Monday, December 12, 2011

Penanaman Nilai-Nilai Luhur Bangsa Indonesia Melalui Intensifikasi Pembinaan Pemimpin Muda di Sekolahan

Standard

Keanekaragaman di dunia ini merupakan pemicu terjadinya tantangan zaman yang akan menghasilkan pemenang pemicu keseragaman. Identitas antar bangsa akan menjadi objek yang diperjuangkan untuk menjadi identitas global pada akhirnya. Tentunya bangsa yang kuatlah yang akan mampu menjadikan identitasnya sebagai identitas bagi seluruh manusia di dunia. Disisi lain, bangsa-bangsa yang telah kehilangan kepercayaan diri terhadap identitasnyalah yang hanya akan menjadi pelengkap kehidupan.

Masa depan suatu bangsa ditentukan oleh para pemudanya. Ketika suatu bangsa memiliki pemuda-pemuda yang kokoh dalam memegang teguh identitasnya, maka bangsa tersebut akan memiliki peluang besar untuk menjadikan identitasnya sebagai identitas global.

Identitas kita sebagai bangsa Indonesia telah terrangkum dalam Pancasila. Lima sila dalam Pancsila merupakan lima nilai luhur bangsa Indonesia yang menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan ini. Sebagai bangsa Indonesia, sudah seharusnya kita berjuang untuk tetap melestarikan Pancasila sebagai identitas bangsa. Semakin gencarnya budaya bangsa lain yang memasuki negara kita, menuntut kita untuk berjuang lebih keras dalam menanamkan nilai-nilai luhur asli Indonesia kepada generasi muda.

Berbagai lingkungan pergaulan nampaknya masih kurang kondusif dalam mencetak generasi muda dengan kualitas moral yang baik dalam memahami nilai-nilai luhur. Secara garis besar ada tiga lingkungan yang paling berperan dalam penanaman nilai-nilai luhur terhadap pribadi anak. Dari mulai lingkungan edukasi pertama yaitu keluarga kemudian sekolah dan masyarakat.

Keluarga sebagai lingkungan paling awal dalam usaha pembelajaran dan penanaman nilai-nilai luhur menjadi sangat penting karena berperan sebagai pembentuk tabiat awal pada anak. Tabiat tersebutlah yang akan berpengaruh besar terhadap karakter anak kedepannya. Ketika di dalam keluarga anak sudah dibiasakan untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai luhur maka di lingkungan luarpun ia akan lebih mudah bergaul dengan tanpa terpengaruh dampak buruk lingkungannya. Bahkan dengan tabiat yang baik dan kokoh maka seseorang akan cenderung membawa teman sepergaulannya menuju kebaikan.

Di lingkungan sekolah seseorang dididik melalui berbagai media. Mata pelajaran seperti Pendidikan Agama dan  Kewarganegaraan merupakan salah satu upaya pihak sekolah dalam memberikan penjelasan mengenai pentingnya nilai-nilai luhur dalam kehidupan. Media penanaman nilai-nilai luhur lainnya adalah melalui organisasi dan kegiatan ekstrakulikuler  di sekolahan. Didalam organisasi dan kegiatan ekstrakulikuler seseorang akan dididik menjadi pribadi yang bekomitmen dan akan meningkatkan kemauan pada dirinya untuk berusaha menjadi tauladan yang baik bagi teman-temannya di sekolahan. Tak hanya itu, bahkan dengan mengikuti organisasi dan kegiatan ekstrakulikuler maka seorang anak akan merasakan indahnya semangat kebersamaan dan persatuan dalam membangun organisasi dan ekstrakulikuler yang mereka perjuangkan. Dengan seperti itu maka seorang anak memiliki wahana dalam mempraktekan teori dan ilmu yang telah mereka peroleh dari kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tata tertib sekolah berperan sebagai pedoman bagi anak dalam hidup di lingkungan sekolah. Melatih berdisiplin dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menaati aturan yang berlaku. Walupun terdapat aturan yang memberikan sanksi bagi para pelanggarnya namun nampaknya  sekolahan menjadi lingkungan yang paling strategis dalam upaya penanaman nilai-nilai luhur kepada anak. Sanksi tidak menjadi beban yang terlampau berat bagi anak karena sanksi tersebut berlaku bagi semua siswa yang melanggar tata tertib. Dengan berbagai medianya, maka sangat pantas jika kita berusaha secara lebih maksimal dalam menanamkan nilai-nilai luhur di sekolahan. Dimana pada usia sekolahlah seseorang memiliki daya fikir yang baik untuk dapat memahami pentingnya penanaman nilai-nilai luhur dalam kehidupan.

Masyarakat adalah lingkungan akhir dalam upaya penanaman sekaligus  penerapan nilai-nillai luhur kepada anak. Di dalam masyarakat anak akan merasakan keanekaragaman yang lebih kompleks dibandingkan lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah. Walaupun anak sudah memiliki karakter khusus sebagai cerminan dari nilai-nilai moral yang dimilikinya, namun di dalam masyarakat ia akan tetap memiliki kesempatan untuk memperbaiki karakternya tersebut. Atau bahkan sebaliknya, ia juga mungkin dapat mengalami penurunan kualitas moral. 

Dalam upaya meningkatkan nilai-nilai luhur pada anak dan orang dewasa dapat dilakukan secara  perorangan maupun melalui kelompok. Cara  penanaman nilai luhur secara perorangan dapat dilakukan melalui proses pendekatan secara pribadi. Dalam proses pendekatan tersebut hendaknya seseorang yang berperan sebagai subyek atau penanam nilai-nilai luhur bisa memberikan contoh yang baik dalam bersikap dihadapan obyek yang akan diberikan pemahaman mengenai nilai-nilai luhur. Dengan begitu diharapkan obyek akan semakin tersugesti untuk menrapkan nilai-nilai luhur yang disampaikan dan sekaligus dicontohkan oleh subyek.

Cara yang kedua adalah melalui kelompok. Dalam suatu kelompok kerja sama sudah seharusnya ada seorang pemimpin kelompok yang akan menentukan tujuan perjuangan kelompok tersebut. Melalui  musyawarah mufakat  dapat diperoleh  keputusan yang mengatur  setiap anggota kelompok dalam bersikap. Demikian pula dengan sanksi yang berlaku merupakan hasil dari kesepakatan bersama sehingga sudah menjadi keharusan bagi setiap pelanggar aturan untuk menanggung  sanksi yang berlaku. Wewenang seorang pemimpin menjadi sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai luhur dalam suatu  kelompok. Seorang pemimpin yang tegas dalam menegakkan tata tertib akan menciptakan pola kebiasaan berperilaku baik sesuai dengan aturan yang berlaku bagi para anggotanya.

Sunday, December 4, 2011

Education Quality Improvement for Indonesian Entrepreneur to Increase Competitiveness in the Free Market

Standard
Entrepreneurship is the ability a person has in carrying out his job as a businessman with a heart full stability. Stability owned liver is a reflection of the merging of a job as an entrepreneur with that person. Someone who has entrepreneurship was not only able to work independently but also able to create jobs for others.

