Wednesday, December 28, 2016

Laporan Pelaksanaan Tugas Kabinet Inspirasi Indonesia BEM KMUGM 2016, untukmu Gadjah Mada & Indonesia

Standard
Salam hangat dan penuh cinta untuk segenap bangsa Indonesia! Berikut saya haturkan Laporan Pelaksanaan Tugas kami, Kabinet Inspirasi Indonesia BEM KM UGM 2016 dalam bentuk repost dari akun resmi BEM KM UGM 2016. Semoga menjadi bagian positif upaya transparansi dan akuntabilitas lembaga.

[SAYOUNARA INSPIRASIA~]

Halo Gadjah Mada & Indonesia!

Segala puji tecurah kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia & nikmat-Nya. Berkat izin dan kekuatan dari-Nya satu tahun ini kami dapat menjakankan amanah di Kabinet Inspirasi Indonesia BEM KM UGM 2016.


Ini merupakan 'post' terakhir kami, Kabinet Inspirasi Indonesia. Maka, kami haturkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah menjalin silaturahim, kerjasama, mendukung, berpartisipasi dan berinteraksi dengan kami satu periode ini.

Tentu ada begitu banyak kekurangan dan kesalahan yang kami perbuat, maka kami memohon maaf kepada semua pihak. Kami sangat berharap semua pihak terkait berkenan memaafkan.

Berikut kami sampaikan 900-an halaman 'Laporan Pelaksanaan Tugas' Kabinet Inspirasi Indonesia BEM KM UGM 2016 sebagai bentuk pertanggungjawaban kami pada publik.

•PPT LPT : http://ugm.id/PPTLPJ

•LPJ Full : ugm.id/LPJBEM2016

Kami sampaikan pula hasil riset berikut sebagai tolak ukur dan rekomendasi perbaikan KM UGM kedepan.

•Laporan Jaring Aspirasi KM UGM : http://ugm.id/LapKMUGM

•Riset Evaluasi Akhir Kabinet : http://ugm.id/EvalKab
Kami mohon pamit dan SAYOUNARA!

Salam Cinta, Sinergi & Inspirasi!

M. Ali Zaenal Abidin (Presiden Mahasiswa BEM KM UGM 2016) beserta segenap punggawa Kabinet Inspirasi Indonesia
BEM KM UGM 2016












Cinta, Sinergi, Inspirasi

Standard
Berjuta kenangan indah ini menyeruak memenuhi relung hati, terhampar sebagai sebuah narasi Cinta, Sinergi, dan Inspirasi. Terimakasih Allah wahai cintaku. Skenariomu sungguh indah dan tak terbayangkan.
Perbedaan merupakan realitas mutlak yang kita temui dalam kehidupan. Tak ada yang betul-betul sama, bahkan dua orang bayi yang kembar identik pun akan tetap punya perbedaan. Maka, perbedaan adalah karunia Tuhan yang sangat indah. Perbedaan itu laksana pelangi, harmoni membentuk keindahan yang mempesona.

Jika kita terus berbicara tentang perbedaan, tak akan kita dapati persatuan yang memajukan Indonesia. Justru dari berbagai perbedaan, perlu kirannya kita menemukan titik temu. Titik dimana kita bersepakat untuk menghimpun segenap energi dan potensi perbedaan demi kebaikan bersama.

Ada satu keterikatan yang mampu menghimpun segala perbedaan kita sebagai sebuah bangsa. Menjadikan kita menyingkirkan dan/atau mentoleransi kebersamaan diatas identitas primordial yang kita punya. Itulah yang barangkali terlalu sering kita dengar sebagai Nasionalisme. Yang pada kesempatan ini ingin saya terjemahkan dalam bahasa yang lebih renyah, Cinta Indonesia. Yah, barangkali hanya ada satu alasan yang membuat kita berhimpun dan menyatu di atas perbedaan. Yaitu karena rasa cinta yang telah mengharu biru hati kita. Cinta merupakan energi gerak yang maha dasyat. Membuat manusia berkali lipat lebih tangguh dalam berjuang untu kebaikan. Demikian halnya seperti cinta kita pada Indonesia, kita seluruh elemen Universitas Gadjah Mada pun punya ikatan suci yang sama sebagai energi terbaik mengukir karya nyata, Cinta Gadjah Mada.

Saat kita telah mempunyai bahan bakar yang luar biasa untuk berkarya dalam wujud rasa cinta. Selanjutnya kita mesti menyadari bahwa terlalu banyak persoalan yang kita hadapi sebagai sebuah bangsa. Tak mungkin hanya dengan segelintir orang saja semua akan berubah signifikan menuju perbaikan. Perlu adanya kerja-kerja sinergi dari semua orang untuk menyelesaikan berbagai persoalan bangsa. Mengoptimalkan segala potensi dan karya dalam bingkai sinergi menjadi harapan baru bagi bangsa yang sedang dirundung tsunami problema. Kita tak perlu mengklaim bahwa kita adalah orang yang paling berpengaruh dan berjasa bagi perubahan sosial. Namun, menjadi penting untuk mendorong sinergi karya dan potensi guna mengkatalisasi terwujudnya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.

Wednesday, December 14, 2016

Menunggu Waktu Shalat

Standard
Tiba-tiba saya teringat kata seorang guru, “aktifitas kita merupakan pengisi diantara kedua waktu shalat, kita menunggu waktu shalat tiba dengan beraktifitas, bukan shalat sebagai selingan dalam beraktifitas ”

Sekejap saya pun jadi termenung, sekarang usia saya sudah 22 tahun, sampai usia berapa saya akan hidup? Sudahkah saya hidup sebagai hamba yang baik?

Di titik ini saya menyadari bahwa pribadi ini jauh dari kata ‘soleh’.  Masih begitu banyak maksiat dan dosa yang diperbuat, masih minim ilmu agama, masih juga begitu banyak kekurangan.

Dan di titik ini pula saya punya kesempatan untuk memperbaiki diri dimulai dari perbaikan niat dan pradigma. Boleh kita berbuat apa saja, boleh kita tak menaati Allah, tapi ingat, kita semua akan mati.

Tuesday, December 13, 2016

Memimpin dengan Kesabaran & Kejernihan Akal

Standard
Kerap kali kita terlalu banyak berharap pada manusia. Bahwasanya semua akan berubah jadi lebih baik karena manusianya. Tapi, sadarkah kita bahwa dibalik manusia yang merubah ada Tuhan yang menggerakan? Dengan kata lain manusia merupakan perantara perubahan itu sendiri.

