengan material oriented jika suatu saat didaulat menjadi pemimpin maka bisa ditebak bagaimana jadinya. Negeri ini akan semakin rusak.
Seringkali amanah kepemimpinan hanya dianggap sumber penghidupan. Maka sah-sah saja bagi mereka berusaha merauk sebanyak mungkin kepentingan pribadi. Masyarakat dikhianati dengan janji palsu dan gombalan manis saat pemilu. Akibat yang sangat kentara adalah maraknya tikus berdasi yang memakan uang rakyat. Itulah hasil dari degradasi moral.

Degradasi moral ini nampaknya menjadi kian serius karena merembet ke berbagai aspek kehidupan. Bahkan sektor krusial sekalipun, salah satunya kepemimpinan. Krisis kepemimpinan yang makin parah melanda negeri ini tentu membuat kita prihatin. Pemimpin yang digadang-gadang mampu menjadi problem solver kerap mengecewakan dengan menjadi part of problem. Alih-alih janji saat pemilu, nyatanya malah semakin memperkeruh kondisi dengan budaya kolusi, korupsi, dan nepotismenya. Bahkan ogah-ogahan menghadiri rapat, tidur saat rapat, hingga berbuat mesum. Ah entah pada siapa lagi kita harus berharap.
Permasalahan multi sektoral ini mesti segera dientaskan melalui gerak serentak semua elemen bangsa. Tentunya bukan hal yang mudah, karena banyak hal harus diperbaiki baik yang sifatnya mendasar hingga elitis. Dan tentu tak cuma butuh satu atau dua tahun, mungkin berpuluh-puluh tahun, mungkin akan terwujud saat kita sudah tiada. Tapi yang jelas perbaikan itu harus segera dimulai.
Butuh superman dalam menyelesaikan problematika ini. Bukan hanya satu superman, namun ribuan atau bahkan jutaan. Mereka lah yang nantinya menjadi sosok pencerah ditengah gelapnya gulita. Gerak bersama dan integrasi ini yang nantinya menjadi kekuatan inti perjuangan kita. Kemenangan karena persatuan dan tujuan yang tinggi.
Pemimpin yang kita nanti untuk memperbaiki keadaan bangsa adalah pemimpin yang telah selesai dengan dirinya sendiri. Bukan pemimpin yang menjabat untuk memperkaya diri atau mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan.  Dia hadir untuk rakyat dan setia di garis depan perjuangan untuk membela rakyat. Pemimpin itu mesti siap berkorban demi rakyat, rela menderita untuk rakyat. Bahkan kita selalu memimpikan pemimpin yang sederhana dalam duniawi namun kaya ruhani. Ia membelanjakan sebagian besar hartanya untuk orang lain.
Pemimpin bangsa yang kita rindukan selama ini adalah sosok negarawan sejati. Negarawan berasal dari kata dasar “negara” dengan akhiran “wan” yang berarti orang yang ahli dalam merawat dan menjaga negara. Merawat negara yang dimaksud mencakup berbagai aspek kehidupan. Ia menjadi agen yang terlibat aktif dalam proses perkembangan negaranya. Setia dalam menjalani proses tersebut dengan merawat setiap jengkal tanah dan setiap individu dilandasi cinta kasih. Demikian pula usahanya dalam menjaga harkat martabat negeri ini untuk tidak dijajah lagi baik secara faktual maupun pikiran.
Proses merawat dan menjaga tentu bukan perkara mudah. Indonesia ini adalah negara besar, tentu butuh daya upaya yang luar biasa untuk merawat dan menjaganya. Dan tentunya tak bisa dilakukan sendiri, butuh sebanyak-banyaknya orang.
Melihat ironi negeri ini yang makin miskin negarawan nampaknya kita punya seribu alasan untuk pesimis. Terlebih istilah negarawan selalu dinisbatkan pada pejabat tinggi negara, tentu bisa saja kita makin pesimis. Tapi pesimistis tak akan pernah menyelesaikan masalah, bahkan makin memperkeruh. Memang betul kita punya seribu alasan untuk pesimis, tapi kita juga mesti ingat, kita bunya 250 juta alasan untuk optimis, kita punya rakyat indonesia. 
