Saturday, April 26, 2014

Berusaha Memahami Nikmat Illahi

Standard
   Apapun kesulitan yang kita hadapi, pastinya ini bukan yang terberat. Jika dibandingkan para rosul pendahulu yang berjuang menegakan kalimatulloh, ini tidak ada apa-apanya.  Kita hanya hamba yang kecil dan tak berdaya. Maka kenapa lebih banyak ungkapan kekufuran daripada kesyukuran yang kita ucap?
Menjadi yang dititipi
   Sungguh luar biasa baiknya Allah telah menitipkan kepada kita tubuh ini beserta hak pakainya pula, demikian pula titipan waktu, harta, dan segala macam yang kita hampir tertipu karenanya. Sudah seharunya ketika menjadi yang ditiitpi maka kita pun sadar bahwa ini hanya titipan, namun kenyataanya? Astaghfirulloh. Kita ini lebih sering lupa tentang titipan ini, merasa sudah memakainya dari lahir sehingga menganggapnya seperti milik sendiri. Tak heran kepala pun jadi pusing tujuh keliling hanya untuk memenuhi ego  pribadi.
Kita itu diminta berkhtiar dan berdo’a, sudahkah?
   Tugas kita hanyalah berikhtiar dengan sepenuh daya dan disertai do’a, hanya itu!. Hasil itu bukan ranah kita, itu hak mutlak Allah. Entah bagaimana kita sudah beriktiar dan berdo’a maka hasil itu sudah ditentukan Allah. Dan percayalah bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita.
Iman itu dijaga dengan amalan!
   Jangan dikira iman akan tetap tinggi jika kita tak senantiasa menjaganya. Maka sudah seharunya kita menjaga iman dalam dada dengan ibadah secara istiqomah. Itulah alasan kenapa Allah menyuruh kita untuk Istiqomah dalam beribadah, agar iman kita terjaga!.
Cintailah jalan ini atau setidaknya berusahalah sepenuh daya untuk cinta!
   Jalan beribadah adalah jalan yang berliku dan sulit. Dalam kita melakukan amal yaumiah, tholabul ‘ilmi, dan beramanah kesemuanya itu berat dan sulit. Tapi jangan sampai dengan beban berat itu kemudian kita menyerah dan pasarah. Jika kita terlalu banyak mengeluh sepertinya kita harus segera menata diri agar tak menyesal. Bagaimana tidak, 24 jam waktu kita yang diisi dengan kebaikan namun kita sama sekali tidak bisa merasakan wanginya kebaikan itu. Seringkali yang demikian itu karena kita terlalu banyak mengeluh dan takut akan kegagalan.
Mulai dari sekarang!
   Kapan lagi kita memulai perbaikan diri ini kalau bukan sekarang?, tidak ada yang tahu sampai kapan usia kita. Tumpukan dosa itu memang sudah menggunung, tapi tanpa taubat bisa jadi petaka besar akan datang. Kini masa depan yang lebih baik menanti, mau pilih jalan yang mana terserah kita. Yang jelas setan laknatulloh selalu mengintai kita. Kencangkan ikatanmu, kokohkan tekatmu!.

Tuesday, April 8, 2014

Link: antara aku dan Allah

Standard
"Nutrition is a link between food and health, Pray is a link between you and Allah SWT"

Akhir-akhir ini saya merasa sangat bersyukur bisa belajar di prodi Gizi Kesehatan FK UGM. Betapa tidak, ilmu yang saya pelajari ini adalah ilmu yang sangat aplikatif. Setiap kali belajar bisa langsung diterapkan kepada diri sendiri. Lingkup nutrition science yang sangat luas meliputi dasar ilmu kedokteran, kimia, biologi, pangan, kesehatan masyarakat, statistik, sosial dan lain-lain. Sehingga dengan demikian saya bisa mengetahui banyak hal dari berbagai disiplin ilmu.

Ilmu gizi memang masih sangat baru dan awam. Tak heran, masih banyak orang yang tak tahu tentang prodi dimana saya belajar ini. Dari segi personal, masih sangat sedikit tokoh yang muncul sebagai figur teladan dari bidang gizi. Tak heran masih banyak pula mahasiswa gizi yang meraba-raba tentang hal yang akan dilakukanya dimasa depan. Mungkin termasuk saya yang demikian, sampai saat ini saya terus menggali hal yang paling cocok bagi saya di prodi yang lingkupnya sangat luas ini. Namun demikian, inilah hal yang membuat saya tertantang, ditengah krisis figur di bidang gizi saya ingin jadi setitik cahaya yang bisa menginspirasi. Saya ingin suatu saat dapat memberikan gambaran yang lebih indah tentang gizi. Gizi tidak selalu di dapur, tidak selalu juga menjadi klinisi, karena gizi "is an art". Tidak ada yang buruk dari seorang klinisi ataupun pekerja di dapur, namun bagi saya, masalah gizi di Indonesia terlalu luas daripada dapur dan rumah sakit. Maka sangat penting membuka pikiran, bahwa harus ada orang yang berbuat lebih, bekerja lebih, dan mencintai pekerjaanya. 

Mungkin seringkali rutinitas akademik membuat saya bosan, kurang menikmati belajar, atau bahkan tidak nyaman. Tapi lama kelamaan saya pun sadar bahwa mungkin dari sebegitu luasnya ilmu gizi, ada hal-hal yang saya cintai lebih, dan ada pula yang kurang. Maka, sangat buruk jika saya menyimpulkan bahwa belajar gizi itu membosankan. Sayapun sadar gizi adalah seni yang indah, memiliki warna sebagaimana pelangi.

Betapa indahnya ada disini, satu langkah dari Allah untuk mendekatkanku dengan-Nya.