Monday, April 20, 2015

Ide Sederhana untuk Indonesia

Standard
Indonesia dimasa depan adalah negeri yang berkomitmen untuk memenuhi hak rakyat. Dengan menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran terhadap rakyat. Maka besar mimpi kita bahwa orientasi kekuasaan para petinggi ditekan sedalam-dalamnya. Yang ada hanya orientasi untuk mewujudkan tatanan Indonesia yang lebih baik dan rakyat yang sejahtera.

Mari kita mulai bermimpi dari sektor pendidikan. Maka tak ada kerusakan tanpa ada yang memperbuat dan yang berbuat kerusakan itu adalah manusia yang punya akal. Lalu bagaimana akal itu digunakan?. Doktrinasi yang keliru dalam proses pendidikan saat ini berujung pada cacatnya moral bangsa. Jika mau kita menelisik, pendidikan yang ada sekarang ini hanya berorientasi pada satu hal, materi. Hal yang paling dicari oleh para siswa dan mahasiswa adalah dua hal. Pertama tentang bagaimana mereka mendapat nilai tinggi dan kedua tentang bagaimana mereka mendapat pekerjaan yang layak. Padahal sejatinya pendidikan ada bukan untuk itu. Pendidikan ada untuk mencerdaskan bangsa dan membebaskan jiwa. Dimana dengan jiwa yang bebas dari ketergantungan dan tipudaya diiringi kecerdasan akan mengarahkan manusia menuju kesejahteraan. Maka sudah waktunya kita mesti mengalihkan orientasi material dari pendidikan ini, walaupun tentu tak mudah. Moral and vison approach menjadi solusi yang ampuh untuk menjawab permasalahan sumber daya manusia Indonesia. Dimana penekanan dalam proses pendidikan terhadap sisi visi pendidikan dan moral dilakukan lebih dalam. Dimulai dengan sistem dan alokasi khusus untuk menekankan hal ini serta upaya pembentukan kurikulum berbasis moral and vison approach.

Berlanjut ke kebutuhan mendasar masyarakat yaitu pangan. Kita mesti menggalakan solusi terhadap krisis pangan. Yaitu dengan produksi pangan nasional sebagai tumpuan sehingga kemandirian dan kedaulatan dapat dicapai. Berangkat dari kesadaran bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Namun, sangat disayangkan manusianya belum bisa mengolah dengan baik. Maka perlu ada upaya strategis dan berkelanjutan dalam menggalakan produksi pangan nasional. Komponen pangan nasional meliputi pertanian, peternakan, dan perikanan beserta pengolahan dan pemasaranya. Maka yang pertama harus dibangun adalah kesadaran masyarakat bahwa bekerja di sektor pertanian, peternakan, dan perikanan bukan pekerjaan hina yang memiskinkan. Disini perlu peran serta kalangan intelektual dan pemerintah untuk mendorong. Pemerintah berfungsi sebagai pemersatu dan kolaborator berbagai komponen masyarakat sehingga ada high power dalam membangun sektor pagan. Kalangan intelektual yang mengenyam pendidikan di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan juga sangat dibutuhkan. Sehingga tidak ada lagi lulusan sarjana pertanian, peternakan, dan perikanan yang memilih bekerja di swasta atau alih sektor dibanding di bidang keilmuanya. Dengan adanya dorongan dari pemerintah dan kalangan intelektual maka masyarakat akan lebih peduli dan berkemauan untuk turut serta mendorong berkembangnya sektor pangan.

Kebijakan pemerintah bisa dimulai dengan melakukan hal yang sederhana dengan maping area. Sehingga setiap daerah memiliki alokasi khusus area mana saja yang harus diperuntukan untuk sektor pertanian, perikanan, dan peternakan, bukan untuk sektor lain. Karena selama ini faktanya banyak lahan yang harusnya diperuntukan untuk pertanian, peternakan, dan perikanan malah dialihkan ke sektor industri. Kemudian menunjang kebutuhan petani dengan pembinaan berkelanjutan sehingga para masyarakat tersebut merasa tidak sendirian dan berkembang secara bertahap dan terencana. Konsep Agro Point yang ada di setiap desa pengkhususan pertanian, peternakan, dan perikanan menjadi salah satu mimpi saya di masa depan. Daerah dimana memiliki karakter pengembangan pertanian, peternakan, atau perikanan kita sebut sebagai area percepatan budidaya. Diarea tersebut memiliki agro point yang menjadi pusat pengembangan pertanian. Di agro point tersebut menyediakan berbagai kebutuhan terkait budidaya dengan harga murah dan subsidi pemerintah, misalnya pupuk dan bibit. Yang berbeda adalah disini petani juga dibina. Upaya pembinaan dan pendampingan ini bertujuan agar segala kesulitan dan hambatan yang dialami petani bisa teratasi. Pusat pengembangan ilmu pengetahuan aplikatif juga ada disini. Dimana kumpulan ahli melakukan penelitian, pengembangan, dan implementasi pada langsung pada petani setempat. Dengan integrasi sedemikan rupa maka akan terjadi peningkatan produksi pertanian, peternakan, dan perikanan  secara signifikan.