Dalam konteks kepemimpinan pun demikian. Seorang pemimpin memiliki tantangan tersendiri tergantung kondisi lapangan, termasuk kepemimpinan di tengah mahasiswa. Untuk dapat menggerakan seseorang secara optimal (dalam bingkai kuasa Tuhan), butuh ketekunan dan kesabaran dalam mengingatkan, mendorong, dan menasihati. Kemarahan bukanlah solusi mengatasi masalah, karena dalam konteks ini mahasiswa memiliki kekhususan kondisi, diantaranya tidak dibayar dan punya beban akademik.

Selanjutnya, selain kesabaran, dibutuhkan pula kejernihan akal yang konsisten. Karena barang sekali saja akal keruh dan hilang kendali maka akan muncul masalah yang makin rumit, benang makin kusut. Praktis dari pengalaman saya 3 tahun memimpin di organisasi mahasiswa, memimpin memiliki seninya tersendiri, dalam konteks ini butuh kesabaran dan kejernihan akal yang paripurna.

Monday, December 12, 2016

Perjalanan Selanjutnya

Standard
Menjadi tak pernah bosan mengingatkan pada diri bahwa aku adalah seorang hamba, sehingga segala orientasi hidup & matiku hanyalah untuk Allah Yang Maha Kuasa.

Atas izin Allah, beberapa hari lagi amanahku sebagai pelayan mahasiswa di Universitas Gadjah Mada akan usai. Segala puji bagi Allah atas kekuatan yang dianugerahkan kepadaku dan kawan-kawan dalam mengemban amanah itu. Aku bersyukur dapat turut berperan dan mengambil banyak pelajaran kehidupan dengan aktif di organisasi maupun pergerakan mahasiswa UGM bahkan Indonesia. Bertemu dan berdiskusi dengan banyak orang membuat aku tahu hal-hal baru yang sangat berharga.

Lalu, apa yang akan aku lakukan setelah ini? Menjadi pertanyaan kunci yang perlu aku jawab dengan pikiran jernih dan hati yang ikhlas. Awalnya aku cukup mengkhawatirkan kehidupan pasca kampus, kata banyak orang jauh lebih ngeri dan tak terprediksi dibandingkan saat di kampus. Tapi, aku memilih kembali lagi pada kepercayaanku; bahwa segala rizki, hidup, jodoh, keturunan, dan kematian merupakan ketetapan yang sudah tertulis rapi. Jadi, tak perlu khawatir. Seiring dengan itu semua, perlahan rasa penasaran dan ingin bersegera menapaki perjalanan selanjutnya tumbuh subur pada diriku. Sepertinya di luar sana akan lebih seru, lebih menantang, dan banyak hal baru; aku suka itu. Ikhtiar selanjutnya adalah tentang merencanakan, mengupayakan, dan memohon dengan penuh kesungguhan. Sembari itu, tawakal pada Allah mestilah berjalan sedari awal hingga akhir, agar aku tak perlu sedih dan meratapi hasil, karena aku percaya Allah tahu yang terbaik bagi hambanya.

Wisuda Mei 2017, insha Allah. Melihat progres skripsi yang saat ini berkisar 45%, aku berharap semoga april mendatang aku bisa sidang pendadaran dan wisuda di Mei 2017. Berkaitan dengan itu pula, aku berencana untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada februari hingga maret 2017 di Yogyakarta. Penelitian untuk keperluan skripsi semoga bisa terlaksana dengan baik di pertengahan atau akhir januari 2017.

Monday, December 5, 2016

Selalu Bahagia

Standard
Gimana sih hidup ideal menurutmu? Apakah hidup yang ideal itu sama dengan punya banyak harta melimpah ruah, rumah dimaa-mana, mobil banyak berjajar di teras, uang bertumpuk di bawah kasur? Atau jabatan tinggi, jadi Presiden misalnya? Atau yang lain?

Bisa jadi definisi hidup ideal menurut setiap orang akan berbeda. Tapi, hidup yang gimana sih yang kita mau? Nah, ini yang perlu kita tanya ke diri kita masing-masing.

Kalo buat aku, hidup itu kan ibadah pada Allah. Sedangkan Allah itu ga nuntut kita melulu soal hasil. Proses menjadi hal yang sangat penting menurut Allah. Disisi lain, aku dan mungkin kalian pernah juga merasakan bahwa ketika kita sudah mendapatkan hal yang kita mau, cenderung kita mau yang lebih dan lebih lagi. Akibatnya titik penting berupa kepuasan tidak pernah tercapai karena orientasinya selalu hasil, hasil, dan hasil. Seteah berhasil ini, mau itu, setelah mencapai itu, lalu mau lainya lagi dan terus berlanjut tak pernah berujung. Manusia memang tak mengenal kata puas.

Dan barang kali hal itu yang membuat banyak orang selalu was-was, hidup tak tenang, risau, galau, dan bahkan putus asa, karena merasa ga puas dengan hidupnya.

Termasuk aku dan mungkin beberapa dari kalian yaang akhirnya menyadari, hidup ini proses yang mesti dinikmati. Ada tukang bakso yang penghasilannya ga seberapa tapi selalu bahagia, tapi ada juga konglomerat yang kaya raya tapi hidupnya penuh sengsara, jauh dari kata bahagia. Jadi, apa dong kesimpulanya?

Selayaknya hamba yang memahami bahwa hidup ini adalah proses perjalanan menuju akhirat. Maka, kita patut mengisi detik demi detik hidup kita dengan syukur. Sehingga tak melulu kita berpikir meyesali dan sedih dengan apa yang tak kita punya, tapi menjadi selalu bahagia terhadap apa-apa yang kita punya. 

Syukur adalah tanda cinta bahwa kita adalah manusia yang berterimakasih pada Allah. Semua hanya titipan, kenapa tak dinikamti saja? Gunakan untuk beribadah dan menebar manfaat.

Tuesday, November 8, 2016

Apakah Pak Jokowi Telah Berubah? Sebuah Telisik Dua Aksi Massa

Standard
Dua puluh Oktober

Dua puluh Oktober silam, tepat di momentum dua tahun pemerintahan Jokowi-JK ribuan mahasiswa dari segenap penjuru Indonesia beserta serikat buruh berkumpul di kawasan monas. Massa aksi dengan lantang mengungkapkan kekecewaan dan catatan merah pemerintah Jokowi-JK.

Ada banyak massa aksi yang berasal dari luar jawa. Mereka yang notabenenya mahasiswa rela mengurangi jatah uang jajannya untuk berangat ke ibu kota. Demi menyampaikan aspirasi langsung di hadapan Presiden mereka rela berkorban harta, tenaga, waktu, dan tentu kesempatan belajar di kampus. Lantang menyerukan aspirasi demi perbaikan bangsa menjadi ruh yang tersemai subur di hati mereka.