To be a successful entrepreneur is necessary to note two factors that are continuous with each other talents and interests. If a person has both of these factors it is very possible for him to become a successful entrepreneur. However, it is possible for those who only have a strong interest to be able to achieve success. With maximum effort then someone who only has an interest will be able to outperform the competitiveness of people who just have the talent.

Talent is the natural ability that has been given by God from birth. In the process of growth is possible talent is growing rapidly or even the opposite of stagnation. Talent will flourish if it continues to be distributed and put into practice. In the distribution of talent will be a process of learning in which a person will apply his talents to such innovations as a result of evaluation on him. He will try to cover up deficiencies in talent and continue to make improvements to achieve the desired success.

Sometimes people who do not have the talent to become an entrepreneur with interests that exceed even those who have the talent. Although it does not have the talent does not mean that person will definitely defeat the competition. Interest in the entrepreneur world will spurring himself to learn the business world. In the process of learning is the ability to become an entrepreneur will develop. In fact it can grow beyond the ability of people who have the talent.

Talents and interests are the two things that became the key to success as an entrepreneur. In the process of development of both needs learning as a medium. Learning can occur in formal or informal environment.

In this era of globalization Indonesia as a developing country that is trying to increase the prosperity of his nation was confronted with various constraints. One problem is that the imposed free market in Asia Pacific in 2012. With the enactment of the free market is the domestic entrepreneurs who are developing the product will directly compete with businessmen from Asia Pacific countries which mostly have a superior product. Excellences of their products include a cheaper price and product look more attractive physically. Although Indonesia is not inferior product quality, consumers will be more interested to buy foreign products because of these two advantages. Weaknesses owned Indonesian business because they do not have deep knowledge about the world of global business and strategy to face global competition.

To deal with this free market era, Indonesia requires entrepreneurs who truly experts in their fields. As we know that in the process of mental development is strongly influenced by a businessman who had attended the learning process both formal and informal environment. Formal environment of a person will experience the learning process is comprehensive and is programmed. They will be educated to have an insight about the business world are based on state curriculum. With this programmed learning process then someone will be more focus in developing its capabilities in more depth. The learning process is also controlled by the faculty who are experts in their field so it will better ensure the quality of their students.

Thursday, November 10, 2011

[RINGKASAN] Studi Komparasi Efektifitas Sekam, Abu Sekam dan Arang sebagai Isolator Alternatif pada Alat Pengering Energi Surya Sederhana

Standard
Secara umum pengeringan dapat diartikan sebagai upaya mengurangi kadar air dari bahan pangan sampai batas yang aman untuk disimpan atau dilakukan proses pengolahan selanjutnya (Earle, 1982). Cara ini merupakan suatu proses yang ditiru dari alamkita telah memperbaiki pelaksanaannya pada bagian-bagian tertentu.
Pengeringan merupakan salah satu cara pengawetan pangan yang paling tua dan juga paling luas digunakan (Desrosier, 1988). Dalam pengeringan, dikenal dua teknik yaitu pengeringan mekanik dan pengeringan sederhana (Liptan, 2001).
Pengeringan mekanik dilakukan dengan alat yang telah dirancang sesuai dengan sifat-sifat bahan hasil pertanian sehingga tujuannya dapat dicapai (Jaya, 2010). Teknik pengeringan sederhana umumnya masih dilaksanakan oleh masyarakat petaninelayan yang tinggal di pedesaan yakni dengan menjemur langsung produk yang akan dikeringkan diatas para-para bambu, lampit dan atau diatas tikar (Liptan, 2001). Pada industri kecil dan rumah tangga, panas matahari juga biasa digunakan dalam proses pengeringan (Soemangat, 1983). Menurut Liptan (2001), proses pengeringan sederhana atau pengeringan langsung di bawah terik matahari memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
  1. Dilakukan ditempat terbuka sehingga produk yang dihasilkan terkesan kotor (berdebu).
  2. Bahan bisa dikerumuni lalat sehingga mutu kurang terjamin.
Kecenderungan masyarakat pedesaan menggunakan cara ini sulit untuk ditinggalkan. Namun, mengingat kondisi sosial ekonomi masyarakat pedesaan, penggunaan alat pengering sederhana yang menggunakan bantuan matahari sudah menjadi pilihan utama. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan rancangan alat pengering sederhana energi surya sehingga dapat diperoleh alat yang paling efektif untuk mendapatkan hasil optimal.
Berdasarkan hal-hal tersebut, rancangan alat sederhana perlu dioptimalkan kinerjanya yang terkait dengan penurunan kadar air bahan selama proses pengeringan dan lama waktu pengeringan yang diperlukan untuk mendapatkan bahan pangan dengan kadar air tertentu.
Disisi lain, potensi pisang di Indonesia sebagai sumber gizi cukup besar mengingat produksi pisang mencapai 40% dari produksi buah nasional (Departemen Pertanian,2004). Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia termasuk dalam negara yang dikenal sebagai sentra produksi pisang (Satuhu dan Supriyadi, 1999).
Pisang termasuk dalam suku Musaceae (Wikipedia, 2010). Seperti halnya buah yang lainnya, pisang merupakan sumber gizi karena mengandung vitamin, mineral dan karbohidrat (Desrosier, 1988).
Usaha budidaya pisang memberikan keuntungan yang cukup besar dalam waktu yang relatif singkat (1-2 tahun) dengan BEP (Break Event Point) 1.76, akan tetapi budidaya di Indonesia sekarang belum dikelola secara optimal. Salah satu kendalanya adalah kesulitan dalam penanganan pasca panennya karena pisang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mudah rusak (perishable) karena pisang masih tetap melakukan metabolisme sehingga kualitasnya menurun bersama waktu dalam tahap pasca panen. Salah satu upaya untuk menghambat proses metabolisme pada pisang setelah dipanen adalah dengan menurunkan kadar airnya melalui proses pengeringan.
Dalam penelitian ini masalah yang dikaji dibatasi pada pembuatan alat dan pengukuran kinerjanya berdasarkan perubahan massa bahan yang dikeringkan dan suhu rata-rata di dalamnya saat digunakan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui sebagai berikut:
Pada Tabel 5 disajikan suhu yang diamati pada lingkungan, ruang pengering 1, 2 dan 3 saat proses pengeringan. Masing-masing tabel disajikan juga suhu maksimum, minimum dan rata-rata selama pengamatan.
Tabel 4. Suhu Lingkungan dan Ruang Pengering
Keterangan:
1. Ruang Pengering 1 = ruang pengering pada alat pengering yang terbuat dari kardus dengan sekam.
2. Ruang Pengering 2 = ruang pengering pada alat pengering yang terbuat dari kardus dengan abu sekam.
3. Ruang Pengering 3 = ruang pengering pada alat pengering yang terbuat dari kardus dengan arang.
 Hal ini menunjukkan bahwa ruang-ruang pengering yang dirancang mampu menaikkan suhu dalam ruang-ruang tersebut sehingga lebih tinggi daripada suhu lingkungan. Suhu yang lebih tinggi tersebut disebabkan oleh adanya radiasi energi surya yang melewati plastik bening dan panas dari radiasi tersebut terperangkap dalam ruang pengering. Akumulasi panas yang terperangkap dalam pengering matahari secara bertahap akan meningkatkan suhu di dalam ruang pengering sehingga lebih tinggi daripada suhu lingkungan.


