Monday, July 6, 2015

Mahasiswa Prestatif Kontributif

Standard
Mahasiswa, apa yang pertama terbayang jika anda mendengar kata "mahasiswa"?

Mungkin kebanyakan orang akan berkata, mahasiswa itu "idealis". Ada juga yang berpendapat mahasiswa itu "intelektual". Atau mahasiswa itu "tukang demo". Serta masih banyak lagi image mahasiswa dari yang baik hingga buruk.

Tetapi ada dikotomi ekstrim yang sekarang berekembang pada mahasiswa, yaitu "prestatif" dan "kontributif". Sejatinya "prestatif"  memiliki arti "hasil atau pencapaian dalam sebuah usaha". Namun mengalami reduksi dalam konteks mahasiswa. Mahasiswa disebut berprestasi jika sukses di akademik dan/atau perlombaan. Mahasiswa berprestasi lekat dengan gambaran sesosok mahasiswa dengan IPK tinggi, banyak menang di berbagai lomba, dan berkesempatan exchange. Disisi lain keberhasilan mahasiswa di bidang organisasi dianggap bukan suatu prestasi, melainkan bentuk "kontribusi". 

Walaupun sebenarnya "kontribusi" bermakna sebagai "sumbangsih" seseorang pada orang lain atau lingkunganya. Jika demikian definisinya, maka saya pikir mahasiswa berprestasi juga bisa disebut berkontribusi karena memiliki sumbangsih dalam menimbilkan optimisme di tengah mahasiswa. Namun, sebagaimana "prestatif", kata "kontribusi" juga mengalami penyempitan makna hanya bagi orang-orang yang aktif berorganisasi/non akademik. Hal demikian terjadi karena sebuah pandangan bahwa "kontribusi" merupakan kebermanfaatan yang bisa dirasakan secara langsung kepada publik, misalnya penyelenggaraan event yang bisa diikuti dan dinikmati banyak orang. Atau penyelamatan mahasiswa yang terancam "DO" karena tidak mampu membayar UKT.

Jika memang harus menggunakan makna kata "prestasi" dan "kontribusi" yang tereduksi, maka bisa dibilang sekarang ini sangat minim menemukan orang-orang yang "prestatif-kontributif". Keduanya didikotomikan secara ekstrim sebagai 2 kutub yang tak mungkin bisa menyatu. Aktivis organisasi walaupun disiebut "kontributif" tapi identik dengan miskin prestasi karena IPK yang jeblok, lulus lama, tak pernah menang lomba, apalagi mengikuti student exchange. Demikian juga seorang mahasiswa yang disebut "prestatif", selalu identik dengan mahasiswa yang ambisius mengejar target pribadi, apatis, kutu buku, serta minim kemanfaatan bagi orang lain.

Apakah image tersebut bisa hilang?. Saya bilang "bisa". Bagaimana caranya?

Yang perlu kita lakukan sebagai mahasiswa adalah memulai usaha menjadi sosok "prestatif" dan "kontributif" secara bersamaan. Tentu bukan suatu yang mudah, butuh kerja keras dan perencanaan yang baik untuk dapat mencapainya. Entah usaha kita bisa diartikan sukses atau tidak. Tapi menjadi tugas utama kita adalah meyakini "tidak ada dikotomi antara prestasi dan kontribusi". Keduanya adalah satu kesatuan dari sosok yang disebut "mahasiswa". Setelahnya kita punya peran penting untuk menyebarkan semangat ini pada mahasiswa di segenap penjuru kampus dan negeri.

Salam Prestatif-Kontributif!

0 komentar:

Post a Comment