Masih di tanggal yang sama, publik dibanjiri berbagai infomasi mengenai kinerja Kabinet Kerja. Media cetak hingga online, hampir semua memberitakan progresifitas kinerja Jokowi-JK. Seolah ingin menyampaikan bahwa masyarakat puas dengan kinerja kabinet dua tahun ini. Bukan tak ada, namun hanya sedikit media massa yang berani mengungkap catatan merah pemerintahan Jokwi-JK, entah apa sebabnya.

Pemberitaan postif yang “terlalu” santer di media massa seolah menjadikan pemerintah di atas angin. Berbagai aksi dan kritik dalam momentum dua tahun kabinet dianggap menjadi sah untuk diabaikan. Termasuk massa aksi dikawasan monas yang terus berjalan mengarah ke istana negara. Mereka yang berhari-hari sebelumnya telah melayangkan surat resmi dengan harapan Presiden bersedia menemui, harus pulang dengan kekecewaan. Presiden tak menemui massa aksi dengan alasan normatifnya. Namun, lagi-lagi, dalam situasi ini kondisi seolah mewajarkan. Presiden sedang bekerja, tak boleh diganggu, toh dua tahun ini kinerja kabinet sudah bagus kan? Serta berbagai ujaran lain yang senada.

Empat November

Belum genap satu bulan, publik dihebohkan dengan aksi 411. Aksi ini muncul sebagai reaksi umat Islam terhadap penistaan Al-Qur’an oleh Ahok. Berhari-hari sebelum empat november, media massa dan media sosial dipenuhi dengan pemberitaan pra-aksi 411. 

Tak tanggung-tanggung, aksi kali ini menyentuh angka lebih dari empat juta massa aksi. Semua tumpah ruah di kawasan Hotel Indonesia (HI). Sekejap kawasan HI menjelma bak lautan manusia yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia.

Monday, October 31, 2016

Optimisme Menatap Masa Depan

Standard
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Qs. AlBaqarah:277).  

Kita selalu punya pilihan untuk optimis atau pesimis, berharap atau putus asa, semangat atau malas; namun ada satu yang mesti kita pahami bahwa tak layak bagi seorang muslim diliputi kekhawatiran dan kesedihan tentang dunia yang fana.

Harta, tahta, dan keluarga hanyalah sementara; sedangkan akhirat kekal selamanya. Tak pernah saya jumpai mereka yang mengejar dunia mati-matian kemudian mendapatkkan dunia akhirat bersamaan. Namun, bisa kita lihat mereka yang mengejar akhirat mati-matian, mereka mendapatkan akhirat dan juga dunia sekaligus.

“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (Qs. As-Syura: 20).  

Bersamaan dengan kerja keras dan do’a, tawakal merupakan amalan utama yang mesti melekat pada hati seorang muslim dalam mewarnai kehidupan dalam bingkai ibadah dan dakwah.

“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Qs. Al Baqarah: 216.)

Allah bersamaku dan akan selalu memberikan yang terbaik untukku.

Wednesday, October 12, 2016

Menilik Prolematika Keamanan Pangan

Standard
Ranking Indonesia untuk keamanan pangan berada di urutan 88 dari 109 negara (The Economist Intelligent Unit, 2015).

Nyatanya makanan di pinggir jalan masih sangat diminati karena murah, enak, dan bikin kenyang. Banyak konsumen masih me-nomer-sekian-kan kesehatan sebagai dampak dari mengonsumsi makanan di pinggir jalan. Memang, tak semua makanan di pinggir jalan berbahaya, ada juga yang masih aman di konsumsi. Namun, permasalahanya terletak pada jaminan keamanan pangan yang tak ada. Sehingga jika diistilahkan secara umum disebut jajan sembarangan.

Kenapa disebut jajan sembarangan? Karena makanan yang dibeli belum jelas aman atau tidaknya, serta baik tidaknya bagi kesehatan; masih belum jelas. Konsumen dalam hal ini dianggap sembarangan karena tidak memperhatikan betul-betul apa yang masuk ke perutnya.

Padahal, makanan yang masuk ke perut tak bisa dianggap sepele. Makanan tersebut akan menentukan status gizi dan kesehatan seseorang. Jika makanan yang masuk ke perut mengandung substansi berbahaya sehingga tidak dikatagorikan aman untuk dikonsumsi, maka bisa dipastikan bahwa zat gizi yang terkandung akan rusak, berkurang, atau bahkan hanya menyisakan ampas.

Lebih jauh, makan sembarangan dapat menyebabkan keracunan, bahkan kematian. Kandunga cemaran biologis, fisik, maupun kimiawi menjadi penyebab keracunan yang kerap terjadi akibat pangan. Dampaknya tak main-main, bisa jadi ratusan hingga ribuan orang menjadi korban. Contohnya saja wabah hepatitis yang terjadi di kompleks UGM beberapa tahun silam, mampu menyebabkan 129 orang dirawat di klinik dan rumah sakit.

Monday, October 3, 2016

Hari Batik Inter(nasional)

Standard
Hari minggu kemarin (2 Oktober 2016) merupakan  Hari Batik Inter(nasional). Tanggal tersebut dipilih untuk memperingati batik sebagai warisan bangsa berkaitan dengan ditetapkanya batik pada 2 Oktober 2009 sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization).

Mengapa hari batik menjadi sangat penting?

Pertama, batik merupakan identitas Indonesia. Walaupun akar sejarah batik (dianggap) bermuara pada suku Jawa, namun, seiring berjalanya waktu hal tersebut terbukti tak tepat. Berbagai varian batik tersebar di berbagai daerah: Jawa, Madura, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, bahkan Papua. Aneka varian batik tersebut memiliki kekhasan motif dan warna sesuai budaya dan adat setempat. Sehingga menjadi tepat jika batik diidentifiksi sebagai identitas Indonesia, bukan suku jawa.

Kedua, hari batik merupakan momentum memaknai ke-bhinneka-an. Bangsa kita merupakan kumpulan dari berbagai suku, agama, dan adat. Namun kita telah bersepakat bahwa dalam perbedaan tersebut kita tetap satu, Indonesia. Meski demikian ternyata perjalanan bangsa ini tak semulus yang diangankan, karena terlalu banyak perbedaan terkadang kita lupa tentang bhinneka tunggal ika yang telah kita sepakati. Bahkan terkadang perbedaan tersebut tak menemui titik temu, hingga berpotensi menimbulkan perpecahan. Maka, hari batik nasional merupakan momentum yang tepat untuk memakani ulang ke-bhinneka-an kita. Sehingga harapanya kita sebagai warga Negara Indonesia betul-betul dapat memahami bahwa tugas kita adalah menemukan titik temu dalam setiap perbedaan, bukan memperruncing perbedaan.