Selisih suhu lingkungan dengan suhu ruang pengering 1, 2 dan 3 berturut-turut adalah sebesar 31,8 oC, 29,6 oC, dan 32,4 oC. Perbedaan suhu diantara jenis-jenis ruang pengering yang dibuat diduga disebabkan oleh adanya perbedaan bahan isolator yang digunakan. Berdasarkan data pada Tabel 6, isolator yang paling efektif adalah arang.
Tabel 6. Selisih Suhu Lingkungan dengan Suhu Ruang Pengering (oC)
Selama proses pengeringan massa irisan pisang terus menurun (Grafik 2). Penurunan massa irisan pisang sangat tajam. Pada awal proses pengeringan, pola penurunan massa sebagai akibat kehilangan air pada irisan pisang mengindikasikan bahwa kehilangan air berada pada periode laju-konstan (constant-rate period), sedangkan pola penurunan pada periode akhir percobaan mengindikasikan berada pada periode laju-penurunan (falling-rate period).
Menurut Henderson dan Perry (1982), pada periode Laju-Konstan (Constant-Rate Period) bahan yang mempunyai kadar air tinggi dan permukaannya berair akan mengalami kehilangan air seperti pada permukaan air terbuka. Air dan lingkungannya adalah faktor yang paling berpengaruh dalam periode ini. Periode Laju-Konstan (Constant-Rate Period) akan berlangsung sampai permukaan bahan bebas dari uap air bebas dan selanjutnya laju kehilangan air menurun dengan cepat. Sedangkan periode Laju-Penurunan (Falling-Rate Period) meliputi dua proses, yaitu pergerakan uap air dalam bahan ke permukaan bahan dan pembuangan uap air dari permukaan bahan ke lingkungan.
Dari data yang telah kami dapatkan dalam penelitian ini, kami dapat melihat bahwa terdapat beberapa keanehan seperti pada tabel yang terdapat di atas (Tabel 5 dan Tabel 8). Secara pemikiran, makanan yang dikeringkan pada suhu yang lebih tinggi, akan lebih cepat kering dibandingkan dengan suhu yang lebih rendah. Tetapi dari data yang kami dapatkan, suhu alat pengering yang menggunakan sekam yang bersuhu 70,3˚C lebih cepat mengeringkan pisang dibandingkan dengan alat pengering yang menggunakan arang yang bersuhu 70,9˚C. Dari masalah tersebut, kami berasumsi bahwa terjadi kesalahan yang terdapat pada kepadatan arang. Arang yang kami gunakan tidak sepenuhnya halus bahkan banyak arang yang masih berbentuk bongkahan kecil. Arang tersebut menyebabkan kerusakan pada ventilasi sehingga uap air dari pisang tidak dapat keluar dengan normal.
Selain itu kita juga berasumsi bahwa perbedaan suhu yang terjadi pada alat pengering energi surya sederhana dikarenakan penggunaan isolator yang berbeda. Isolator yang paling baik untuk digunakan adalah isolator yang mampu menyimpan panas secara stabil. Dari penelitian yang kami lakukan terlihat bahwa isolator yang paling baik dalam menyimpan panas adalah arang.
Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
    1. Alat pengering sederhana tenaga surya dapat dibuat dan dioperasikan untuk pengeringan irisan pisang.
    2. Suhu rata-rata tertinggi dicapai pada ruang pengering 3 (arang) yang diikuti oleh suhu pada ruang pengering 1 (sekam), suhu pada ruang pengering 2 (abu sekam) dan suhu pada lingkungan. Berturut-turut 70,8 oC, 70,2 oC, 68,1 oC dan 38,4 oC.
    3. Penurunan massa rata-rata pisang setelah dilakukan pengeringan dalam waktu yang sama pada ruang pengering 3 (arang), 1 (sekam) , lingkungan dan 2 (abu sekam). Massanya berturut-turut menjadi 3,46 gr, 3,52 gr, 3,53 gr, 3,84 gr.
    4. Perbandingan efektifitas antara arang, sekam, abu sekam dan lingkungan dapat disimpulkan dari pencapaian suhu rata-rata dalam percobaan bahwa arang merupakan isolator yang paling efektif. 
#KTI Tim IPT 2 dalam Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional X, Jombang 2011

Tuesday, November 8, 2011

Monday, October 31, 2011

[RINGKASAN] Kontribusi Limbah Ruminansia terhadap Pemanasan Global: Laju Emisi Gas Metana dari Kotoran Kambing, Kerbau dan Sapi

Standard
Isu dunia yang terhangat saat ini adalah tentang pemansan global serta berbagai dampaknya terhadap kehidupan manusia. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan (Wikipedia, 2010).

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim telah menarik perhatian dunia. Kenaikan suhu udara yang kemudian menjadi sebuah ancaman bagi kehidupan manusia di muka bumi telah menjadi keresahan banyak pihak. IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) menyebutkan bahwa bila tidak dilakukan upaya pengurangan emisi gas rumah kaca maka 75-250 juta penduduk di Afrika akan menghadapi krisis air di tahun 2020. Kelaparan yang meluas akan terjadi di Asia Timur, Asia Tenggara dan Asia Selatan. Indonesia pun akan menghadapi kehilangan sekitar dua ribu pulau kecil akibat kenaikan permukaan air laut. Bencana banjir dan kekeringan menjadi ancaman (Fadli, 2007).

Kenyataan memang sepertinya mendukung, betapa negara-negara berkembang banyak yang kurang peduli dengan permasalahan lingkungan. Pembangunan industri di negara-negara berkembang yang masyarakatnya belum sadar terhadap pencemaran, telah mendegradasi kualitas lingkungan hidup secara massif. Berbagai industri, pabrik, dan ini yang paling penting industri perkayuan (penebangan hutan) telah mengakibatkan kerusakan lingkungan secara global.

Bagi negara-negara maju, kerusakan hutan tropis di negara-negara berkembang sangat mengkhawatirkan. Sebab hutan tropis dianggap sebagai paru-paru bumi yang mampu mensirkulasi dan mentransformasi karbondioksida menjadi oksigen. Bila hutan tropis hancur, maka bisa dibayangkan seluruh dunia akan terkena dampaknya. Dewasa ini, tiap tahun menurut Bank Dunia 10 sampai 20 juta hektar hutan tropis hancur. Padahal hutan tropis merupakan ekosistem yang amat penting bagi bumi. Sebagian besar makhluk hidup di bumi berada di hutan tropis.

Bila keadaan demikian terus dibiarkan, maka diperkirakan pada abad 21, hutan tropis akan lenyap dari muka bumi. Saat ini, di dunia hanya Brazil dan Indonesia saja yang masih mempunyai hutan tropis cukup luas. Namun demikian hutan tropis kedua Negara tersebut terus berkurang. Di Indonesia sebagai contoh, menurut Bank Dunia tiap tahun sekitar 600 ribu sampai 2,5 juta hektar hutan tropis musnah.

