Sejak lama logika ini heran, betapa sulitnya menemukan perpaduan indah antara takut dan harap. “khaufan wa thama'an”, demikian Tuhan perintah dalam tiap do’a yang tercurah. Do’a yang disertai rasa takut dan harap. Takut bilamana Tuhan tak berkenan dan berharap semoga dikabulkan.
Nampaknya, ini tak sekedar berlaku pada tiap do’a yang tercurah. Namun pada tiap langkah hidup. Betapa takutnya kita dengan segala ketidakpastian di masa mendatang, menjemukan. Jemu karena mungkin apa yang kita lakukan, kita perbuat, kita usahakan sekarang tak berbuah sebagaimana harapan atau bahkan membuat terperangah pilu. Sungguh, rasa takut kerap menghantui.
Di tengah ketidakpastian kita masih punya harapan. Lalu harapan itulah yang selalu menguatkan langkah. Bagiamana menjadi tangguh dan berkali-kali lipat lebih kuat. Harapan menyegarkan ruh dengan cinta. Cinta yang menjulang tinggi hingga selalu setia pada hakikat bahwa Tuhan tak pernah mengecewakan.
Takut dan harap, perpaduan indah yang mendalam maknanya. Lagi lagi harus saya katakan, kita tak berdaya, tak pantas melenggang angkuh di muka bumi. Karena dengan mudah bisa saja Tuhan balikan segala keadaan hingga yang kau takutkan menjadi nyata. Sungguh manusia itu tak berdaya.
Maka, harapan selalu menjaga agar segala resiko besar yang diambil tak berujung penyesalan. Ia menanamkan bagaimana cinta mengajarkan untuk percaya dan terus percaya, Tuhan tak pernah menyia-nyiakan hamba-Nya. Tuhan maha cinta, selalu menyertai hamba-Nya. Bilapun ujian datang, itu bukan karena Tuhan jahat, tapi karena tuhan rindu. Rindu peluh ditengah sujud sepertiga malam yang lama tak tercurah. Maka yakin lah dengan sungguh, Tuhan maha cinta.
0 komentar:
Post a Comment