Ketiga, memupuk kecintaan pada batik dan Indonesia. Di era modern ini fashion  berkembang begitu pesat, pertukaran budaya tak terbendung, dan persaingan global terjadi. Disaat itu pula kita sebagai bangsa Indonesia ditantang untuk mampu terus bertahan dan berkembang dalam nuansa persaingan yang ketat. Batik sebagai warisan seni sekaligus budaya kita tentu tak bisa terhindar dari persaingan tersebut. Kreatifitas dan inovasi disain pakaian batik dan upaya promosi menjadi kunci mundur majunya batik. Momentum hari batik nasional  tentu menjadi waktu yang tepat sekaligus kesempatan emas untuk meningkatkan kecintaan masyarakat pada batik milik Indonesia. Masyarakat tak perlu lagi malu dikatakan ndeso jika memakai batik, karena batik adalah busana modern yang bahkan telah memasuki pasar dunia.

Menjadi tanggungjawab kita sebagai warga negara sekaligus pemuda Indonesia untuk terus melestarikan batik sebagai warisan Indonesia serta terus memupuk pemahaman bhinneka tunggal ika sebagai ujung tombak pembangunan bangsa. Mari kita buktikan pada dunia bahwa perbedaan bukan sumber kehancuran, namun justru sebuah harmoni keindahan. (AZ)

Saturday, September 24, 2016

Kebaikan Kolektif

Standard
Kebaikan kolektif itu laksana air sungai jernih yang meluncur bergelombang, airnya tak menyebabkan bencana, tapi menyapu sampah-sampah di tiap sudut sungai dengan elegan, membersihkan.

Kita bisa saja berbuat baik sendirian, hanya seorang. Tapi, seberapa besar dampak kebaikan yang hanya dilakukan seorang diri? Tentu kebaikan kolektif atau secara berjama'ah  memiliki potensi melipat-gandakan dampak kebaikan yang diperbuat.

Bersama-sama memang kadang melelahkan, penuh gesekan, bisa jadi pula ada yang tersakiti atau terluka. Ituah risiko yang harus ditanggung dalam upaya kolektif berbuat baik. Namun, jika setiap orang yang tergabung untuk berbuat baik secara kolektif memahami lebih dalam tentang tujuan dan esensi kebaikan kolektif niscaya semua tisiko luka yang mungkin timbul akan dimaknai laksana obat, pahit tapi menyehatkan.

Selanjutnya menjadi pilihan setiap dari kita, apakah akan berbuat baik sendirian atau kolektif? Yang jelas, Indonesia dan dunia ini hanya akan lebih baik jika dibangun bersama secara kolektif, bukan sendiri. (AZ)

Merefleksikan Kembali Hakikat Hidup

Standard
Dunia hanya sementara, sedangkan akhirat kekal selamanya.

Namun, sering kali seolah sebaliknya. Seakan-akan hidup kekal di dunia, melupakan akhirat. Menjadikan yang haram menjadi halal, memperturut hawa nafsu, dan mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah.

Allahu ghoyatuna!

Allah adalah tujuan ku, Allah adalah tujuan kita, seorang muslim. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, setiap detik hidup kita adalah ibadah pada Allah SWT. Karena demikian sejatinya, kita dicipta untuk beribadah pada Allah. Berencana, berusaha, berdo'a, dan bertawakal-lah pada Allah.

Sejatinya memang demikian tugas kita, seorang hamba. Kita tak punya wewenang sama sekali untuk memaksa kehendak Allah atas satu dan lain hal. Ini sudah menjadi kewajiban kita; menyempurnakan proses dan memastikan setiap detik dalam hidup kita adalah ibadah tulus pada Allah. Merencanakan hidup kedepan, berusaha optimal, berdo'a memohon yang terbaik, dan bertawakal dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan memberikan terbaik. 

Jika nuranimu penuh noda, bersihkanlah.

Penuhnya nurani kita dengan noda sering kali menjadi hambatan untuk jernih melihat kebenaran, Didukung lingkungan yanng tak kondusif menjadi faktor pendorong noda-noda itu menggumpal dalam nurani. Kita selalu punya pilihan; tenggelam dalam kegelapan atau hijrah ke cahaya yang benderang.

Tekan gengsimu, tekan ambisi kosongmu, semua harus diawali dengan niat yang lurus.

Sesungguhnya semua hal yang kita lakukan dinilai dari niatnya. Segala hal yang diiatkan untuk Allah akan berbuah pahala, sedangkan yang tidak hanya bernilai kosong saja; setiap dari kita akan memperoleh seuai apa yang kita niatkan.

Awali dengan bismillah.

Agar kebaikan yang diperbuat adalah kebaikan hakiki, mendaftarkan kebaikan dengan mengisi formulir bismillah  in shaa Allah akan memunculkan keberkahan bagi setiap kebaikan yang kita perbuat.

Thursday, July 7, 2016

Menyempurnakan Proses

Standard
Pernah kah anda merasa kecewa dengan hasil usaha anda? Atau merasa harapan dan kenyataan berjarak bagai langit dan bumi? Atau mungkin anda merasa ada di lingkungan yang tak mendukung harapan anda dan dibarengi dengan kapasitas diri yang jauh dari harapan?

Jika anda pernah demikian, anda tak salah. Banyak manusia di muka bumi yang pernah merasakanya, bahkan dalam titik terkritisnya, sebuah keputusasaan.

Namun, hidup memang selalu diliputi dengan pilihan. Sekalipun anda tak salah pernah menyesali apa yang terjadi secara mendalam, di sisi lain anda juga punya pilihan untuk tak kecewa, bahkan tetap bahagia dengan apapun yang anda punya.

Coba kita pikir baik-baik, bagaimana Tuhan telah mencipta kita dengan segala perbedaan, sementara kita pun tahu Tuhan Maha Adil. Bisa kah kita korelasikan dimana letak keadilan Tuhan yang telah memberikan begitu banyak perbedaan pada ciptaanya? Ada yang terlahir sebagai anak orang kaya, ada juga yang terlahir sebagai anak orang miskin. Ada yang ditakdirkan lahir ganteng, ada juga yang bahkan tercipta tak sempurna. Ada yang secara alamiah berbakat jadi juara, ada juga yang harus berkali-kali belajar barulah paham. Dimana letak keadilan itu?