Pemanasan global disebabkan karena terakumulasinya gas-gas rumah kaca di atmosfer, sehingga panas matahari yang sampai ke permukaan bumi terjebak di dalam atmosfer bumi. Hal ini tentu saja akan meningkatkan suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi (Baskoro, 2009). Gas-gas rumah kaca tersebut meliputi CO2, CH4, N2O, CO dan juga NOX. Gas-gas ini secara alamiah memang ada di alam. Namun kegiatan manusia seperti industri, transportasi, pertanian, peternakan, rumah tangga dan berbagai kegiatan lain dapat menghasilkan gas-gas rumah kaca tersebut dalam jumlah yang besar.

Industri ternak telah menjadi penyebab utama dari pengrusakan lingkungan dan emisi gas rumah kaca. Memelihara ternak untuk konsumsi telah menjadi salah satu penghasil gas karbon dioksida terbesar serta menjadi satu-satunya sumber emisi gas metana dan nitro oksida terbesar. Sektor peternakan telah menyumbang 9 persen racun karbon dioksida, 65 persen nitro oksida, dan 37 persen gas metana yang dihasilkan karena ulah manusia. Gas metana menghasilkan gas rumah kaca 20 kali lebih besar dan nitro oksida 296 kali lebih banyak jauh di atas karbon dioksida. Peternakan juga menimbulkan 64 persen amonia yang dihasilkan karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam.

Selain menghasilkan feses dan urine, dari proses pencernaan ternak ruminansia menghasilkan gas metan (CH4) yang cukup tinggi. Gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan ozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus meningkat (Suryahadi dkk., 2002). Pada peternakan di Amerika Serikat, limbah dalam bentuk feses yang dihasilkan tidak kurang dari 1.7 milyar ton per tahun, atau 100 juta ton feces dihasilkan dari 25 juta ekor sapi yang digemukkan per tahun dan seekor sapi dengan berat 454 kg menghasilkan kurang lebih 30 kg feses dan urine per hari (Dyer, 1986). Sedangkan menurut Crutzen (1986), kontribusi emisi metan dari peternakan mencapai 20 – 35 % dari total emisi yang dilepaskan ke atmosfir. Di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi metan (Suryahadi dkk., 2002).

Laju emisi CH4 ke atmosfer merupakan yang paling cepat diantara keenam gas rumah kaca. Konsentrasi CH4 meningkat 150% dari konsentrasinya sebelum jaman revolusi industri tahun 1750 (IPCC, 2001). Proyeksi emisi CH4 oleh Nakicenovic et al. pada tahun 2000 memperlihatkan bahwa konsentrasi CH4 akan terus meningkat hingga tahun 2050. Akan tetapi, sejak awal 1990, laju peningkatan konsentrasinya menurun secara drastis dan bahkan pada periode 1998-2002, konsentrasi CH4 di atmosfer cenderung stabil dan mengarah ke tren negatif (Dlugokencky et al., 2003). Fenomena ini menyebabkan timbulnya wacana untuk meninjau ulang status CH4 sebagai salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global karena pengaruhnya yang semakin kecil (Bousquet et al., 2006).

Meskipun telah diketahui perkiraan persentase emisi metana dari sektor peternakan, namun laju emisi per satuan waktu untuk kotoran yang dihasilkan oleh berbagai jenis ternak belum banyak dipublikasikan. Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan pengamatan dan pengukuran laju emisi metana dari kotoran kambing, kerbau dan sapi. Dengan mengetahui, laju emisi tersebut maka diharapkan dapat dilakukan perkiraan total emisi dari sektor peternakan secara lebih baik.

Secara umum, fenomena yang terjadi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kotoran sapi, kambing dan kerbau menghasilkan akumulasi emisi gas metana yang terus meningkat sesuai dengan bertambahnya waktu.
2. Laju emisi masing-masing jenis kotoran berbeda-beda. Hal ini mengindikasikan kandungan tiap jenis kotoran tersebut mempunyai kandungan metana yang berbeda-beda.
3. Laju emisi metana pada perlakuan anaerobik dan aerobik berbeda. Hal ini ditentukan ada tidaknya oksigen dalam media penyimpanan dan aktivitas bakteri yang berperan dalam mendekomposisi bahan.
4. Laju emisi yang tercepat adalah kotoran hewan yang diperlakukan secara anaerobik. Hal ini dikarenakan bakteri yang mengurai kotoran menjadi gas metana adalah bakteri yang tumbuh dalam lingkungan anaerobik.


Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Laju emisi gas metana dari kotoran hewan ruminansia, khususnya pada kambing, kerbau dan sapi terus mengalami peningkatan, sesuai pertambahan waktu.


2. Persamaan matematis emisi gas metana pada kondisi aerob dan anaerob adalah sebagai berikut:


3. Laju emisi untuk masing-masing jenis kotoran pada kondisi aerob dan anaerob adalah sebagai berikut:


4. Dari data tersebut dapat dibandingkan laju emisi pada kondisi aerob dan anaerob. Terlihat bahwa ada perbedaan yang signifikan anatara 2 kondisi tersebut, terutama pada kotoran sapi. Hal tersebut sekaligus memperlihatkan bahwa kotoran sapi adalah jenis kotoran ruminansia yang paling banyak menghasilkan gas metana di antara ketiga jenis kotoran yang diuji.


#Finalis Indonesian Science Project Olympiad Bidang Lingkungan 2011

Tuesday, June 21, 2011

Satu Langkah Menggapai Mimpi

Standard

Sabtu,18 Juni 2011. Dihari itu satu lagi langkah menggapai mimpi dalam hidupku telah berhasil ku lalui.

Disatu sisi,pada hari itu aku tahu hasil belajarku selama 1 semester ini (semester 2 kelas XI) yang Alhamdulillah baik dan disisi lain aku telah sukses mengharumkan nama baik SMA N 2 Purwokerto bersama 2 orang partnerku.

Agustin Nurul Fahmawati dan Shofia Suparti itulah nama mereka yang telah berjuang bersamaku dalam menapaki satu langkah maju menggapai mimpi.

Puji syukur kepada Allah SWT,dzat yang Maha Pengasih sehingga kami berhasil menjadi JUARA 1 OLIMPIADE EKONOMI ISLAM SMA/SMK/MA Se-Karesidenan Banyumas yang diselenggarakan oleh Fossei FE Unsoed.

Sungguh perjuangan yang sangat dramatis. Walupun akhirnya dengan hanya persiapan sekitar 3 hari saja dan tanpa bimbingan dari guru kami berhasil menjadi pemenenag mengalahkan mereka yang telah bersiap lebih lama dari kami dan juga didampingi oleh guru pembimbing.

Dari hal ini satu lagi inti pelajaran yang bisa saya ambil untuk kesekian kalinya. Bahwa "MAN JADDA WA JADDA". Siapa yang bersungguh sungguh pasti akan mendapatkan hasil yang memuaskan/setimpal atas seizin ALLAH SWT.

