Sunday, October 28, 2018

Mimpi dan Gairah untuk Bergerak

Standard
Bersyukur, Allah titipkan begitu banyak potensi kebaikan dalam diri kita. Sebab tubuh ini adalah potensi untuk dapat berbuat baik. Lingkungan, material, dan banyak hal lain juga demikian; semua adalah amunisi kebaikan-perkakas kebaikan.

Mengingat kembali, bahwa diri ini punya banyak mimpi. Mimpi untuk menjadi pebisnis, akademisi, aktivis sosial, dan begitu banyak mimpi lain. Dan hingga detik ini mimpi-mimpi itu lah yang menjadi gairah dalam bergerak. Termasuk yang utama, mimpi untuk dapat merai ridha Allah dan berjumpa Rasul-Nya di surga kelak.

Kita menyadari bahwa begitu banyak kekurangan dan keterbatasan diri. Tapi, bukan berarti kita harus menyerah bukan? 

Gunakan potensi yang dimiliki seoptimal mungkin dan terus bergerak. Jangan biarkan diri ini seperti air yang menggenang, lama-lama akan timbul bibit penyakit disana. Jadikan mimpi-mimpi bahan bakar untuk bergerak dengan landasan iman dan islam. 

Bismillah, konsisten untuk meraih mimpi.


Insyaf

Standard
Aku tak pernah hampir semenyerah ini dalam berjuang. Tapi, aku tak mau bertindak bodoh dengan menyerah atas penyesalan di kemudian hari. Aku pikir, aku harus tetap berjuang dengan melibatkan Allah dalam ikhtiar-ikhtiarku.

Aku menginsyafi, bahwa selama ini aku terlalu congkak atas banyak keberhasilanku mencapai sesuatu, menang lomba, dan juga memimpin organisasi. Terkadang aku menisbatkan keberhasilanku pada diriku sendiri. Padahal, aku hanya perantara, Allah-lah dzat yang kuasa membuatku dapat mencapai ini dan itu.

Aku menginsyafi, aku kurang bersabar dan kerap gegabah. Tidak cukup kuat untuk bertahan dalam penderitaan dan ujian perjuangan. Harusnya tak demikian, toh semua manusia akan diuji dalam sabar. Karena ujian adalah konsekuensi iman, maka kesabaran demi kesabaran harus dipupuk, kesabaran kita harus seluas samudera.

Aku menginsyafi, aku terlalu banyak berkeluh kesah akhir-akhir ini. Seakan hidupku yang paling susah sedunia, seakan ujianku yang paling berat. Padahal, masih banyak manusia yang diuji dengan beban-beban yang lebih berat. Padahal, masih ada manusia yang lebih susah hidupnya.

Tulisan ini adalah pengingat untuk diri sendiri agar lebih kuat dan tabah dalam menjalani hidup. Rencanakan dan isi hari-hari dengan kebaikan. Bangun pola pikir positif dan yakinlah semua akan membaik dan baik-baik saja. 

Tuesday, October 23, 2018

Mulut mu harimau mu

Standard

“You will understand it's right after you experience it.”

Berkatalah baik atau diam, diam itu emas; dua nasihat bijak yang sering kita dengar dan baca. Maknanya, jika kita tidak bisa berkata baik, cukuplah diam, karena diam akan lebih bernilai dari kata-kata kurang baik.

Dalam Islam atau dalam standar moral masyarakat; perkara banyak mengeluh, nyinyir, suka menggosip, berkata semaunya sendiri, banyak omong, menggunjing, dan sejenisnya merupakan perbuatan yang bernilai negatif. Kata-kata yang muncul dengan kandungan keburukan adalah buruk.
Di suatu titik, mungkin kita akan menemukan saat-saat dimana kita yang biasanya bisa bijak dalam berkata-kata, kemudian terjebak pada keluh kesah, julid/nyinyir, gosip dan lain-lain. Karena apa? Bisa jadi karena jarak antara idealitas dan realitas yang terlalu menganga, tumpukan masalah, atau provokasi orang-orang di sekitar.

Demikian pun yang terjadi, melahirkan kata-kata buruk tetap tidak dibenarkan. Kita tidak semestinya terpancing pada kondisi dan lingkungan. Tetaplah berkata bijak dan baik atu diamlah.

Mulut mu harimau mu! Ya, perkataan kita dapat memangsa kita secara tiba-tiba layaknya harimau. Going to be worth to learn what the negative impact exploded by negative words.

Pertama, kata-kata negatif berpengaruh pada diri yang negatif. Tanpa sadar atau dengan sadar, afirmasi lewat kata-kata akan berpengaruh pada pikiran, perasaan, jiwa, dan diri secara umum. Perkataan yang baik akan menimbulkan ketenangan, motivasi, dorongan kebaikan, dan semangat positif. Sebaliknya, kata-kata negatif melalui ungkapan keluh kesah, julid/nyinyir, gosip dan lain-lain akan menuntun pada sesuatu yang lebih buruk, bahkan jiwa yang kerdil dan hitam.

Kedua, dapat menjadi amunisi bagi lawan atau orang yang tidak suka padamu. Kita tak pernah tahu dalam dunia rimba ini, mana yang sebenarnya kawan, mana yang lawan. Terkadang seseorang yang kita anggap lawan, ternyata malah memposisikan diri sebagai kawan. Sebaliknya, mereka yang kita anggap sebagai kawan baik, sahabat, orang terdekat bukan tidak mungkin ternyata punya rencana buruk pada kita. Itulah dunia yang kejam dengan berbagai kejutan-kejutan.

Ketiga, dapat berimplikasi pada banyak hal dalam kehidupanmu. Baik itu karir, keluarga, bisnis, maupun segala pola interaksi sosial yang terjalin. Bisa jadi sebagian orang akan melihatmu memiliki integritas yang buruk, etika yang kurang baik, atau bahkan jahat. Semua itu bisa saja terjadi dalam dunia yang penuh drama memangsa dan dimangsa.

Berbahagialah jika di suatu titik, entah lewat tulisan ini atau orang lain, kita diingatkan lebih dini untuk memperbaiki. Kembali lagi pada kebaikan kata-kata atau mulai memperbaiki. Ya, kita adalah manusia biasa, tempat salah dan sering berdosa. Tapi, beranilah untuk jujur pada diri, akui kesalahan, dan perbaiki. Jangan jadi munafik dan pengecut. Allah menerima taubat dan mencintai orang yang bersuci.