Justru itulah letak keadilan Tuhan. Seseorang tak akan menanggung apa yang tidak dibebankan padanya. Karena pada intinya hidup ini adalah ujian. Sedang segala permasalahan merupakan soal ujian yang mesti kita kerjakan. Dengan variasi soal yang berbeda dan disesuaikan dengan kelas masing-masing. Seseorang tak akan diuji diluar dayanya. Adil bukan?

Lalu apa tugas kita? Pertama, menjadi wajib untuk memahami siapa kita? Untuk apa kita terlahir di bumi? Dan siapa Tuhan kita? Setelah itu, mari hadapi dunia dengan senyum bahagia dan penuh percaya diri.

Wednesday, July 6, 2016

Ramadhan 1437 Hijriyah

Standard
Waktu terus berjalan mengarungi lautan kehidupan yang fana ini dengan amat sigap. Kesigapanya melebihi sigapnya jendral perang, tak pernah lalai barang sedetik pun. Ia selalu awas menatap setiap langkah diri, melaju tanpa keluh kesah. Dan bersama itu pula diri ini kian menua, berkurang usia.

Ini adalah ramadhan ke-22 ku sejak pertama dilahirkan di 1994. Dan aku tak tahu akan ada berapa ramadhan lagi dalam hidupku. Semoga saja ini bukan yang terakhir.

Di setiap fase kehidupan selalu saja menyimpan kisah menarik. Kini aku adalah seorang mahasiswa awal semester 9 yang sedang berkutat dengan skripsi dan beramanah di organisasi. Ramadhan kali ini menjadi sarana yang ampuh bagiku untuk merenungi kembali apa-apa yang telah dan sedang terjadi. Terkhusus 6 bulan di 2016 ini, sudah seberapa baik diri ini bertindak?

Di penghujung 6 bulan ini saya mengakhiri fase menjadi santri di Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Baiturrahman. Setelah 2 tahun menimba ilmu disana, bergulat dengan dinamika diri, bahkan sempat beberapa kali ingin keluar, syukur lah akhirnya semua usai, semoga dengan khusnul khotimah. Selebihnya tentang suka duka belajar di PPM Baiturrahman akan saya bahas dalam tulisan lain.

Sunday, June 26, 2016

Memaknai Ulang Penggunaan Media Sosial

Standard
Media sosial (medsos) dewasa ini lebih sering dipandang sebagai sarana eksistensi diri. Besar kecilnya pengaruh seseorang kerap diukur hanya dengan melihat jumlah follower, like, dan share medsosnya. Hal tersebut bisa dipahami dalam era modern ini. Hal yang nampak (materi) menjadi sangat menggiurkan. Segalanya bertolak pada materi. Termasuk fenomena eksistensi diri lewat media. Media sosial dinilai mampu memberikan ukuran kuantitatif yang bebas sesuai mekanisme pasar. Siapa yang paling populer dan disukai pasar akan memiliki lebih banyak follower, like, share, dan bahkan fans virtual.

Menjadi perlu dipahami lagi, dalam konteks globalisasi dimana dunia yang begitu luas dirangkum menjadi satu kesatuan, keberadaan media sosial menjadi sangat penting. Komunitas imajiner yang dibentuk melalui media sosial ini mampu menghapuskan kesenjangan jarak dan waktu. Yang jauh akan terasa lebih dekat, walaupun bisa juga sebaliknya yang dekat akan terasa jauh. Tapi pada intinya media sosial memiliki potensi yang sangat baik dalam rangka mendekatkan antar individu.

Maka kemudian memaknai kembali penggunaan media sosial menjadi sangat diperlukan. Bagaimana dalam keseharian kita berkutat dengan facebook, twitter, instagram, line, dan lainya. Meng-upload foto, memposting informasi, berbagi berita, higga mungkin stalking. Lantas apa sih yang menjadi alasan terbesar kita menghabiskan banyak waktu dengan media sosial? Bahkan yang pertama kita buka setelah bangun tidur pun sering kali media sosial, pasca solat, setelah mandi, atau bahkan saat sedang di kamar mandi. Bisa kita lihat betapa seringnya kita berinteraksi dengan media sosial. 

Bagi saya media sosial adalah cara untuk menjadi dekat. Kita tak akan bisa selalu bersama, hadir di setiap masalah yang dialami sahabat, atau sekedar bersilaturahim dengan orang-orang terdekat. Apalagi jika kita punya banyak kenalan, orang tercinta, dan jaringan luas. Tentu menemuinya setiap waktu menjadi tak mungkin. Maka disini lah media berperan. Ketika kita mengunggah foto, memposting informasi, berbagi link, dan segala aktifitas bermanfaat yang kita lakukan di sosial media menunjukan kehadiran kita di sisi mereka. Apalagi bagi kita yang sedang menjalankan amanah publik. Bagaimana aspirasi itu diterima, diolah, dan direspon menjadi sangat penting. Dibutuhkan kehadiran media sosial.


Jadi, sudah saatnya kita berubah halauan. Tak lagi ber-sosmed untuk mendapat sebanyak-banyaknya like, share, dan follower. Tak juga untuk mendapat pujian, ucapan terimakasih, atau pun mendongkrak eksistensi. Keaktifan kita bermedia sosial adalah tentang mendekatkan, menghadirkan, dan bebagi antara kita dan oran-orang tercinta. (AZ)

Thursday, June 23, 2016

Takdir Cinta

Standard

Kau bilang kau suka ini. Tempat dimana kau membuka memoar kecilmu.

Aku pun demikian.

Tapi lebih dari itu, kesukaanku adalah tentang mengenalmu lebih dekat. Walaupun pada akhirnya kita memilih untuk berjarak.

Kadang dunia memang se-bercanda itu. Tapi percayalah, orang yang tepat akan datang di waktu yang tepat.

Tentu ini tak mudah bagimu, pun bagiku, tapi lagi-lagi, semua tentang pilihan. Dan kita pun telah memilih.


Kita sama-sama tau, cinta itu sulit didefinisi. Begitu pun perasaanmu dan aku saat ini, apakah cinta atau bukan kita juga sama-sama tak tahu. Sampai akhirnya takdir dan waktu yang akan memberi jawabanya.

Dari apa yang kita lakukan
Dari bagaimana sikap kita atas perasaan itu
Dari langkah yang kita ambil

Hingga pada akhirnya cinta baru akan kita sadari di akhir cerita. Tentang siapa dan bagaimana kita mencintainya.

Kita tak pernah tahu kemana takdir akan membawa. Tapi yakinlah kita hanya perlu menjalani setiap hari dengan usaha dan do’a terbaik kita.

