Monday, September 1, 2014

Menginspirasi Lewat Media

Standard
Dewasa ini media telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Ia berfungsi tak hanya sebagai sarana penyebaran informasi, bahkan telah berevolusi sebagai sarana propaganda yang teramat mutakhir. Bagaimana tidak?, kini opini publik terombang-ambing oleh pemberitaan media yang kerap kali tidak berimbang. Cenderung berlebihan dan bahkan mayoritas dikuasai oleh golongan materialis. Bisa ditebak bagaimana hasilnya, inilah dunia kita yang telah terperdaya media.

Satelit membuat bumi ini sebagaimana globe yang dengan mudah dilihat oleh manusia. Sudut manapun dari muka bumi tidak luput dari media serta propagandanya. Sederhananya, propaganda adalah pengarahan pola pikir masyarakat ataupun orang secara perlahan dan tak sadar hingga menyepakati apa yang kita pikir benar. Tak heran, pola pikir dunia telah mengarah pada paham materialis sebagaimana penguasa media di bumi ini yang juga mayoritasnya menganut paham materialis.

Siapa yang menguasai media, maka ia menguasai dunia. Ungkapan tersebut menjadi benar adanya, karena memang upaya termudah untuk menguasai dunia adalah dengan menguasai pemikiran seseorang. Kita sudah melewati periode perang senjata, dan kini kita memasuki periode perang pemikiran (ghazwul fikri). Perang belumlah selesai.

Metode perang media macam ini sangatlah halus dan sulit dilawan. Hal tersebut dikarenakan orang yang  menjadi korban tidaklah merasa bahwa ia korban. Padahal tanpa sadar pola pikirnya sedang diserang agar berpihak pada si penyerang. Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit namun massive setiap neuron di otak telah berhasil dibuat tunduk.

Begitu besar peran media dalam perang pemikiran ini. Media yang mayoritas dikuasai kaum materialis secara otomatis membawa dampak besar bagi pola pikir manusia yang cenderung materialis, bahkan bisa jadi ke arah negativisme yang semakin dalam.

Lalu, bisakah kita berbuat sesuatu?.  Tentu saja bisa!. Sebagaimana propaganda keburukan mampu membuat pola pikir buruk timbul. Maka, demikian pula propaganda kebaikan, mampu membuat pola pikir menjadi baik, dan itu yang saya sebut inspirasi.

Inspirasi akan lahir ketika kebaikan tulus mampu melahirkan kebaikan-kebaikan lain. Maka tak terelakan bahwa landasan awal dari inspirasi adalah sebuah pengabdian  pada Tuhan. Hal tersebut agar ketika setiap kebaikan yang ter-publish tidak menjadikan niat bengkok. Dari awal haruslah sudah terpatri betul bahwa niat berbuat baik adalah pengabdian, sedangkan membuat orang tahu tentang kebaikan itu semata untuk menginspirasi agar makin banyak kebaikan yang muncul, bukan pamer!.

Sebagaimana para penjajah pikiran membawa banyak orang ke arah negativisme, maka demikian pula bisa kita lakukan upaya menyebar segenap inspirasi melalui media. Media menjadi wadah yang sangat strategis untuk mengajak orang pada kebaikan, dengan demikian benih-benih kebaikan akan tersebar dengan lebih massive melalui ilmu dan informasi yang disebar. Berfungsi sebagai penyeimbang media negativisme, setidaknya setiap gejolak yang mengarah pada keburukan dapat dikurangi dengan berita-berita penyeimbang yaing bernafas positivisme. Mengobarkan semangat pantang menyerah, betapa sulitnya menahan segenap serangan kaum negativisme hingga hampir membuat putus asa. Namun, dengan setiap kebaikan yang menginspirasi tentu akan mengingatkan bahwa perjuangan haruslah terus berlanjut dan tak boleh terhenti.


Hal yang paling ditekankan adalah lurusnya niat, kebaikan yang tampak di media bukan untuk pamer kehebatan. Melainkan usaha-usaha untuk menginspirasi!