Besar harapanku semoga selanjutnya aku bisa terus berprestasi dan lebih banyak lagi berkarya sehingga bisa banyak bermanfaat bagi masyarakat dan membahagiakan kedua orangtua.amin....AYO SEMANGAT!!!

Wednesday, June 15, 2011

Aku dan ROHIS Smadha

Standard
Saat pertama kali aku tahu tentang ROHIS di sekolahanku, aku hanya memandang ROHIS sebagai organisasi biasa yang ada dibawah OSIS dan tentunya tak lebih baik dari pada OSIS. Tak heran, seperti anggapanku saat itu sekarang ini banyak teman-temanku yang menyepelekan keberadaan ROHIS. Seiring berjalannya waktu semakin aku tahu yang sesungguhnya tentang ROHIS.

Tak bisa dipungkiri bahwa ROHIS tak serendah itu. Bagaimanapun ROHIS adalah organisasi resmi yang didukung penuh oleh sekolahanku dan berlandaskan syariat islam dalam setiap langkahnya. Bahkan ROHIS di sekolahanku hingga kini telah melahirkan pemuda-pemudi islami yang sukses dikemudian hari.

Dari pengalamanku dan cerita dari Bapak dan Ibu guru, maka aku dapat menyimpulkan bahwa semakin aktif seorang siswa dalam mengikuti atau bahkan mengurusi kegiatan ROHIS maka Ia akan semakin banyak memperoleh manfaat dari amal perbuatannya di ROHIS.

ROHIS memang bukan organisasi elit seperti OSIS dan bukan pula organisasi tertinggi di sekolahanku seperti MPK. Namun ROHIS adalah organisasi pembenteng hati dari sikap tercela dan sekaligus sebagai organisais penyemangat dalam fastabikul khoirot . ROHIS membentengi hati para pengurusnya dengan siraman rohani setiap waktu. Siraman rohani tak hanya bermakna menyimak ceramah, namun juga bermakna sebagai suatu pemberian yang menjadikan rohani teduh dan tenteram.

(Penyerahan PIN ROHIS dari Mas Luthfie Maula (Ketua Rohis Smadha 2009-2010) ke saya selaku Ketua Rohis terpilih)

Jalan Hidup Menuju Hidayah

Standard

Aku dilahirkan dalam sebuah keluarga sederhana nan bahagia. Dengan orang tua yang sangat sayang kepadaku serta dua orang kakak perempuan yang selalu membimbingku. Keidupanku sungguh bahagia kala itu. Betapa tidak karena aku hidup ditengah keluarga yang sangat kuat ukhwah islamiyahnya.

Kumandang adzan dan lantunan ayat Al-Qur’an senantiasa terhembus ditelingaku setiap hari. Sejukkan hatiku dan jernihkan pikiranku. Masjid laksana rumah sendiri karena letaknya bersebelahan dengan rumahku dalam satu rangkaian tembok.


Dari mulai bayi yang tak tahu suatu apapun maka Allah SWT meniupkan karunianya bagiku sehingga aku sampai pada usia lima tahun. Ku rasakan ada yang berbeda dari diriku. Perbedaan yang istimewa dan tidak semua anak seusiaku mendapatkannya. Entah kenapa setiap langkah dan perbuatanku laksana disisipi rasa takut akan dosa dan siksa.

Sholat lima waktu tak pernah kutinggalkan. Begitu pula puasa ramadhan yang tak pernahku abaikan sejak usiaku beranjak lima tahun. Berbalut kasih sayang dari keluarga, hidupku semakin tentram. Rasanya asma Allah selalu ada disetiap hembusan nafasku.

Bumi terus berputar, daun yang gugurpun cerminkan datangnya musim yang baru. Matakupun terus terbelalak menatap alam yang membentang sambil terus kurenungi mengapa Tuhan ciptakan aku berbeda dengan mereka yang sebayaku. Anugerah dari Allah yang harus aku syukuri.

Cakrawala hidup berusaha terus ku jamah. Ku mulai sesuikan pribadiku dengan lingkungan baru di taman kanak-kanak bersama banyak kawan baru. Tak gampang bagiku untuk lakukan itu, karena aku hanyalah seorang yang pendiam dan pemalu. Aku belum berhasil, tiada teman yang setia bersamaku. Aku hanya sendiri dan tenggelam dalam kesepian lewati waktuku.

Cukuplah kiranya delapan bulan di Taman Kanak-kanak semenjak aku masuk, ku teruskan jenjang pendidikanku di sebuah Sekolah Dasar tepat disebelah Taman Kanak-kanak itu. Sekolahan baru membawa teman dan situasi baru. Langkah pendidikanku dari kelas satu hingga kelas tiga kini telah selesai dengan baik. Hanya rona bahagia yang terpancar di wajah kedua orangtuaku melihat nilaiku yang memuaskan kala itu. Aku sangat bahagia ketika melihat mereka bahagia.

Tak terasa, kini aku kelas empat SD. Goresan baru dengan penaku dimulai menggantikan pensil yang biasa aku gunakan dikelas sebelum-sebelumnya. Begitu juga pribadiku yang sudah bosan menjadi pendiam dengan sedikit teman. Aku ingin seperti temanku yang punya banyak teman, bebas dalam hidupnya dan tak terbebani apapun dalam pikirannya.

Perjuangan untuk mendapatkan banyak teman ku arungi dengan begitu sulit. Duka dan luka terukir dalam sanubariku dalam meniti anak tangga baru hidupku. Sampai akhirnya kesuksesan dalam usahaku mencari banyak teman terwujud. Dari saat itu, hidupku ramai dan penuh warna. Hingga tak sadar, jernihnya hati mulai keruh terciprat noda kotor karena dosa.

Sampai suatu ketika, saat naluri kekanak-kanakanku merasuk menghasutku menjadi anak nakal. Walaupun wajar bagi sebagian orang, namun sangat rawan bagiku karena ini adalah masa pembentukan jati diri muslimku. Saat itu aku pergi bermain bersama teman-temanku ke hulu sungai untuk berrenang. Aku tahu jika aku izin kepada orang tuaku pasti mereka tak akan mengizinkanku. Itulah yang menyebabkan aku tanpa pikir panjang pergi bermain bersama teman-temanku tanpa izin pada orang tuaku terlebih dahulu. Umi dan Abiku memang sangatlah sayang padaku, namun tak seharusnya rasa itu membuat mereka over protective padaku, ujarku kala itu. Namun ternyata kegelisahan orang tuakulah yang membuat Ayahku mencari dan menyuslku ke hulu sungai. Setibanya disana, segeralah telinga kananku menjadi sasaran empuk jeweran Ayah. Malu karena dilihat banyak orang dan perih telingaku membuat aku bergumamam dalam hati. ”masa sih main sama temen ke hulu sungai aja gak boleh?, huh nyebelin”.