Saturday, April 18, 2015

Mengenal Advokasi Kemasyarakatan

Standard
Sebagaimana tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Advokasi bermakna “pembelaan” . Sedangkan masyarakat bermakna sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yg mereka anggap sama. Maka advokasi kemasyarakatan berarti upaya pembelaan terhadap perihal mengenai masyarakat.

Advokat adalah orang yang melakukan upaya advokasi. Secara ansich hanya dapat dilakukan oleh seseorang secara legal formal di dalam proses peradilan. Maka advokasi yang demikian disebut advokasi litigasi. Sedangkan suatu upaya pembelaan yang bisa dilakukan oleh siapapun yang memiliki semangat untuk membela jiwa yang tertindas dan mereka yang menjadi korban ketidakadilan disebut advokasi non litigasi.

Ada beberapa langkah dalam proses advokasi. Yaitu investigasi, studi kebijakan dan analisis, perumusan planing of action, deseminasi, community empowerment and development, serta pendampingan dan pengawasan.

Proses investigasi adalah kegiatan mengumpulkan data secara lengkap dan valid sebagai basis advokasi. Data yang diperlukan bisa berupa data kuantitaif, informasi subjek, media masa, stakeholders, dan literatur ilmiah. Proses investigasi menjadi suatu hal yang sangat penting karena akan mempengaruhi langkah selanjutnya. Jika data yang didapat dari investigasi keliru maka menyebabkan analisis dan penyikapan kemungkinan besar keliru. Tak heran sering kali proses advokasi menghabiskan waktu cukup banyak dalam proses investigasi.

Thursday, April 16, 2015

Refleksi Pencarian

Standard
Hidup ini mengajarkan kita untuk menikmati segala proses. Memaknai bahwa setiap langkah yang kita tapaki sekarang merupakan bagian dari masa lalu sekaligus masa depan. Begitu indahnya proses ini jika kita telah berhasil memaknai arti hidup.

"Dirimu seperti yang kau pikirkan"

Pencarian tiada henti akan selalu menemani perjalanan hidup, bahkan sampai kapan pun mungkin akan tetap mencari, menghayati makna hidup dan kehidupan yang serba misterius. Mencoba menjawab segala tanya di pikiran, yang semua itu hanya akan terjawab dengan terus mencari, mencari, dan mencari.

Sampai suatu saat nanti kita  temukan alasan-alasan  kenapa Tuhan takdirkan kita disini, sebagai manusia yang punya akal dan kehendak.

Biarlah pencarian ini terus berjalan. Biarlah berbagai tanya makin menjalar di tiap neuron sebagai pertanda bahwa memang benar kata mereka, kita masih bodoh, maka harus terus belajar, mengejar ketertinggalan akan ilmu yang melangit.

Biarlah kita hidup apa adanya, karena kamu adalah kamu, aku adalah aku. Berusaha berkompromi terhadap segala kekurangan dan kelebihan diri. Kesederhanaan dan sikap apa adanya itulah yang akan membuatmu mengakui bahwa engkau manusia, punya kekurangan. Tak perlu ada gengsi dalam diri, mengakui kekurangan adalah bentuk dari kedewasaan pikir dan awal yang baik untuk menjelma menjadi sosok luar biasa. Tanpa pengakuan terhadap kekurangan, hanya akan ada manusia yang angkuh dan berhati kerdil.

Hei kawan, kamu mau jadi seperti apa?. Terserah kamu. Maka gambarkan maumu dengan jelas, makin jelas. Berproseslah makin kuat, makin tangguh. Bermesralah dengan Tuhan yang Maha Cinta, satu-satunya yang setia dimanapun, kapanpun, dalam keadaan bagaimanapun. 

Tidak semua orang berhasil memaknai hidup dengan tepat, bahkan begitu banyak yang harus berkubang lumpur hina karena salah memaknai hidup. Bagi kamu yang masih dan terus mecari, dengarkan senandung indah di setiap degup jantungmu.