Seorang negarawan memiliki karakter khusus yang mempesona. Ia hadir dengan kuatnya ideologi. Memimpikan idealita. Bermoral tinggi lagi berakhlak mulia, cerdas bervisi, spiritualis, informatif komunikatif, kuat badannya, dan tangguh pendirianya. Karakter yang demikian tentu sulit kita temui sekarang ini. Namun kini kita telah memilih untuk optimis bukan?. Jika memang tak ada sekalipun bukankah kita harus tetap berjuang?. Tentu harus demikian.
Negarawan adalah sosok berideologi kuat. Menjadi seorang pemimpin membutuhkan ideologi yang kuat. Kaitanya dengan arah gerak negara yang dipimpinya. Jika seorang pemimpin tak punya ideologi kuat maka negaranya hanya terombang-ambing menjadi boneka kaum kapitalis. Dengan ideologi maka setiap kebijakan dan keputusan yang diambil selalu memiliki nilai. Ideologi yang dimaksud adalah ideologi yang teguh membela kebenaran hakiki. Kesejahteraan rakyat selalu diutamakan, kapitalisme harus dilenyapkan.
Semangat pemebalajar selalu lekat pada diri seorang negarawan. Dalam setiap detak jantungnya ia selalu belajar. Dia tak pernah puas pada ilmu yang dimiliki. Dia selalu haus akan ilmu dan selalu bersungguh-sungguh dalam belajar.  Maka tak heran kecerdasan yang baik selalu membawanya berpikir strategis dan visioner. Pikiranya jauh menerawang ke masa depan melewati batas pikir orang biasa. Kepemimpinan di bawah seorang negarawan akan membawa angin segar perbaikan.
Moralitas dan etika. Dua karakter utuh dalam setiap tingkah lakunya. Impelentasinya tercermin pada akhlak yang mulia. Dia selalu mendasarkan semua pada nilai dan kepantasan. Maka setiap perbuatanya selalu indah dipandang orang. Pikir dan tingkahnya begitu elok saat berinteraksi dengan orang lain. Sama sekali tak ada kesan menyepelekan dan merasa lebih baik. Ia menjunjung moral dan etika lebih tinggi daripada dirinya sendiri. Maka pantas saja ia tak pernah khianat pada rakyat.
Spiritualis, ini juga menjadi karakter penting nagarawan. Kepekaan hatinya yang terasah membuat ia paham betul siapa yang harus dibela. Tindakanya bukan semata dilandasi pikiran atau bahkan pencitraan tapi perasaan iba dan peduli pada sesama. Hal ini yang selalu menuntunnya konsisten dalam garis depan perjuangan mengatasi berbagai probelmatika rakyat.
Di era global ini tentu setiap orang dituntut memiliki sikap informatif dan komunikatif. Maka tak diragukan pula negarawan memiliki skill  komunikasi dan informasi yang baik. Hal tersebut tentu akan berpengaruh dalam upaya membentuk jaringan sosial dan basis masa penggerak yang kokoh. Tentu harapanya hal tersebut akan memicu terbentuknya masyarakat yang cerdas dan sadar untuk bergerak.
Kuat badan atau sehat fisik kerap diabaykan. Padahal memiliki badan yang kuat dan sehat menjadi prasarat utama untuk bisa semakin banyak menebar kebermanfaatan. Tentu tidak mungkin orang yang sakit dan lemah akan leluasa melakukan berbagai aktifitas. Maka upaya menjaga badan agar tetap sehat dan bugar menjadi penting. Baik dengan olahraga, makan-makanan bergizi seimbang, serta menghindari berbagai faktor yang menimbulkan sakit.
Ketangguhan dalam berpendidiran erat kaitanya dengan ideologi. Namun ketangguhan ini bertitik tumpu pada ketegasan dan keberanian melawan penindasan dan ketidakadilan. Seorang negarawan memang mesti demikian, dia selalu dihadapkan pada pilihan yang sulit, namun dia tak pernah sekalipun gentar karena tangguhnya pendirian.
Karakter negarawan yang demikian lah yang pasti sangat kita dambakan. Kita butuh banyak orang yang demikian agar terjadi akselerasi perbaikan bangsa. Maka tentu kita tergugah untuk ikut menjadi bagian solusi bangsa, menjadi seorang negarawan.