Wednesday, June 22, 2016

Keberuntungan

Standard
Apa makna keberuntungan menurutmu? Bagi ku keberuntungan adalah tentang kesempatan yang bertemu dengan kesiapan. Saat kesempatan datang tapi kita dalam kondisi tak siap, maka lewatlah. Tak ada keberuntungan buat kita yang demikian. Sebaliknya, saat kesempatan itu datang dan kita dalam kondisi siap menerima kesempatan itu, maka beruntunglah kita.

Lebih dari itu, keberuntungan sama sekali tak bermakna kepasifan. Keberuntungan adalah tentang keaktifan diri untuk menuju derajat siap. Hingga pada akhirnya pertemuan antara kesempatan dan kesiapan itulah yang akan berbuah manis.

Keberuntungan tak mengajarkan kita manja dan berpangku tangan. Keberuntungan mengajarkan kita berjuang dan terus memperbaiki diri. Selalu berkaca, mendengar kata orang, serta menekan ego guna perbaikan diri.

Ada lagi, keberuntungan adalah tentang kondisi yang membaik di setiap satuan waktu. Bagi kita yang selalu saja mengalami peningkatan kualitas pribadi. Serta terus mengoptimalkan produktifitas dan belajar, itulah keberuntungan, yaitu tentang nilai diri yang bertambah.  

Thursday, June 16, 2016

Untaian Cinta

Standard
Pagi itu matahari bersinar cerah. Menyinari buwana, menghangatkan samudera. Bersama denganya, burung-burung pun mengangkasa. Pagi itu benar-benar sempurna untuk memulai sebuah harapan baru dalam kehidupan. Maka, ku mulai hariku dengan senyum bahagia. Ku susuri tapak jalan panjang yang diapit pepohonan hijau nan rimbun. Nyiur pun tak mau melewatkan pagi itu, pagi yang asri. Begitu segarnya udara pagi itu. Udara perkotaan tapi tak kalah segarnya dengan udara di desa  ku yang permai.

Selepas itu ku kembali pulang, jam dinding berdetak tepat pukul 6.30. Tiba-tiba handphone ku berdering. Oh, nampaknya dia. Dia yang telah lama ku kenal. Sosok dewasa yang selalu bersuka cita. Dan yang unik, sms paginya selalu tepat pukul 6.30 hampir setiap hari. Dalam sms-nya kali ini, seperti biasa isinya hanya informasi organisasi, maklum kini aku dan dia bersama dalam sebuah organisasi berbasis pangan lokal. Ku baca, ku jawab, dia membalas, dan seterusnya hingga waktu pun tak terasa sudah pukul 7.00. Ku tinggal sejenak handphone­-ku di kursi kamar. Dua raka’at shalat dhuha ku cukupkan sebagai awal hari ku seperti biasa.

Sekembalinya ke kamar, ku raih kembali handphone­-ku. Ku baca lirih pesan darinya, bi aku sedang proses nih, ada seorang lelaki melamarku. Aku pun tersenyum dan segera merespon, wah alhamdulillah, semoga dilancarkan prosesnya, jangan lupa istikharah ya. Setelah itu tak kunjung dia menjawab. Lalu ku baringkan badanku di kasur empuk kamarku. Ku pejamkan mata, tapi tetap saja, bayangnya selalu saja muncul. Hmm, namapaknya tak bisa dengan mudah ku bohongi hatiku. Jantungku berdetak kencang kala itu, tak terkendali.

Tapi aku tak mau merusak kebahagiaanya. Dia ingin segera menikah. Sedangkan aku, untuk mengungkapkan rasa saja belum berani. Ah, ku putuskan memejamkan mata kembali. Tapi lagi-lagi wajahnya terlihat makin jelas di dalam tidurku. Apa ini?

Ku raih lagi handphone­-ku. Belum juga dia kunjung menjawab. Ku tatap cukup lama. Puluhan menit lamanya. Hingga terbersit diingatanku kata-kata ayah saat ku kecil, jujur memang kadang pahit, tapi selalu saja lebih baik. Lantas jemariku pun otomatis bergerak mengetik di atas tombol-tombol handphone­-ku yang masih jadul itu. Sejujurnya aku pun mencintaimu, tapi aku sadar aku bukan siapa-siapa. Sekarang aku pun sedang istikharah agar hati lebih mantap. Setelahnya akan ku kabarkan hasilnya padamu. Semoga kejujuran ini tak merusak apapun.

Berjam-jam tak berani ku buka handphone­-ku. Kira-kira apa ya jawabnya? ucapku lirih. Ah hidup ini harus dihadapi, terlalu pengecut untuk lari dari kenyataan. Lalu ku buka handphone-ku. Benar ternyata, panjang lebar jawabnya. Dan pastinya dia tak menduga tentang apa yang aku ungkapkan.

Pesan singkat yang saling berbalas pagi itu berakhir dengan senyum dan tanda tanya besar bagi kami, bagaimana selanjutnya? Karena ternyata dia pun belum memutuskan menerima atau menolak lamaran lelaki itu. Dan aku pun masih tetap dalam istikharahku, memantapkan diri.  (AZ)

Tuesday, May 31, 2016

11 Fakta Seputar Rokok di Indonesia

Standard
31 Mei 2016! Seperti tahun-tahun sebelumnya, hari ini kita kembali memperingati World No Tobacco Day (WNTD)Sedangkan bagi saya, tahun ini adalah kali ke-4 peringatan WNTD dengan status sebagai mahasiswa. Rasa-rasanya peringatan WNTD beberapa tahun ini tak punya perbedaan signifikan. Aksi turun ke jalan, diskusi, seminar, talkshow, tukar rokok dengan susu, serta beberapa agenda seremonial sejenis. Tentu kita sama-sama tahu bahwa semua agenda tersebut memang penting untuk membuat orang ingat bahwa perilaku merokok berdampak buruk bagi manusia. Walaupun di sisi lain harus diakui agenda-agenda seperti demikian itu tak mempan untuk membendung upaya pemodal dalam menguasai pasar rokok Indonesia. Di tengah ketidakberdayaan kita menghadapi dominasi pemodal dalam memasarkan produknya, nampaknya sesekali menjadi perlu bagi kita untuk merenung sejenak, 11 fakta seputar rokok yang ironi.
1.  Angka perokok di dunia mengalami penurunan. Tapi sebaliknya, angka perokok di Indonesia mengalami peningkatan. Institute for Health Metrics and Evaluation University of Washington di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dalam 30 tahun terakhir terjadi  penurunan  angka perokok di dunia. Di negara  maju,  persentase  penurunan  jumlah  perokok mencapai  1,1 persen per tahun.  Namun, hal tersebut tidak terjadi di negara berkembang. Jumlah perokok di negara berkembang justru meningkat 2,1 persen per tahun. Indonesia sebagai negara berkembang juga mengalami peningkatan jumlah perokok (Marie et al, 2014). Perilaku merokok  penduduk usia 15 tahun ke atas cenderung meningkat dari 34,2 persen pada 2007 menjadi 36,3 persen pada 2013 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
2.    Indonesia menduduki  peringkat ke dua dalam prevalensi penduduk laki-laki perokok di dunia. Jumlah penduduk laki-laki perokok di Indonesia mencapai 57 persen yang menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke dua di dunia (Marie et al, 2014). Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2013) 64,9  persen  laki-laki  dan  2,1  persen  perempuan  masih  menghisap  rokok  pada 2013. Ditemukan 1,4 persen perokok umur 10-14 tahun dan 9,9 persen perokok pada kelompok tidak bekerja.
3.  Indonesia menduduki peringkat ke 3 jumlah perokok di dunia setelah China dan India (WHO, 2008). Badan Pusat Statistik (BPS) (2004) menemukan bahwa pada tiga dari empat keluarga di Indonesia (71%) paling tidak terdapat satu orang perokok.
4.  Perokok pasif perempuan mencapai 4 kali lipat dari laki-laki. Delapan dari sepuluh perokok berusia 15 tahun ke atas (84,2%) merokok di rumah bersama keluarga. Kebiasaan merokok di dalam rumah menyebabkan anggota keluarga terpapar asap rokok atau menjadi perokok pasif. Perokok pasif perempuan diperkirakan mencapai 36,7 juta atau 4 kali lipat dari laki-laki. Jumlah perempuan semua kelompok umur yang menjadi perokok pasif di rumah sekitar 65 juta atau 66 persen populasi perempuan (BPS, 2004).