"Manusia menjadi mulia bergantung isi hatinya"

Tuesday, April 14, 2015

Membangun Critical Thinking dengan Membaca

Standard
Bertemu dengan banyak orang, melihat dinamika sosial, dan konflik kepentingan. Semua makin membuka mata kita bahwa butuh peran mahasiswa untuk menjadi social control. Mahasiswa harus mampu menjawab tantangan zaman dengan selalu kritis berfikir, peduli, dan merespon dengan cepat segala fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat. Kepentingan memang selalu ada di masyarakat dengan begitu banyak hal yang melatarbelakanginya, pada akhirnya kejelasan sikap menjadi kunci bagaimana hendaknya kita melangkah dan bagaimana hendaknya kita berpihak. Kesemua itu akan membawa dinamika sosial yang sulit diramalkan. Jikalau tidak ada pihak yang mampu menjadi social control pastilah akan ada orang yang dirugikan. Lebih parah lagi bisa berujung pada rusaknya tatanan sosial yang ada di masyarakat.

Membangun logika pikir kritis sebagai pondasi dalam perumusan masalah dan membangun solusi yang tepat. Bicara tentang dinamika dan konflik sosial, kita bicara masalah yang begitu kompleks. Tidak cukup hanya diselesaikan dengan pikiran sederhana, maka critical thinking mesti terus diasah. Mengasah critical thinking bisa dilakukan dengan banyak hal. Membaca, diskusi, dan menulis menjadi tiga hal pokok untuk membangun critical thinking. Namun sayang ini sering dilupakan dan tidak menjadi prioritas bagi sebagian mahasiswa.

Memulai dengan membaca. Bagi mahasiswa sosio humaniora akan terasa lebih ringan membaca buku-buku yang linear dengan apa yang di pelajari di bangku kuliah. Namun lain cerita dengan mahasiswa sains, teknik, atau bahkan fakes akan cukup sulit untuk sekedar meluangkan waktu membaca banyak buku-buku yang melatih critical thinking. Solusi terbaik dari masalah tersebut adalah memulai dengan kuantitas minimal dan manajemen waktu mebaca. Memulai dengan kuantitas minimal bisa dilakukan sebagai permulaan. Cukup membaca 1 hingga 2 lembar sehari barangkali menjadi awal yang baik untuk membiasakan diri. Lama kelamaan kebiasaan itu akan mengalir seiring dengan kenikmatan yang dirasakan saat membaca memenuhi hasunya diri akan keilmuan. Perlahan tapi pasti kuantitas pun akan bertambah.

Wednesday, April 8, 2015

Makna Mendalam “Negarawan Muda”

Standard
Indonesia kini sedang dirundung duka. Begitu banyak masalah multi sektoral melanda negeri ini. Sektor ekonomi dilanda liberalisasi, sektor hukum yang seolah mati, sektor politik yang carut-marut, dan berbagai sektor lain yang tak kalah mengenaskan. Masalah multi sektoral tersebut  tak kunjung membaik, namun makin parah.
Pasti hati kita teriris melihat ironi negeri ini. Hingga kemudian pikiran kita mengarah pada satu fenomena nyata berupa krisis moral dan kepemimpinan. Nampaknya tepat jika maslah tersebut kita nisbatkan pada krisis moral dan kepemimpinan yang melatarbelakanginya. Di desa atau kota nampaknya sama saja. Masyarakat di jalan-jalan, petinggi di gedung megah, hingga anak di rumah-rumah semakin tak malu saja memperlihatkan sikap amoralnya. Tawuran antar pelajar sudah biasa, bentrok antar kampung membudaya, mencontek di sekolah sudah mengakar kuat, bahkan banyak kita temui di setiap rumah anak dididik untuk apatis.
Material oriented menjadikan banyak orang terforsir hanya mengejar pencapaian pribadi, tanpa peduli permasalahan lingkungan. Alhasil degradasi moralpun terjadi akibat sekolah-sekolah formal yang berperan besar dengan minimnya didikan  moralitas. Keluarga pun demikian, sangat sedikit yang memprioritaskan didikan moral dibanding matematika atau bahasa inggris.  Orang yang sudah terbiasa didik dengan material oriented jika suatu saat didaulat menjadi pemimpin maka bisa ditebak bagaimana jadinya. Negeri ini akan semakin rusak.
Seringkali amanah kepemimpinan hanya dianggap sumber penghidupan. Maka sah-sah saja bagi mereka berusaha merauk sebanyak mungkin kepentingan pribadi. Masyarakat dikhianati dengan janji palsu dan gombalan manis saat pemilu. Akibat yang sangat kentara adalah maraknya tikus berdasi yang memakan uang rakyat. Itulah hasil dari degradasi moral.