Jika mengacu pada arti sempit negarawan, maka dapat kita mengerti bahwa negarawan haruslah orang yang punya jabatan tinggi di pemerintahan, yang lain tak bisa. Namun ternyata tak sebatas itu. Negarawan adalah orang yang merawat dan menjaga negaranya. Karena cara menjaga dan merawat negara bukan hanya dengan menjadi pejabat pemerintahan, maka selain pejabat pemerintahan pun bisa disebut negarawan selama memiliki karakter unggul negarawan.
Lalu bagi kita yang muda apakah bisa jadi negarawan?. Atau hanya calon-calon negarawan saja?. Nampaknya pertanyaan itu yang selalu terlintas di beberapa glintir anak muda. Menjadi seorang negarawan muda, apakah bisa?. Ya, tentu saja bisa.
Menjadi seorang negarawan tak berarti terjebak dalam dimensi umur. Karena tak selalu yang berumur tua lebih pantas dibilang negarawan dibanding yang muda. Asalkan seseorang punya karakter dan kebermanfaatan sekelas negarawan maka ia adalah negarawan.
Maka kawanku, kita orang muda adalah harapan bangsa. Jutaan orang bertumpu dan berharap pada kita, bagian besar dari populasi manusia Indonesia. Terlepas dari predikat negarawan ataupun tidak, bukankah sudah semestinya kita menebar manfaat seluas-luasnya sebagaimana negarawan?.
Menjadi negarawan muda tentu bukan tujuan, bukan juga gelar. Menjadi negarawan muda adalah karakter diri yang konsisten berjuang di usia muda. Kita berharap bisa menjadi bagian dari karakter emas negarawan muda.
Mendasari perjuangan dengan kemurnian niat. Hati dan pikiran sebagai dua komponen utama yang menentukan bagaimana diri kita. Semua tindakan kita selalu diawali dari proses berpikir dan merasakan. Maka sudah barang tentu dibutuhkan kejernihan pikir dan rasa. Kejernihan pikir dan rasa itu yang akan mengantar pada murninya niat. Niat menjadi pondasi, menjadi motif dalam bergerak. Apakah kita berbuat sesuatu untuk dipuji, mendapatkan uang, atau benar-benar berawal dari ketukan nurani yang membuat otak berpikir rasionalisasi dan solusinya. Maka sungguh mutlak kemurnian niat itu. Karena murninya niat akan sejalan dengan konsistenya langkah dan tangguhnya perjuangan. Tanpa niat yang murni maka seseorang akan sangat labil dalam berkontribusi. Semangat dipuji dan terpuruk saat dicaci, semoga itu bukan kita.
Semangat belajar tiada henti. Sudah sepantasnya kita berhati-hati sekalipun niat sudah murni. Bisa jadi amal tanpa ilmu hanya akan memperkeruh masalah. Lautan ilmu sangatlah luas dan nampaknya tak akan cukup diarungi seluruhnya dalam hidup kita, terlalu luas. Maka menjadi seorang negarawan muda berarti selalu memiliki semangat belajar tiada henti. Negarawan muda selalu merasa miskin akan ilmu dan terus mencarinya. Pembelajar sejati tertanam dalam karakternya, ia mengenal setiap dimensi waktu dan tempat sebagai momen pembelajaran yang nyaman. Lalu dia semakin menjulang tinggi dengan ilmunya, selaras dengan kontribusinya bagi negeri yang semakin melangit.
Berakhlak mulia sebagai mengejawentahan dari moralitas dan etika. Tiada berguna ilmu dan amal yang tinggi tanpa adanya akhlak yang baik. Sudahkah kita lihat berapa jumlah doktor yang dipenjara karena korupsi?. Atau orang yang terlihat banya kontribusi namun pada akhirnya masuk bui?. Contoh-contoh demikian nampaknya menjadi pengetuk hati. Betapapun tingginya pendidikan, betapapun kayanya, dan betapapun banyak kontribusi, semua laksana kayu terbakar api jika akhlaknya buruk. Nampaknya kita sudah terlalu bosan melihat betapa banyak manusia bermuka dua, melakukan pencitraan untuk dianggap mulia. Kita butuh orang yang benar-benar berakhlak mulia.
Kadang ada saja orang yang berpikir, apa sih yang bisa dilakukan anak bau kencur macam kita ini?. Apakah mampu membawa perbaikan berarti? Atau jangan-jangan hanya isapan jempol belaka?. Bisa jadi memang demikian karena kontribusi pemuda saat ini masih terasa sedikit bagi masyarakat sehingga kurang dirasakan. Tapi lagi-lagi perjuangan itu tak bisa dilakukan sendiri. Mungkin karena sedikitnya pemuda yang berjuang itulah sebab mengapa tak terasa peran berarti dari pemuda. Atau mungkin juga kontribusi yang masih setengah-setengah. Yang jelas peran pemuda negarawan mesti menganut asas kolektifitas, totalitas, dan menyeluruh.
