Monday, December 31, 2018

Poin Penting Buku "Hypno Leadership"

Standard

Buku berjudul “Hypno Leadership” karya Mohammad Zazuli merupakan salah satu buku bertema kepemimpinan. Lebih spesifik membahas tentang penerapan konsep hypnosis dalam kepemimpinan. Beberapa poin penting dari buku ini yang membuat saya berkesan antara lain.


1.    Definisi konsep kepemimpinan yang luas
Bahwa pemimpin itu tentang pengaruh, melayani,mendorong, memberi contoh, menyemangati, inovatif, dan visioner. Tidak ada definisi tunggal dari kepemimpinan.

2.    Kepemimpinan hypno didefinisikan sebagai konsep kepemimpinan yang “secara tidak sadar” dapat mempengaruhi orang lain sehingga orang lain secara suka rela mengikuti  kehendak pemimpin. Konsep hypnosis sendiri sederhana, dengan mengubah kondisi gelombang otak dari beta ke alpha atau theta. Dengan demikian batas kritis antara otak kanan dan kiri dapat ditembus dan objek dapat dipengaruhi.

3.    Konsep menomor-satukan orang lain
Bahwa seorang pemimpin tidak akan pernah menjadi pemimpin hebat jika dia belum bisa mengedepankan orang lain. Berhenti berkata tentang “aku”, katakana tentang “kita”. Hargai dan apresiasi orang lain. Anggap orang lain itu penting bagi kita. Dengan demikian orang lain juga akan menganggap kita penting. Pada dasarnya setiap orang akan melakukan sesuatu yang sesuai dengan kepentingannya.

4.    Melibatkan orang lain
Kedepankan asas partisipasi publik. Ajak orang lain untuk aktif ikut serta membangun organisasi, buat mereka merasa memiliki dan siap berkorban untuk kemajuan organisasi. Termasuk, berkolaborasilah. Carilah titik temu diantara perbedaan yang ada.

5.    Jadilah pemimpin versimu. Karena pada dasarnya setiap orang punya karakter yang berbeda. Itu dipengaruhi oleh latarbelakang keluarga, lingkungan, dan pengalaman. Sehingga ketiga faktor itu memang penting dan berkaitan erat dengan karakter seseorang.

Bersamaan dengan lima poin baik itu, buku ini memiliki sisi kontradiktif. Yaitu menuliskan konsep kepemimpinan berdasarkan gen/keturunan dan secara tersirat menolak konsep itu juga dengan mengatakan peran lingkungan dalam membentuk  karakter pemimpin. Selain itu, buku ini juga secara tersirat memiliki fungsi “pembentukan citra” salah satu politisi di Indonesia.

Demikian sekilas tentang buku “Hypno Leadership”. Terlepas memiliki kekurangan, buku ini direkomendasikan untuk dibaca oleh kalian yang ingin belajar konsep kepemimpinan.

Menyempurnakan Tawakal

Standard
Alkisah ada seorang pemuda, semenjak kecil hidupnya sebatang kara tanpa orangtua. Dia tumbuh di lingkungan panti asuhan muslim di pinggiran kota. Ia terbiasa hidup apa adanya, serba kekurangan. Jangankan untuk mimpi tinggi-tinggi, bisa makan untuk hari ini saja dia bersyukur. Seperti anak-anak lain di panti, dia terbiasa berbagi dan saling meminjam. Dari mulai buku sekolah hingga kemeja dan sepatu.

Beruntung, takdir mengantarkannya pada sebuah kampus negeri di pusat kota. Ia mendapat beasiswa penuh yang diperuntukan bagi mereka yang berprestasi akademik tapi kurang mampu secara finansial. Meski begitu, kesehariannya hampir tak berubah. Ia masih harus pinjam buku hingga peralatan kuliah sana sini. Sering juga menahan lapar karena uang saku beasiswa yang amat terbatas.