Tuesday, May 10, 2016

3 Bulan Inspiranesia

Standard
Kesyukuran yang mendalam adalah saat mengenal kalian, sosok hebat dimataku. Terimakasih pada segenap punggawa Kabinet Inspirasi Indonesia BEM KM UGM 2016. Aku disini bukan karena aku yang terbaik dan lebih baik dari kalian. Melainkan karena aku lah yang dibebankan secara lebih untuk memikul tanggungan ini.

Aku mencintai kalian. Sekali lagi aku belajar tentang cinta bukan dari kekasih. Tapi cinta itu tumbuh karena keikhlasan, karena senyum, karena semangat kalian yang menyala. Sungguh aku mencintai kalian. Cinta yang hadir atas dasar persaudaraan, perjuangan, dan persahabatan.

Tiga bulan ini telah mengajariku banyak hal. Pembelajaran yang sangat berharga bagi seorang mahasiswa gizi angkatan atas. Yang tentu minim pembelajaran tentang sosial. Dan disini aku belajar.
Waku memang tak akan kembali. Demikian pula dengan tiga bulan yang telah berlalu. Alhamdulillah kita telah melewati tiga bulan pertama dengan baik. Semoga dengan evaluasi bersama, di waktu yang tersisa kita akan lebih banyak menebar kebaikan serta menginspirasi Indonesia, semoga.

Perjuangan ini memang tak ringan. Tapi kebersamaan ini akan menguatkan, terutama bagiku. Sebagaimana Musa yang memohon pada Tuhan agar menjadikan Harun sebagai penguat disisi-nya demikian pula denganku. (AZ)

*selengkapnya tentang laporan kerja tiga bulan Kabinet Inspirasi Indonesia BEM KM UGM 2016: http://ugm.id/laporan3bulan. #latepost

Keberuntungan

Standard
Kawan apa makna keberuntungan menurutmu? Bagi ku keberuntungan adalah tentang kesempatan yang bertemu dengan kesiapan. Saat kesempatan datang tapi kita dalam kondisi tak siap, maka lewatlah. Tak ada keberuntungan buat kita yang demikian. Sebaliknya, saat kesempatan itu datang dan kita dalam kondisi siap menerima kesempatan itu, maka beruntunglah kita.

Lebih dari itu keberuntungan sama sekali tak bermakna kepasifan. Keberuntungan adalah tentang keaktifan diri untuk menuju derajat siap. Hingga pada akhirnya pertemuan antara kesempatan dan kesiapan itulah yang akan berbuah manis.

Keberuntungan tak mengajarkan kita manja dan berpangku tangan. Keberuntungan mengajarkan kita berjuang dan terus memperbaiki diri. Selalu berkaca, mendengar kata orang, serta menekan ego guna perbaikan diri.


Ada lagi, keberuntungan adalah tentang kondisi yang membaik di setiap satuan waktu. Bagi kita yang selalu saja mengalami peningkatan kualitas pribadi. Serta terus mengoptimalkan produktifitas dan belajar, itulah keberuntungan. Itu lah keberuntungan, yaitu tentang nilai diri yang bertambah. (AZ) 

Sunday, May 8, 2016

Islam & Indonesia sebagai Identitasku

Standard
Menjadi seorang muslim (orang yang beragama Islam) bukan sekadar status. Namun, sebuah pilihan yang mengandung banyak konsekuensi. Seorang muslim wajib mengamalkan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Yang barang tentu keduanya sama sekali tak ringan. Sebagaimana karakter jalan dakwah (jalan hidup seorang muslim) itu sendiri yang berkelok, panjang, menanjak, penuh duri dan sepi. Namun, sekalipun demikian ini lah jalan terbaik yang harus ditempuh untuk mendapat ridho-Nya. Saksikanlah bahwa aku seorang muslim.

Bagi saya menjadi seorang muslim berarti siap untuk selalu melakukan perbaikan pada diri sendiri dan umat. Perbaikan diri yang konsisten dan berkesinambungan menjadi sangat penting. Sebagaimana Allah tegaskan bahwa barang siapa yang menjadi lebih baik di setiap satuan waktu mendatang akan mendapat keberuntungan, barang siapa yang statis akan mendapat kerugian, dan barang siapa yang lebih buruk akan celaka. Bisa kita pahami perbaikan diri menjadi sangat penting karena tak mungkin mampu pribadi bermasalah menjadikan umat lebih baik. Kesadaran kolektif akan pentingnya perbaikan diri akan menjadikan kondisi umat pun membaik.

Maka, bersama perbaikan diri perlu ada segolongan kaum yang menyeru pada kebajikan, membangkitkan kesadaran akan pentingnya perbaikan pribadi. Itulah kemudian yang kita sebut sebagai orientasi dakwah. Yaitu menyeru dan memperbaiki umat dengan melakukan penyadaran serta memberi pemahaman dan pengetahuan. Sekali lagi ini jalan yang tak mudah, berkelok, panjang, menanjak, penuh duri dan sepi. Tapi inilah jalan dakwah, jalan seorang muslim mengarungi kehidupanya.