Makna perjuangan seorang negarawan muda akan terasa dangan adanya semangat kolektiftas. Bagaimana mewujudkan kolaborasi dengan berbagai elemen masyarakat menjadi sangat penting. Setiap manusia sudah ditetapkan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Maka kolektifitas ini berfungsi untuk saling melengkapi dan menguatkan antar komponen. Dengan demikian kekuatan dan kesolidan akan mencuat dalam bentuk kebermanfaatan luas bagi masyarakat.
Totalitas berarti menyerahkan sepenuh hidup untuk menebar kebaikan, bahkan di setiap satuan waktu sekalipun.  Lalu bagaimana dengan kuliah?, bagaimana dengan keluarga?, apakah semua itu harus ditinggalkan?. Tidak sama sekali, maka maknailah setiap degup jantung kita sekalipun sebagai wujud totalitas perjuangan seorang negarawan muda. Proses kuliah kita adalah sarana menempa diri dan meningkatkan ilmu sebagai dasar untuk bisa berkontribusi luas di kemudian hari. Demikian juga aktifitas lainya, bersama keluarga, aktifitas ibadah, semua aktifitas bermakna rangkaian langkah wujud totalitas kontribusi.
Tahukah kamu apa yang dilakukan seorang negarawan secara nyata?. Apakah mereka melakukan sesuatu yang spesifik saja?. Inilah bagian dari perhimpunan orang yang layak disebut negarawan muda. Perjuangan mereka benar-benar menyeluruh meliputi berbagai aspek kehidupan. Bukan hanya lewat demo, bukan hanya lewat menulis, namun lewat sarana apapun yang bisa kita lakukan. Pada dasarnya negarawan tak pernah membatasi dirinya dalam berkontribusi. Ia hanya berusaha seluas-luasnya memberi manfaat. Karena yang selalu dia impkan adalah kesejahteraan rakyat. Lewat cara apa perjuangan itu hanyalah sarana. Maka bagi kita negarawan muda, kita tak perlu ragu melangkah. Apapun yang bisa kita lakukan maka lakukanlah. Karena semakin variatif hal yang kita lakukan satu sama lain maka aspek yang kita perankan disitu akan semakin menyeluruh.
Bagi kita yang suka menulis maka bergeraklah dengan tulisan produktif dan mencerdaskan. Bagi kita yang suka berpuisi pun bisa menjadi negarawan muda dengan menusuk nurani mereka lewat kata-kata tajam sajak puisi. Buat kita yang suka penelitian, jadilah solusi bangsa lewat penelitian. Apapun yang kita perbuat maka yang paling penting adalah apa motif dan tujuan kita. Sudah sepantasnya negarawan memiliki motif dan tujuan mulia dalam berbuat. Negarawan muda hadir sebagai harapan baru bangsa untuk perbaikan. Mari bergegas wahai negarawan muda Indonesia.




Related Posts:

  • Mimpi Inspirasia Kami hanyalah kumpulan orang biasa yang percaya, segala macam karya luar biasa berawal dari mimpi yang besar. Ketika pun mimpi itu terkesan terla… Read More
  • Singkirkan Ego Di setiap jejak perjalanan ini saya makin belajar. Kembali lagi meluruskan niat. Bahwa segala yang saya lakukan ini adalah ibadah pada Allah, tak ad… Read More
  • Quo Vadis Pendidikan Indonesia? Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar ke empat di dunia. Data Badan Pusat Statistik (2014) menyebutkan, jumlah penduduk Indonesia sekitar dua… Read More
  • Memaknai Inspirasi Akhir-akhir ini kata “inspirasi” santer digunakan sebagai brand. Dari mulai media, produk, hingga nama kabinet di organisasi yang saya pimpin pun me… Read More
  • Tekad Perbaikan Banyak kekurangan. Manusia memang begitu, tempatnya salah dan khilaf, jauh dari sempurna. Selama ia hidup akan selalu ada kekeliruan yang dibuat, it… Read More

0 komentar:

Post a Comment