Monday, April 11, 2016

Persatuan Kita

Standard
Setidaknya 2 aksi yang sudah kita lakukan secara bersama-sama menjadi saksi bahwa gerakan mahasiswa di UGM masih hidup dan akan terus bertransformasi sesuai zamannya. Kita sadar bahwa UGM tak baik-baik saja, maka kita ingatkan dengan lembut ayah-ibu kita. Persatuan adalah kekuatan kita, jika kita menginginkan perubahan maka persatuan tak bisa lagi ditawar.

Ini UGM kita, aksi yang kita lakukan bukan karena kita benci, justru karena kita cinta pada UGM dan menginginkan UGM yang lebih baik. Ini baru awal, butuh bukti cinta yang lebih utuh, pengorbanan, perjuangan, dan tentu kekonsistenan menjadi bekal perjuangan selanjutnya.

Kawan, jika kau lihat kekasihmu sedang tak baik-baik saja, apa yang akan kau lakukan? Berilah obat, sekalipun pahit tapi menyembuhkan.

(Aksi Menagih Janji UKT)

"ini tergantung bisnis masing-masing mas, tidak bisa disama-ratakan di semua universitas" kurang lebih demikian jawab Direktur Jendral Pembelajaran & Kemahasiswaan Kementerian Riset & Dikti saat ditagih kepastian regulasi nasional UKT.

Kalo pendidikan tinggi dibilang bisnis, lalu mahasiswanya apa? komoditas bisnis?Semua peserta aksi menjadi saksi atas komitmen beliau untuk segera merealisasikan 4 janji pemerintah terkait UKT. Tapi, satu hal yang harus mereka tahu, kami tak butuh janji dan omong kosong. Kami butuh realisasi, UKT berkeadilan untuk seluruh mahasiswa Indonesia. 


Ini adalah momentum titik balik gerakan mahasiswa Gadjah Mada dan Indonesia, bahwa kami masih ada dan akan terus berjuang hingga titik darah penghabisan.Terakhir, niat yang lurus adalah sumber kekuatan gerak kami, hingga tak akan mampu mereka membuat kami gentar, apalagi berbalik ke belakang. #UKTBerkeadilan #SinergiMahasiswaUGM #MenagihJanji


(Aksi Menolak Relokasi Kantin Bonbin)

“Bonbin tak sekadar kantin, tapi di sanalah ruang-ruang sosial antara mahasiswa dan rakyat nyata adanya sebagai saksi historis bahwa UGM ini masih kampus kerakyatan, jika bonbin direlokasi lalu dibangunlah Plaza Bank Indonesia didekatnya, lalu, masih pantaskah kampus ini disebut kerakyatan? ”

Aksi Tolak Relokasi Kantin Bonbin Sosio-Humaniora hari ini mempertegas kenyataan bahwa UGM sedang banyak masalah dan tak baik-baik saja. UKT bermasalah, peran mahasiswa yang makin direduksi dalam PPSMB, polemik pemilihan MWA unsur mahasiswa, tunjangan kinerja tenaga kependidikan yang tak kunjung dibayarkan, hingga relokasi kantin bonbin Sosio-Humaniora yang jelas-jelas mengada-ada.

Dan anehnya rektorat seolah tak bergeming dengan segala masukan, kritik, saran, dan pandangan masyarakat UGM. Terbukti di hari ini, ketika mahasiswa sudah menjelaskan berbagai kajian dari sektor kesehatan, perencanaan tata ruang, ekonomi, psikologis, hingga historis yang jelas-jelas ilmiah, mereka hanya berucap “terimakasih atas saranya, akan kami pertimbangkan”, kurang lebih demikian. Lalu harus bagaimana lagi kita? Aksi sudah, audiensi sudah, memaparkan fakta ilmiah yang mereka harapkan pun sudah.

Sudah saatnya mahasiswa UGM bersinergi menjadi satu. Lupakan sejenak kepartaian, sekat golongan, juga latarbelakang gerakan eksternal kita untuk kepentingan bersama. Tak ada lagi pilihan bagi kita, bersatu berjuang atau tergantikan! Karena diam adalah pengkhianatan.

Singkirkan Ego

Standard
Di setiap jejak perjalanan ini saya makin belajar. Kembali lagi meluruskan niat. Bahwa segala yang saya lakukan ini adalah ibadah pada Allah, tak ada yang lain. Pujian, cacian, apalagi sekedar ucapan terimakasih bukanlah tujuan. Niat yang lurus adalah kunci dari proses yang saya jalani ini. Sungguh disayangkan jika perbuatan baik tak didasari niatan yang lurus, jika demikian adanya terntu kebaikan itu menjadi tak bernilai sama sekali.

Lupakan ego golongan. Golongan hanyalah instrumen kebaikan itu sendiri, bukan tujuan. Layaknya mobil yang kita tunggangi hingga garis finish, golongan hanyalah mobil bukan garish finish yang ingin kita tuju. Lantas, masih kah kita bodoh dengan terus meletakan ego golongan dalam hati kita?

Sudah saatnya bersatu. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Kalimat bijak yang sering kita dengar sejak sekolah dasar. Kalimat yang tentu sudah mengkristal di pikiran kita. Tapi, kenapa seolah kalimat itu hanya hiasan saja? Kini sekat di antara kita masih sangat renggang. Saya rindu persatuan itu, ketika golongan hanya dijadikan instrumen saja, cukup itu, bukan tujuan utama yang mengedepankan ego. Yang harus dikedepankan hanya satu, Allah! Allah dulu, Allah lagi, Allah yang utama. (AZ)

Sunday, April 3, 2016

Mimpi Inspirasia

Standard
Kami hanyalah kumpulan orang biasa yang percaya, segala macam karya luar biasa berawal dari mimpi yang besar. Ketika pun mimpi itu terkesan terlampau besar, bukan berarti drajat mimpi itu yang dikurangi, tapi usaha lah yang harus ditambah.

Dua bulan bersama saling menopang membuat kami makin belajar betapa pentingnya mimpi. Mimpi yang membuat kami terhimpun, terfokus, dan terjaga. Nampaknya masih jauh mimpi kami dari kata tercapai, terwujudnya Keluarga Mahasiswa UGM sebagai inspirasi gerak Indonesia. Perlu usaha yang lebih keras, sistematis, strategis, dan kesolidan yang lebih mantap. Dan insha Allah apapun dan bagaimanapun kondisinya kami akan terus bersungguh-sungguh mengemban amanah kami, serta berusaha sekuat tenaga mewujudkan mimpi besar kami, Inspirasi Indonesia!

Mimpi bukanlah yang kau lihat dalam tidurmu, tapi sesuatu yang menjadikan kau tak banyak tidur lantaran terpacu untuk mewujudkan mimpimu (Mahatma Gandi). (AZ)