Tiga paragraf di atas menegaskan bahwa aku adalah seorang muslim. Sedangkan pada paragraf ini aku akan menegaskan tentang identitasku sebagai seorang Indonesia. Yang mana identitasku sebagai seorang muslim berhubungan erat dengan identitasku sebagai seorang Indonesia. Islam mengajarkan pada pemeluknya agar memiliki nasionalisme yang tinggi pada negaranya. Seorang muslim mestilah membela negaranya mati-matian, mencintainya, dan bersemangat dalam membangun negaranya. Pun demikian, negaraku Indonesia adalah negara yang lekat dengan Islam, dari mulai sejarah, kultur masyarakat, hingga asas negara yang menekankan poin ketuhanan yang maha esa.

Indonesia bagiku bukan sekadar kumpulan pulau dan lautan, namun juga barisan manusia-manusia yang ditakdirkan Allah untuk saling mengenal dalam bingkai keragamannya. Kita sama-sama mengerti, jika bicara manusia tak selesai pada angka catatan sipil yang ada. Tapi bicara soal manusia adalah tentang komponen jiwa dan raga yang menyatu. Dan kedua komponen itu ada pada  dua ratus lima puluh juta manusia Indonesia. Hingga bagiku ke-Indonesian-an ku adalah tentang perjuangan mati-matian untuk menjadikan negara ini lebih baik.

Inilah aku seorang pemuda muslim Indonesia yang telah bertekad dalam diri untuk selalu memperbaiki diri dan melakukan perbaikan pada Indonesia tercinta. Bismillah. (AZ) 

Tekad Perbaikan

Standard
Banyak kekurangan. Manusia memang begitu, tempatnya salah dan khilaf, jauh dari sempurna. Selama ia hidup akan selalu ada kekeliruan yang dibuat, itulah hakikat.

Namun bukan berarti harus menyerah. Seolah wajar saja salah diperbuat. Tidak begitu. Timbangan salah mesti ditekan, hingga akhirnya kebaikan lebih berat adanya.

Memperberat kebaikan menjadi kunci. Maka, progresifitas amal adalah keharusan. Konsistensi dengan grafik menanjak adalah bukti nyata tekad  bulat dalam bingkai perbaikan diri.

Kita sadar, tak ada perubahan instan. Melainkan butuh proses bertahap dan panjang, penuh kesabaran. Disinilah letak perbedaan, mana yang punya tekad, mana yang tidak, ini tentang kesabaran.

Hingga akhirnya di penghujung hayat pun akan kita lihat siapa yang paling konsisten mengusung visi perbaikan.

Monday, April 11, 2016

Persatuan Kita

Standard
Setidaknya 2 aksi yang sudah kita lakukan secara bersama-sama menjadi saksi bahwa gerakan mahasiswa di UGM masih hidup dan akan terus bertransformasi sesuai zamannya. Kita sadar bahwa UGM tak baik-baik saja, maka kita ingatkan dengan lembut ayah-ibu kita. Persatuan adalah kekuatan kita, jika kita menginginkan perubahan maka persatuan tak bisa lagi ditawar.

Ini UGM kita, aksi yang kita lakukan bukan karena kita benci, justru karena kita cinta pada UGM dan menginginkan UGM yang lebih baik. Ini baru awal, butuh bukti cinta yang lebih utuh, pengorbanan, perjuangan, dan tentu kekonsistenan menjadi bekal perjuangan selanjutnya.

Kawan, jika kau lihat kekasihmu sedang tak baik-baik saja, apa yang akan kau lakukan? Berilah obat, sekalipun pahit tapi menyembuhkan.

(Aksi Menagih Janji UKT)

"ini tergantung bisnis masing-masing mas, tidak bisa disama-ratakan di semua universitas" kurang lebih demikian jawab Direktur Jendral Pembelajaran & Kemahasiswaan Kementerian Riset & Dikti saat ditagih kepastian regulasi nasional UKT.

Kalo pendidikan tinggi dibilang bisnis, lalu mahasiswanya apa? komoditas bisnis?Semua peserta aksi menjadi saksi atas komitmen beliau untuk segera merealisasikan 4 janji pemerintah terkait UKT. Tapi, satu hal yang harus mereka tahu, kami tak butuh janji dan omong kosong. Kami butuh realisasi, UKT berkeadilan untuk seluruh mahasiswa Indonesia. 


Ini adalah momentum titik balik gerakan mahasiswa Gadjah Mada dan Indonesia, bahwa kami masih ada dan akan terus berjuang hingga titik darah penghabisan.Terakhir, niat yang lurus adalah sumber kekuatan gerak kami, hingga tak akan mampu mereka membuat kami gentar, apalagi berbalik ke belakang. #UKTBerkeadilan #SinergiMahasiswaUGM #MenagihJanji


(Aksi Menolak Relokasi Kantin Bonbin)

“Bonbin tak sekadar kantin, tapi di sanalah ruang-ruang sosial antara mahasiswa dan rakyat nyata adanya sebagai saksi historis bahwa UGM ini masih kampus kerakyatan, jika bonbin direlokasi lalu dibangunlah Plaza Bank Indonesia didekatnya, lalu, masih pantaskah kampus ini disebut kerakyatan? ”

Aksi Tolak Relokasi Kantin Bonbin Sosio-Humaniora hari ini mempertegas kenyataan bahwa UGM sedang banyak masalah dan tak baik-baik saja. UKT bermasalah, peran mahasiswa yang makin direduksi dalam PPSMB, polemik pemilihan MWA unsur mahasiswa, tunjangan kinerja tenaga kependidikan yang tak kunjung dibayarkan, hingga relokasi kantin bonbin Sosio-Humaniora yang jelas-jelas mengada-ada.

Dan anehnya rektorat seolah tak bergeming dengan segala masukan, kritik, saran, dan pandangan masyarakat UGM. Terbukti di hari ini, ketika mahasiswa sudah menjelaskan berbagai kajian dari sektor kesehatan, perencanaan tata ruang, ekonomi, psikologis, hingga historis yang jelas-jelas ilmiah, mereka hanya berucap “terimakasih atas saranya, akan kami pertimbangkan”, kurang lebih demikian. Lalu harus bagaimana lagi kita? Aksi sudah, audiensi sudah, memaparkan fakta ilmiah yang mereka harapkan pun sudah.

Sudah saatnya mahasiswa UGM bersinergi menjadi satu. Lupakan sejenak kepartaian, sekat golongan, juga latarbelakang gerakan eksternal kita untuk kepentingan bersama. Tak ada lagi pilihan bagi kita, bersatu berjuang atau tergantikan! Karena diam adalah pengkhianatan.