Tak berhenti disitu, masa labil usia anak-anak terus ku alami. Kekurang hati-hatian dalam memilih teman menjadi sangat fatal ketika gelora semangat memiliki banyak teman lebih kupentingkan. Awal tahun ajaran baru saat aku menginjak bangku kelas enam SD, ada seorang anak laki-laki pindahan dari dusun lain tinggal di dekat rumahku. Keramahannya padaku membuat persahabatan kami semakin erat. Sejak awal orangtuaku sudah sering menasehati supaya aku membatasi hubungan persahabatanku dengannya, namun tak ku hiraukan itu. Memang anak itu pintar dan supel, tapi nampaknya faktor kurang perhatian dari orangtuanyalah yang membuat ia terlibat kasus pencurian tembaga. Akupun sangat kaget dan sontak aku sebagai sahabatnyapun terciprat getahnya. Anggapan buruk banyak orang padaku sempat membuatku takut dan gelisah. Namun, tiadalah yang maha melihat lagi maha penolong selain Allah SWT yang berbaik hati membukakan kebenaran yang tertutupi debu fitnah dan suudzon.

Berbagai peristiwa masa kecilku adalah suatu kenangan yang akan selalu tersimpan dalam memori otakku. Walaupun belum bisa menyulap pribadiku menjadi lebih suci dari dosa, namun akan ku renungi sebagai liku dan ujian hidup. Tahun yang baru, hidup yang baru dan masa yang baru kini tengah ku jalani. Masa remaja yang penuh dengan misteri dan problematika tengah ku hadapi. Hanya ada dua pilihan di masa rawan ini, hancur dan terprosok kedalam jurang kenistaan akibat salah langkah atau menjadi sosok yang lebih mulia dan penuh dengan kemanfaatan bagi oranglain karena istiqomah dalam kehati-hatian meniti jembatan hidup.
Masa remaja identik dengan masa puberitas dimana seseorang mulai merasakan ketertarikan pada lawan jenis. Seseorang akan masuk dalam dunia mimpi dengan sejuta khayalan yang membumbung tinggi. Dengan persepsi yang berbeda-beda pada setiap orang, membuat ketetapan Allah SWT tentang cinta sering kali tersimpangkan dari makna yang haq dari sisi Allah SWT.

Seperti rekan sebayaku, mulai ku rasakan benih-benih virus merah jambu tumbuh dihatiku, meracuni pikiranku hingga membuatku mabuk karenanya. Tiada satu kesempatanpun bagi syetan yang terkutuk sehingga mereka bersedia mebiarkan imanku tetap kokoh dengan tanpa menggodaku. Lewat buhul-buhul dan bujuk rayu, mereka kaburkan pandanganku terhadap perbedaan cinta dan nafsu. Keduanya menjadi tercampur baur sulit dibedakan. Itulah yang membuatku sulit dimana tumbuhnya rasa cinta beriringan dengan nafsu syahwat yang menggebu-gebu.

Tak kuat ku menahan gejolak cinta kemudiaan ku perbuat kemungkaran akibat tipu daya syetan. Walaupun kata pacaran sudah tak asing lagi dan bahkan banyak temanku yang melakukannya. Namun tak bisa ku elakkan, begitu banyak kemudhorotan yang akan di dapat ketimbang manfaat dari perbuatan itu. Hatiku menjadi risau terpikirkan oleh suatu hubungan yang belum halal yang di sebut pacaran. Namun ternyata kerisauanku akan kemudhorotan pacaran masih terkalahkan oleh bujuk rayu syetan lewat perantara teman-temanku yang juga berpacaran sehingga aku masih tetap melakukan hal itu.

Dosa semakin menggerogoti akidahku dan membuatku cenderung lebih malas beribadah. Dari saat itulah aku merasa kedekatanku dengan Rabbku menjadi lebih renggang. Syetan telah melakukan tipu daya sehingga aku melihat keindahan dan kebaikan di jalan menuju kehancuran. Zina mata, zina hati, dusta, munafiq dan sikap tak tahu malu. Setidaknya itulah seklumit kemudhorotan yang aku peroleh dari perbuatanku itu disamping banyak kemudhorotan lain yang mungkin terjadi.

Allah tidak tidur dan Allah maha bijaksana. Allah tak akan mungkin menurunkan azab sebelum turun peringatan bagi hambanya. Awal tahun di sekolahan baru menengah atas ku coba dapatkan pengalaman baru. Ku ikuti sebuah organisasi islam yang bernama “ROHIS (Rohani Islam)”. Singkat cerita, ku temui saudara-saudaraku sebayaku yang seiman yang sangat kokoh tekatnya dalam usaha menegakkan syariat islam di sekolahanku. Mereka berusaha memberikan contoh bagi kawan-kawannya lewat sikap yang beradab setiap saat. Subhanallah, tak kusangka ditengah hiruk pikuk modernisasi yang memakan jati diri muslim ternyata masih ada pemuda-pemuda tangguh disekitarku yang memiliki semangat jihad tinggi. Aku sungguh kagum pada mereka dan aku ingin seperti mereka yang dekat dengan Allah. Memang akan sangat sulit, tapi ukhwah islamiyah yang selalu mereka tebarkan disetiap langkah merekalah yang membuat aku bersemangat meniti langkah baru dalam hidupku. Prestasi yang gemilang seolah menjadi simbol kesuksesan dan balasan Allah bagi mereka yang dekat dengan-Nya. Pesona mereka sebagai remaja muslim sejati membuat mataku terbuaka akan keindahan cinta pada Allah yang lebih besar dari keindahan cinta pada apapun.

Aku tidak ingin termasuk dalam golongan orang yang berdiam diri dalam kebodohan. Aku terus berusaha memperbaiki diriku dan berusaha melaksanakan segala tanggungjawabku di segala hal dengan baik. Dari situlah hal yang tidak ku sangka-sangka terjadi. Suatu amanah besar dari saudara-saudaraku di dalam keluarga besar ROHIS. Kepercayaan sebagai seorang imam dalam tubuh organisasi ini awalnya sempat membuatku cemas dan takut jikalau aku tak mampu untuk mengemban tanggungjawab ini. Namun Allah SWT-lah yang membuat sanubariku kokoh dan teguh untuk berusaha melaksanakan amanah ini dengan baik sebagai wujud pengabdianku pada Allah SWT.

Seiring berjalannya waktu hatikupun semakin terpupuk subur oleh rasa yakin bahwa aku atas izin Allah akan bisa menegakan syariat islam dan mengajak teman-teman di sekolahku untuk lebih mengenal Allah. Tentu hal itu tak bisa ku lakukan sendiri karena saudara-saudaraku pengurus ROHIS lah yang selalu mendampingiku dan menjadi obat lelah dan lalaiku. Kini aku sadar bahwa aku tak sendirian karena aku ditemani dengan sudara-saudaraku muslim dan muslimah sejati yang akan saling tolong menolong dalam kebaikan sehingga aku akan tertolong oleh mereka dari kenistaan. Merekalah pemuda dan pemudi yang selalu berusaha mengendalikan nafsu dan berusaha melaksanakan pengabdian kepada Allah SWT dengan tulus ikhlas. Merekalah yang mengajariku untuk mengendalikan diri dari rasa cinta yang menipu dan menjerumuskan ke dalam jurang kenistaan. Bukan hanya tidak melaksanakan suatu perbutan dosa namun mereka juga meninggalkan jalan-jalan yang menjadikan mereka dekat dengan perbuatan dosa.