Ia kemudian menjadi sedih dan sering merenungi nasibnya. “Kenapa? Kenapa Ya Allah? Kenapa engkau takdirkan aku seperti ini?” Ucapnya lirih di atas kasur kamar kosnya yang beruukuran 2x2 meter itu. Sejak masuk kuliah ia jadi lebih sering merenung dan mengutuki nasibnya. Melihat banyak kawannya hidup serba cukup dan bergelimang harta, itu sunggu terasa tak adil baginya. “Dimana keadilanmu Wahai Tuhan?”, sambungnya.

Hingga suatu hari, salah seorang dosen di kampus memintanya dan kawan-kawan untuk mengerjakan tugas studi lapangan. Uniknya studi lapangan kali ini dilakukan dengan mewawancarai anak jalanan di sepanjang ruas jalan kota.

Satu persatu anak jalanan ia sapa dan diajaklah ngobrol. Sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang lelaki yang tak bisa melihat dan berjalan. Ia didampingi adik kecilnya yang masih berusia sekitar 12 tahun. Baginya si adik adalah mata dan kakinya, yang menjadikan ia bisa mengerti “sedikit” tentang dunia dan menapaki jengkal tanahnya.

Percakapan dimulai.

Dia: Halo de, salam kenal, namaku “Dia”. Dari kampus sebelah, kebetulan lagi dapet tugas dari dosen buat  wawancara nih. Boleh ya kita ngobrol sebentar?

Adik: Boleh mas, tapi jangan lama-lama ya. Kami lagi nyari duit.

Dia:   Oh iya de, ga masalah, paling 10 menitan kok. Yuk kita kesitu, yang agak teduh.

Mereka berpindah tempat di bawah pohon beringin yang teduh

Dia: Adik, ini kakaknya ya? Atau saudara?

Adik: Ini abang saya mas. Maaf kalo dia ga bisa diganggu, dia emang pendiam.

Dia: Ooo gitu, ya ya gapapa de. Maaf ya sebelumnya ganggu.

Setelah ngobrol kesana kemari tentang materi kuliah, Dia masih melanjutkan obrolan dengan Adik Kakak bersaudara itu.

Dia: Kalian tinggal dimana?

Adik: Disitu …(tangannya setengah mengangkat mengarah pada jembatan di sebrang rel kereta api).

Dia: Ha? Maksudnya di jembatan?

Adik: Iya

Dia: Ibu Ayah juga disitu?

Adik: Ibu Ayah sudah lama meninggal, waktu itu usia saya masih 5 tahun. Mereka tertabrak kereta.

Seolah butuh mencurahkan unek-uneknya si adik terus berkata-kata.

Adik: Ya sejak itu saya Cuma tinggal bareng kakak. Sama beberapa pengemis lain juga, tapi yang utama sama kakak.

Matanya terlihat berusaha membendung air mata, tapi raut muka gadis kecil itu tak bisa berdusta. Ia sedang dalam kondisi sulit, atau bahkan terlalu banyak kesulitan yang menghimpitnya.

Dia: Sabar ya de…

Adik: Semoga bisa kak. Sebenernya saya udah capek kak hidup gini. Ga bisa sekolah, harus cari duit, tinggal di kolong jembatan juga. Apalagi setelah kakak kecelakaan, kehilangan kaki dan penglihatan di usia 10 tahun. Hidup kami makin sulit. Rasanya ingin mati saja kadang.

Dia: Astaghfirulloh..jangan bilang gitu de, kita masih punya Allah.

Dalam hati dia terbersit, “ya Allah ampuni aku, yang ternyata terlalu banyak mengeluh dan tidak bersyukur, padahal masih ada orang yang hidup dengan ujian yang jauh lebih berat”.

Obrolan mereka pun terus berlanjut. Bahkan sejak saat itu Dia jadi sering mengunjungi mereka. Dia sangat berterimakasih pada mereka yang telah menampar, bahwa ternyata ujian hidupnya tak seberat orang lain di luar sana, salah satunya mereka.

Dia jadi ingat suatu bacaan di awal shalat wajib yang artinya “sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku karena Allah ta’ala.”

