Tuesday, March 11, 2014

Makna Persahabatan

Standard
Kawan
Tahukah engkau?
Ibarat fajar seperti itulah sebuah persahabatan
Yang terbit dalam gelapnya kesendirian
Dan terus mendaki kaki langit
Hingga tergantung indah pada puncaknya
Menghangatkan

Namun
Adakalanya ia terbenam
Mengikuti hukum alam
Menghilang
Dan akhirnya bertemu sahabat lama
Kesendirian

Sungguh
Tiada beda dengan kita

Ibarat gelap dan terang
Ibarat putaran hukum alam yang jadi panutan

Adakalanya rasa sakit ini
Jengkel ini
Marah dan benci
Tak terelakan lagi adanya

Tapi kawan
Ingatlah
Bahwa persahabatan kita laksana fajar
Setelah terbenam
Akan terbit dan bersinar

Kembali menatap dunia dengan senyumnya

Wednesday, March 5, 2014

Memimpin Para Pemimpin

Standard
Pemimpin tidaklah selalu menjabat sebagai pemegang kebijakan secara struktural. Melainkan mereka yang punya pemikiran besar untuk melakukan perubahan pada lingkungannya ke arah yang lebih baik. Pemimpin itu tak kenal batasan usia, bukan hanya orang tua yang sudah berkeluarga, namun juga mereka yang masih muda dan terus berkarya. Pemimpin itu mereka yang memberikan harapan ditengah kepesimisan.

Di dalam suatu kelompok, sekecil apapun itu sangat penting memiliki pemimpin. Bahkan Rosululloh pun pernah menyampaikan bahwa ketika kita berpergian dan sekalipun hanya berdua maka angkatlah salah satunya sebagai pemimpin. Lebih terlihat jelas betapa pentingnya pemimpin itu ketika pernah saya mendengar  “lebih baik memiliki pemimpin yang dzolim daripada tidak memiliki pemimpin sama sekali”. Suatu kelompok tanpa pemimpin itu rapuh bagaikan kayu dimakan rayap. Teringat pula kisah Umar bin Khotob yang ditikam dengan pisau beracun disaat solat subuh. Beliaupun segera membentuk tim untuk bermusyawarah memutuskan siapa yang berhak menjadi pemimpin bagi mereka. Umar dengan tegas berkata “Pilihlah pemimpin dalam waktu tiga hari, jika tidak maka kalian akan ku penggal”. Kenapa demikian?, karena memang sangat buruk akibatnya  jika ketika Umar bin Khotob meninggal kemudian facum of power terjadi dalam jangka panjang. Ancaman internal maupun eksternal mengintai eksistensi suatu komunitas.

Sejak masa kekhalifahan Abu Bakar, perbedaan pendapat atau bahkan perselisihan sudah mulai terjadi. Hal demikian sangat wajar terjadi dalam suatu masyarakat yang heterogen dengan kompeksitas masalahnya yang tinggi. Mind set setiap individu memang berbeda, dan ketika perbedaan itu tidak diimbangi dengan toleransi, maka bisa berakibat konflik yang sebenarnya tidak perlu dalam banyak kasus.

Waktu terus berjalan, era perjuangan para pendahulu pun usai. Kini kita memasuki era perjuangan dimana kompeksitas masalah bertambah-tambah. Modernitas, liberalitas, dan aneka pradigma lain seolah saling menyongsong merebut perhatian dunia. Kejahiliyahan yang dulu kolot kini telah bermetamorfosis menjadi trendy. Akibatnya banyak orang menyukainya, menerapkanya, dan menjadikanya  sebagai pedoman dalam hidup. Dan demikianlah permasalahan menjadi sangat rumit karena suatu masalah besar tidak dianggap sebagai masalah.