Berkat Allah SWT dan melalui perantara merekalah kini hatiku tergugah dan pribadiku berubah. Alhamdulillah kini aku bukan lagi sosok remaja muslim yang termakan kobaran hawa nafsu syahwati dengan mengatasnamakan cinta lewat jalan berpacaran. Ikrar sucu dari dalam lubuk hati bahwa aku berjanji pada diriku untuk bahwa atas izin Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang kan ku genggam hidayah ini erat-erat meskipun suatu saat aku harus berpisah dengan saudara-saudaraku dan purna dari kepengurusan Rohani Islam. Itulah jalan menuju hidayah dalam hidupku yang berliku, sampai akhirnya jalan lurus ku temui usai ku lihat cahaya illahi yang memancari hatiku.

Sunday, February 27, 2011

[ABSTRAK] Rancang Bangun Alat Pengering Sederhana Energi Surya untuk Mempelajari Laju Kehilangan Air pada Irisan Pisang Selama Proses Pengeringan

Standard
Budidaya pisang dapat memberikan keuntungan yang cukup besar dalam waktu yang relatif singkat, akan tetapi budidaya di Indonesia yang sekarang belum dikelola secara optimal. Salah satu kendalanya adalah kesulitan dalam penanganan pasca panennya karena pisang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mudah rusak (perishable). Upaya untuk menghambat proses metabolisme pada pisang setelah dipanen adalah dengan menurunkan kadar airnya melalui proses pengeringan. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) merancang alat pengering sederhana energi surya dengan menggunakan bahan yang mudah diperoleh di pasaran, (2) mempelajari pola kehilangan air pada irisan pisang selama proses pengeringan dengan menggunakan alat pengering sederhana energi surya, dan (3) menentukan laju pengeringan irisan pisang selama proses pengeringan dengan menggunakan alat pengering sederhana energi surya. Alat pengering sederhana dibuat sebanyak 3 jenis yang dibedakan oleh isolator yang digunakan, yaitu sekam, kertas, dan serbuk gergaji. Produk yang dikeringkan adalah irisan pisang setebal 0.5 cm. Parameter yang diamati adalah suhu lingkungan, suhu ruang pengering, dan kelembaban relatif dalam ruang pengering. Pengukuran parameter tersebut dilakukan tiap 15 menit. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis kecenderungan (trend analysis).Hasil analisis menunjukkan bahwa alat yang dirancang dapat digunakan untuk melakukan proses pengeringan irisan pisang. Selama proses pengeringan bobot irisan pisang menunjukkan penurunan. Penurunan bobot pisang selama proses pengeringan dapat dibedakan menjadi dua periode yaitu perode laju konstan (constant rate period) dan periode laju penurunan (falling rate period). Persamaan matematis penurunan bobot irisan pisang adalah sebagai berikut : Pada Constant Rate Period kotak dengan isolator sekam memiliki persamaan Y= -0.0538 X +26.199, kotak dengan isolator kertas Y = -0.0492 X + 26.308, dan Kotak dengan serbuk gergaji memiliki persamaan Y = -0.0623 X + 26.093. Sedangkan pada Falling Rate Period, Kotak dengan sekam sebagai isolatornya memiliki persamaan matematis Y = -0.0082 X + 12.623, kemudian kotak dengan isolator kertas Y = -0.0136 X + 13.695 dan kotak dengan serbuk gergaji sebagai isolatornya memiliki persamaan matematis Y = -0.0065 X + 12.164. 

#Juara 1 LKIR bidang Teknologi Provinsi Jawa Tengah 2010

Kepemimpinan Islam sebagai Tonggak Kejayaan Islam Sekaligus Sosialisasi Pendidikan Islam di Indonesia

Standard

Sesungguhnya Allah SWT adalah dzat yang adil. Pencipta alam yang tak pilih kasih. Setiap kaum telah ia anugarahi nikmat yang tak terhitung banyaknya. Begitu juga dengan Indonesia tercinta yang telah dianugerahi dengan kelimpahan kekayaan alam. Pemanfaatan kekayaan alam yang berlimpah secara optimal dengan diiringi pelestarian secara berkelanjutan tentu akan menciptakan kemakmuran bagi seluruh rakyat. Terlepas dari manfaat yang diperoleh, maka sesunguhnya usaha menjaga dan melestarikan lingkungan merupakan tanggungjawab kita sebagai seorang kholifah di bumi. Tentunya tanggungjawab tersebut bukan hanya dijalankan sebagai penghindar dosa saja, namun juga sebagai wujud kecintaan kita kepada Sang Kholiq.

Di sisi lain, pengelolaan sumber daya alam yang buruk akan menciptakan bencana bagi umat semesta alam. Contohnya saja negara kita yang sering terkena bencana akibat pengelolaan alam yang buruk. Dari mulai banjir,tanah longsor, sampai tsunami sudah pernah terjadi di tanah air kita. Selain bencana alam, saat ini Indonesia juga tengah mengalami penderitaan batiniah yang dikarenakan kesemrawutan pendidikan di Indonesia. Kesemrawutan pendidikan di Indonesia tak lepas dari kekhilafan pemerintah yang terlalu ambisius untuk menjadikan pendidikan di Indonesia setara dengan pendidikan negara barat. Harus kita akui upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia perlu diberikan apresiasi mengingat begitu rendahnya kualitas pendidikan Indonesia saat ini.

Namun nampaknya niat baik itu tidak sejalan dengan kultur asli bangsa Indonesia dimana mayoritas penduduknya yang beragama Islam dipaksakan untuk menggunakan jubah lama pendidikan di negara barat yang dituangkan dalam sebuah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP). Penggunaan KTSP tersebut tak ubahnya sebuah penistaan pendidikan yang memprioritaskan nilai dan kegiatan remidial sebagai tolak ukur kemampuan siswa. Kegiatan remidial seolah-olah hanya merupakan usaha membantu memperbaiki nilai siswa yang anjlog, bukan untuk perbaikan konsep pengetahuan siswa.

Hal ini menjadi dilema pendidikan di Indonesia yang lebih memprioritaskan nilai daripada ilmu. Suatu evaluasi pembelajaran menjadi hal yang lumrah untuk dilaksanakan. Namun, evaluasi pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk soal yang jumlahnya terbatas menimbulkan permasalahan bahwa ilmu yang telah diperoleh siswa sering kali tidak dikeluarkan dalam soal. Maka dari itu, perlu mengadakan inovasi kurikulum untuk mengevaluasi siswa. Suatu alternatif untuk mengatasinya adalah dengan mengaplikasikan metode evaluasi yang dilakukan dalam Islam yaitu cara pembelajaran dimana kemampuan siswa tidak hanya diukur dari nilai. Namun, gurunya lah yang secara langsung mengamati peningkatan kualitas pendidikan anak didiknya. Metode pembelajaran Islam adalah metode pendidikan terpadu dimana seorang guru melakukan pengajaran secara terpadu dengan tujuan pokok untuk mengajarkan ilmu kepada anak didiknya. Di sisi lain seorang murid berkewajiban memberikan penghormatan yang tinggi terhadap guru sebagai wujud terimakasihnya atas ilmu yang telah diajarkan. Keadaan tersebut sungguh sangat berlainan dengan fenomena saat ini dimana semakin banyak murid yang meremehkan gurunya. Tak heran saat ini begitu banyak anak didik yang kesulitan menerima ilmu yang diajarkan gurunya atau bisa menerima tetapi ilmu itu tidak bermanfaat baginya karena tidak mendapat berkah dari guru yang telah mereka remehkan.