Maka, dalam menjalani peran dalam kehidupan ini kita butuh menyumpurnakan tawakal. Sebab diri kita seutuhnya milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Kita tak bisa menjadi orang lain atau menolak ujian dari Allah. Yang bisa kita lakukan adalah selalu melakukan yang terbaik dari apa yang Allah titipkan pada kita.

Wednesday, November 21, 2018

Menemukan Kembali

Standard
Lesmana, 18-22 November 2018 aku menemukan diriku kembali. Bukan, bukan karena aku kehilangan definisi tentang diri. Tapi, aku merasa aku kembali pada masa lalu, menemukan kembali makna perjuanganku yang telah lalu. Yaitu perjuangan untuk selalu melakukan yang terbaik dan menjadi lebih baik dengan tetap menikmati proses.

Dalam perlombaan hidup ini kadang aku juga lupa. Aku bukan kuda pacu yang lari untuk menang tanpa merasakan nikmatnya perjuangan. Sejauh ini aku kadang atau bahkan sering memilih lari tanpa menikmati lari. Aku lelah, sebagaimana kuda pacu merasakan lelah. Aku diharuskan lari sebagaimana kuda pacu diharuskan. Aku kadang menang kadang kalah, sebagaimana kuda pacu juga begitu.
Aku pikir harusnya tak begitu. Menikmati perlombaan menjadikan aku akan lebih bersyukur dalam kondisi apapun. Menjadikan perjuangan tak ubahnya perjalanan yang mengasyikan. Karena aku tidak sedang berlomba dengan orang lain, aku berlomba dengan diriku sendiri. Berlomba untuk lebih baik dan berbuat lebih banyak kebaikan.
 
Aku tak perlu takut dengan apapun, sebab sebelumnya aku juga bukan siapa-siapa kan? Hanya anak desa yang sering di-bully. Kemudian memilih untuk berproses memperbaiki diri, berlomba untuk lebih banyak melakukan dan menyebarkan kebaikan.
 
Nikmatilah proses perjuangan ini dengan syukur dan penuh semangat. Bismillah.

Sunday, October 28, 2018

Mimpi dan Gairah untuk Bergerak

Standard
Bersyukur, Allah titipkan begitu banyak potensi kebaikan dalam diri kita. Sebab tubuh ini adalah potensi untuk dapat berbuat baik. Lingkungan, material, dan banyak hal lain juga demikian; semua adalah amunisi kebaikan-perkakas kebaikan.

Mengingat kembali, bahwa diri ini punya banyak mimpi. Mimpi untuk menjadi pebisnis, akademisi, aktivis sosial, dan begitu banyak mimpi lain. Dan hingga detik ini mimpi-mimpi itu lah yang menjadi gairah dalam bergerak. Termasuk yang utama, mimpi untuk dapat merai ridha Allah dan berjumpa Rasul-Nya di surga kelak.

Kita menyadari bahwa begitu banyak kekurangan dan keterbatasan diri. Tapi, bukan berarti kita harus menyerah bukan? 

Gunakan potensi yang dimiliki seoptimal mungkin dan terus bergerak. Jangan biarkan diri ini seperti air yang menggenang, lama-lama akan timbul bibit penyakit disana. Jadikan mimpi-mimpi bahan bakar untuk bergerak dengan landasan iman dan islam. 

Bismillah, konsisten untuk meraih mimpi.


Insyaf

Standard
Aku tak pernah hampir semenyerah ini dalam berjuang. Tapi, aku tak mau bertindak bodoh dengan menyerah atas penyesalan di kemudian hari. Aku pikir, aku harus tetap berjuang dengan melibatkan Allah dalam ikhtiar-ikhtiarku.

Aku menginsyafi, bahwa selama ini aku terlalu congkak atas banyak keberhasilanku mencapai sesuatu, menang lomba, dan juga memimpin organisasi. Terkadang aku menisbatkan keberhasilanku pada diriku sendiri. Padahal, aku hanya perantara, Allah-lah dzat yang kuasa membuatku dapat mencapai ini dan itu.

