Sunday, February 19, 2017

Ilmu yang Bermanfaat

Standard
"Barang siapa yang seharusnya mempelajari ilmu karena Allah, namun dia mempelajari hanya untuk memperoleh harta duniawi, maka dia tidak akan mendapati aroma surga" (H.R. Abu Daud)

Bagaimana perasaan Anda membaca hadits tersebut? Kalo saya, jujur saya tertohok. Bagaimana kita mendapati kenyataan saat ini bahwa banyak orang (bisa jadi termasuk kita), belajar ilmu hanya untuk mendapat perkerjaan, niat sudah jauh dari kata lurus lillahita'ala. Sedih melihat kondisi macam ini menjadi relitas yang subur di tengah masyarakat. Uang menempuh pendidikan (khususnya pendidikan tinggi) yang mahal membuat kerap kali orientasi pendidikan bukan untuk mencerdaskan, tapi untuk mencetak tenaga siap kerja, bukan begitu?

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Selain tentu mesti meluruskan niat.

Terus terang kerap kali saya pun khawatir jikalau ilmu saya tak berkah karena salah niat atau proses. 

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata, "Orang yang berilmu dan ahli berfatwa, tidak ada sesuatu yang lebih dibutuhkan melainkan sikap santun, tenang, dan sopan. Itulah kelambu bagi ilmunya dan perhiasannya. Apabila ia kehilangan sikap itu, maka ilmunya seperti badan yang telanjang tanpa busana".

Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah memperbaiki akhlak kita. Sebagaimana dijelaskan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah tersebut di atas bahwa akhlak adalah busana ilmu. Agar ilmu menjadi baik dan indah maka perlu menggunakan busana yang baik pula bernama akhlak.

Nabi bersabda, "Sesungguhnya di antara amal kebaikan seorang mukmin yang dapat menyusul setelah kematiannya adalah ilmu bermanfaat yang diajarkan dan disebarluaskan, anak shaleh yang ditinggalkan, mushaf yang diwariskan, masjid yang dibangun, rumah untuk ibnu sabil yang dibangun, sungai yang dialirkan, sedekah yang dikeluarkan sewaktu sehatnya dan hidupnya. Semua itu akan menyusul setelah kematianya". (H.R. Ibnu Majah) 

Yang kedua, ilmu yang bermanfaat. Sehingga mengartikulasikan ilmu dalam amal adalah hal yang sangat penting. Ilmu tak boleh hanya bertengger di kepala atau bahkan menjadikan kita pongah karena merasa paling tahu. Ilmu mesti bermanfaat untuk orang lain tanpa pamrih, semata berharap Allah ridha dengan segala yang kita lakukan. Dengan begitu insha Allah llmu akan berkah (bertambah kebaikan). Ilmu yang dibagikan tidak akan membuat kita bodoh dan mengurangi ilmu yang kita punya, tapi akan membuat kita makin belajar, mejadikan kita lebih tahu.

Tentu, berawal dari keresahan dan kekhawatiran tentang drajat keberkahan ilmu yang saya peroleh selama berkuliah di Gizi Kesehatan UGM membuat saya ingin menebarkan manfaat lewat ilmu saya. Ya, walaupun saya sadar ilmu saya masihs sangat sedikit, tapi saya berharap dapat bermanfaat.

Saya memulai dengan menjadi narasumber di Dinas Perindutrian dan Perdagangan Kabupaten Sleman. Disini saya berbicara dari pasar ke pasar dihadapan para pedagang. Sejauh ini sudah ada dua pasar yang saya datangi, insha Allah segera menyusul pasar lain. Saya sangat berharap dengan aktifitas ini ilmu yang saya peroleh selama kuliah merupakan ilmu yang berkah.

Pasar Potrojayan

Pasar Tegalsari


0 komentar:

Post a Comment