Dari sebuah konsep pendidikan Islam yang sangat menakjubkan akan dapat mengubah pola pendidikan bangsa Indonesia dengan menggabungkan hal tersebut dengan kinerja evaluasi modern. Kinerja evaluasi modern ini disebut evaluasi berbasis pengetahuan menyeluruh (MeVas PM). Aplikasi MeVas PM dilakukan dengan bahasa lisan ataupun tulisan dimana siswa ditugaskan untuk menjelaskan semua yang mereka ketahui mengenai bab yang sedang dievaluasi. Dengan begitu penilaian mengenai pengetahuan siswa menjadi sangat efektif karena tidak hanya berpacu untuk menjawab soal. Konsep Islam modern tersebut akan berhasil jika pemerintah turut berpartisipasi aktif untuk mewujudkannya dalam kurikulum di lembaga-lembaga pendidikan saat ini.

Tak semudah membalikan telapak tangan, segudang masalah menjadi alasan untuk tetap mempertahankan kurikulum KTSP. Namun, bukan tidak mungkin bahwa kurikulum MeVas PM akan teraplikasikan dengan peranan umat Islam sebagai ungkapan pembangunan Islam modern. Tentunya kepemimpinan muslim sejati yang bertaqwa menjadi sangat penting untuk mewujudkan tatanan pendidikan Islam di bumi pertiwi. Oleh karena itu sebagai umat Islam marilah kita bangkit dengan jutaan inspirasi yang inovatif dan meninggalkan pemikiran kolot namun tetap berlandaskan hukum Islam yang benar. Sesungguhnya itulah yang diharapkan agama kita. Jika anda tak percaya, maka lihatlah perjuangan Rosululloh Muhammad SAW sebagai pemimpin bangsa Arab yang bijaksana dan inovatif.

Ketika pemimpin muslim yang bertaqwa telah datang untuk membangun bangsa ini maka sudah pasti bahwa seluruh ilmu dan pendidikan Islam akan tersosialisasi secara menyeluruh di Indonesia. Sehingga akan terwujud masyarakat Islam yang berpendidikan dan berakhlak mulia.

Hendaknya itulah yang harus kita gapai sebagai umat Islam yang hidup di zaman modern. Dengan semua itu, maka akan tercapai kepemimpinan Islam sebagai tonggak kejayaan Islam sekaligus sosialisasi pendidikan Islam di Indonesia.

Pengaruh Penerapan Adab dalam Pemberian Zakat terhadap Ketakwaan dan Kemandirian Umat Islam

Standard

“Islam itu bersendi atas 5 asas, yaitu mengikrarkan kesaksian (syahadat) bahwa tak ada tuhan selain ALLAH dan Muhammad itu utusan Allah dan menegakkan sholat, dan membayar zakat, dan haji, dan berpuasa pada bulan romadhon” (Q.S. Al-Baqoroh: 1)

Pada hadits tersebut diatas telah jelaskan bahwa membayar zakat merupakan suatu hal yang sangat penting dalam Islam, bahkan diibaratkan seperti sendi. Diibaratkan demikian karena kelima asas tersebut berperan layaknya seperti sendi yang menyokong kokohnya tubuh manusia. Jika salah satu sendi keislaman seseorang rusak maka akan terganggu pula kinerja sendi keislaman lainnya. Kelima asas tersebut sama pentingnya karena saling menunjang. Sehingga perlu kita maksimalkan secara menyeluruh.

Salah satu dari lima asas keislaman seseorang adalah zakat. Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar yang berarti berkah, tumbuh, bersih, baik dan kelebihan. Sedangkan bila ditinjau dari segi istilah fiqh, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak (Qardawi, 1991). Dari pengertian tersebut, zakat dapat diartikan sebagai suatu harta kelebihan yang baik dan diwajibkan oleh Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak agar keduanya mendapatkan berkah dari Allah dan untuk membersihkan dosa muzakki. Disisi lain mustahik mempergunakan harta tersebut secara bertanggungjawab sehingga harta tersebut akan tumbuh. Kata tumbuh bermakna bahwa harta tersebut akan menghasilkan kemanfaatan yang lebih banyak, meningkatkan mental keagamaan dan kemanusiaan bagi penerima dan pemberi zakat.

Menurut Mursyidi (2003), Pada hakekatnya zakat memiliki 4 fungsi pokok yaitu:
1. Membersihkan jiwa muzakki
2. Membersihkan harta muzakki
3. Fungsi ibadah. Artinya bahwa zakat merupakan sarana dalam pengabdian dan rasa syukur kepada Allah SWT
4. Fungsi sosial ekonomi. Artinya bahwa zakat mempunyai misi meratakan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam bidang sosial ekonomi. Lebih jauh dapat berperanserta dalam membangun perekonomian mendasar yang bergerak langsung ke sektor ekonomi lemah.

Fungsi zakat tersebut merupakan gambaran peran serta zakat dalam mewujudkan kemandirian umat islam. Selain fungsi ibadah dan kemanfaatan bagi muzakki, fungsi sosial ekonomi merupakan fungsi pokok zakat karena akan berpengaruh terhadap aspek lain dalam kehidupan Umat Islam. Pemerataan tingkat ekonomi akan menjadikan semakin banyak orang merasa lebih tenang dalam beraktifitas karena tidak dibayang-bayangi kekhawatiran terhadap pemenuhan kebutuhan hidupnya, sehingga ibadah mereka akan lebih khusyu. Tidak ada lagi alasan menyekutukan Allah SWT karena ketergantungan pemenuhan kebutuhan ekonomi kepada pihak Non Islam. Tidak hanya itu, semangat umat islampun akan meningkat sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan pada aspek politik, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan terberdayakannya berbagai aspek kehidupan oleh Umat Islam, maka akan mengakibatkan kemandirian Umat Islam yang ditandai dengan kemaslahatan umat dalam berbagai aspek kehidupan.

Semua itu merupakan ungkapan kemanfaatan yang akan terwujud jika pelaksanaan pemberian zakat dilakukan berdasarkan ketakwaan terhadap Allah SWT dan menerapkan adab dalam pelaksanaan pemberian zakat.

Takwa berarti terpeliharanya diri untuk tetap taat untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya (Alwi dkk, 1988). Seorang yang bertakwa akan selalu berusaha untuk berbuat kebaikan karena menganggap bahwa segala yang dia lakukan adalah pengabdian kepada Allah. Sehingga akan selalu berusaha untuk berbuat yang terbaik dalam segala hal.