Aku menginsyafi, aku kurang bersabar dan kerap gegabah. Tidak cukup kuat untuk bertahan dalam penderitaan dan ujian perjuangan. Harusnya tak demikian, toh semua manusia akan diuji dalam sabar. Karena ujian adalah konsekuensi iman, maka kesabaran demi kesabaran harus dipupuk, kesabaran kita harus seluas samudera.

Aku menginsyafi, aku terlalu banyak berkeluh kesah akhir-akhir ini. Seakan hidupku yang paling susah sedunia, seakan ujianku yang paling berat. Padahal, masih banyak manusia yang diuji dengan beban-beban yang lebih berat. Padahal, masih ada manusia yang lebih susah hidupnya.

Tulisan ini adalah pengingat untuk diri sendiri agar lebih kuat dan tabah dalam menjalani hidup. Rencanakan dan isi hari-hari dengan kebaikan. Bangun pola pikir positif dan yakinlah semua akan membaik dan baik-baik saja. 

Tuesday, October 23, 2018

Mulut mu harimau mu

Standard

“You will understand it's right after you experience it.”

Berkatalah baik atau diam, diam itu emas; dua nasihat bijak yang sering kita dengar dan baca. Maknanya, jika kita tidak bisa berkata baik, cukuplah diam, karena diam akan lebih bernilai dari kata-kata kurang baik.

Dalam Islam atau dalam standar moral masyarakat; perkara banyak mengeluh, nyinyir, suka menggosip, berkata semaunya sendiri, banyak omong, menggunjing, dan sejenisnya merupakan perbuatan yang bernilai negatif. Kata-kata yang muncul dengan kandungan keburukan adalah buruk.
Di suatu titik, mungkin kita akan menemukan saat-saat dimana kita yang biasanya bisa bijak dalam berkata-kata, kemudian terjebak pada keluh kesah, julid/nyinyir, gosip dan lain-lain. Karena apa? Bisa jadi karena jarak antara idealitas dan realitas yang terlalu menganga, tumpukan masalah, atau provokasi orang-orang di sekitar.

Demikian pun yang terjadi, melahirkan kata-kata buruk tetap tidak dibenarkan. Kita tidak semestinya terpancing pada kondisi dan lingkungan. Tetaplah berkata bijak dan baik atu diamlah.

Mulut mu harimau mu! Ya, perkataan kita dapat memangsa kita secara tiba-tiba layaknya harimau. Going to be worth to learn what the negative impact exploded by negative words.

Pertama, kata-kata negatif berpengaruh pada diri yang negatif. Tanpa sadar atau dengan sadar, afirmasi lewat kata-kata akan berpengaruh pada pikiran, perasaan, jiwa, dan diri secara umum. Perkataan yang baik akan menimbulkan ketenangan, motivasi, dorongan kebaikan, dan semangat positif. Sebaliknya, kata-kata negatif melalui ungkapan keluh kesah, julid/nyinyir, gosip dan lain-lain akan menuntun pada sesuatu yang lebih buruk, bahkan jiwa yang kerdil dan hitam.

Kedua, dapat menjadi amunisi bagi lawan atau orang yang tidak suka padamu. Kita tak pernah tahu dalam dunia rimba ini, mana yang sebenarnya kawan, mana yang lawan. Terkadang seseorang yang kita anggap lawan, ternyata malah memposisikan diri sebagai kawan. Sebaliknya, mereka yang kita anggap sebagai kawan baik, sahabat, orang terdekat bukan tidak mungkin ternyata punya rencana buruk pada kita. Itulah dunia yang kejam dengan berbagai kejutan-kejutan.

Ketiga, dapat berimplikasi pada banyak hal dalam kehidupanmu. Baik itu karir, keluarga, bisnis, maupun segala pola interaksi sosial yang terjalin. Bisa jadi sebagian orang akan melihatmu memiliki integritas yang buruk, etika yang kurang baik, atau bahkan jahat. Semua itu bisa saja terjadi dalam dunia yang penuh drama memangsa dan dimangsa.

Berbahagialah jika di suatu titik, entah lewat tulisan ini atau orang lain, kita diingatkan lebih dini untuk memperbaiki. Kembali lagi pada kebaikan kata-kata atau mulai memperbaiki. Ya, kita adalah manusia biasa, tempat salah dan sering berdosa. Tapi, beranilah untuk jujur pada diri, akui kesalahan, dan perbaiki. Jangan jadi munafik dan pengecut. Allah menerima taubat dan mencintai orang yang bersuci.

Sunday, September 23, 2018

Memikirkan yang Aku Miliki vs Tidak Aku Miliki

Standard
Kadang aku tak percaya, hari ini aku telah memiliki dan meraih apa yang tidak aku punya di masa lalu. Bahkan sesuatu yang mustahil terjadi, kini telah menjadi kenyataan, telah menjadi milikku atau lebih tepatnya Allah titipkan padaku.

Memikirkan hal itu membuat aku merasa sangat beruntung dan berterimakasih pada Allah, Ia sungguh sangat baik. 

Sebaliknya, memikirkan apa yang tidak aku punya hanya menuntun pada rasa kurang syukur dan iri melihat kebahagiaan orang lain,

Apa-apa yang aku miliki dan aku raih sejatinya bukan karena kehebatanku, tapi karena Allah yang Maha Penyayang. Aku hanyalah buih di lautan, butir pasir di gurun sahara, sebongkah daging bernyawa di tengah lautan manusia.

Aku bersyukur, terimakasih Tuhan!

Saturday, September 15, 2018

Pentingnya Memahami Karakter

Standard
Memahami karakter, baik karakter diri sendiri maupun orang-orang di sekitar menjadi sama pentingnya. Agar interaksi yang berlangsung dapat terus terjalin dengan baik, sekalipun di suatu ketika terjadi perselisihan; diharapkan dapat segera diredam dan teratasi.

Memulai dengan memahami karakter diri sendiri. Mengenal diri sendiri adalah langkah awal untuk dapat melakukan hal besar dan menaklukan dunia. Sebab, kita akan mengantisipasi tantangan apa yang dapat muncul dalam perjuangan dan perjalanan kehidupan. Lalu, menyikapi dan memposisikan diri secara proporsional. Meredam segala gejolak diri dengan langkah preventif dan kuratif.

Setelah itu, mengenali orang di sekitar menjadi hal yang juga sangat penting. Sebab kita menjadi punya data untuk memposisikan diri jika sedang berinteraksi dengan orang lain. Misal, jika sedang berbicara dengan orang yang labil dan tak bisa dipegang perkataannya, mestinya kita lebih hati-hati, mengedepankan bukti atau catatan tertulis. Agar jika suatu saat terjadi perselisihan kita punya bukti.

Pada dasarnya dalam sebuah lingkungan sosial, perbedaan karakter adalah sunatullah. Menjadi tidak bijak untuk mengutuki perbedaan karakter dan kelemahan orang. Pahami dan antisipasi, merupakan kunci agar hubungan interaksi berjalan baik. Beruntung jika kita dikelilingi orang-orang baik. Jika tidak, maka bersabarlah dan carilah lingkungan yang baik.

Saturday, August 25, 2018

Tentang Perasaan

Standard
Tiada hal yang lebih rumit ketimbang perasaan. Bagaimana bisa?

Perasaan sama sekali tak logis, sering tak masuk akal sehat.

Ada, yang karena perasaan rela menyerahkan segala-gala.

Ada, yang karena perasaan menjadi tega setega-teganya.

Ada, yang karena perasaan hancur sehancur-hancurnya.

Perasaan tak bisa dipaksakan, sukar dikendalikan.

Cinta, benci, sedih, bahagia; semua adalah misteri

Mereka yang terlukai misalnya. Bisa saja karena tak disengaja. Lalu, memaafkan. Meski begitu belum tentu hati yang telah tersakiti menjadi pulih. Ia seperti kepingan kaca pecah yang disusun kembali, menyatu tapi berbekas.

Itulah perasaan. 


Watak Batu dan Keinsafan

Standard
Tentang dua batu

Sama-sama keras, sama-sama tersusun atas elemen tanah, ukurannya pun juga sama.

Jika saling berbenturan, terus-menerus, kira-kira apa yang akan terjadi?

Hancur! Sangat mungkin.

Begitupun pada manusia-manusia berwatak batu. Jika terus dan terus berbenturan, di suatu titik bisa jadi akan hancur.

Hancur hubungan persaudaraan, pertemanan, persahabatan, kekeluargaan, apapun.

Tapi, tak ada yang perlu disalahkan atas manusia berwatak batu. Mereka tak perlu juga mengutuki diri, merasa paling berdosa. Juga tak layak menghakimi Tuhan tak adil atas watak yang dikaruniakan.

Sebagaimana air, api, dan udara, watak batu adalah jenis yang khas. Mewakili elemen yang nampak pada perwatakan sebagian manusia.

Lalu bagaimana?

Tak mudah menghilangkan, atau sekadar mengurangi watak batu.  Hanya saja, watak batu selalu perlu diiringi dengan keinsafan. 

Insaf atas watak batu yang ada pada diriya. Insaf bahwa apa yang ia lakukan tak selalu benar. Insaf bahwa hubungan baik antar manusia jauh lebih penting ketimbang memper-Tuhan wataknya.

Selama watak batu dibersamai dengan keinsafan, semoga semua akan baik-baik saja.

Meski, seperti yang telah dibahas pada tulisan sebelumnya, setiap dari kita butuh waktu untuk berdamai dengan diri sendiri. Yang boleh jadi memakan waktu tak sebentar.

Teruslah menginsafi realitas, yakinlah menjadi batu tak selalu berarti kutukan.


Monday, August 20, 2018

Berdamai dengan Diri

Standard
Di suatu ketika, pernahkah Anda merasa realitas dan idealitas begitu kontras? Anda berpikir sesuatu setinggi langit, namun kenyataan berkata lain, faktanya sesuatu hanya setinggi gundukan bukit yang masih di bumi, belum melangit.

Setiap orang punya ekspektasi, harapan, dan bayangan-bayangan. Harapan secara idealis bahwa mestinya kehidupan yang dijalani seperti ini, sekolah yang ditempuh seperti itu, serta karir, rumah tangga, dan bahkan dalam semua aspek kehidupan.

Tapi, faktanya tidak semua berjalan seiring kehendak. Bahkan mungkin lebih sering realitas bertolakbelakang dari idealitas di alam pikiran. Lalu, bagaimana?

Tentu, sebenarnya kita mengerti, Tuhan tahu yang terbaik untuk kita. Dia memberi yang kita butuhkan, bukan yang kita mau. Walau demikian, mengerti akan hal itu bukan berarti seseorang bisa begitu saja menerima realitas yang hadir diluar nalar dan kendali. Penolakan demi penolakan, heran, bertanya-tanya, dan bahkan seolah tak menerima kenyataan yang telah ditetapkan Tuhan.

Ya, itulah bagian episode hidup yang barangkali semua orang pernah mengalami, realitas yang kontras. Semua orang tentu pernah merasakan harapannya tak sesuai dengan fakta lapangan. Sehebat apapun, seteliti apapun, secerdas apapun; ada faktor X yang sama sekali tak bisa dikendalikan.

Dalam menghadapi realitas yang demikian, kemampuan untuk berdamai dengan diri sendiri adalah kunci. Bagaimana kita berusaha menenangkan diri, menerima kenyataan, lalu segera bergegas untuk langkah selanjutnya. Tidak mudah dan tentu butuh waktu memang; ada yang butuh dalam hitungan hari, ada yang butuh dalam satuan bulan, bahkan ada yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk sekadar berdamai dengan diri. Menerima realitas, menghadapi dengan gagah dan berlapang dada. 

Inilah hidup, selalu dipenuhi realitas yang kontras terhadap idealitas. Kita tak bisa lari, sering tak bisa mengontrol, namun kita dapat berdamai dengan diri. Ini kenyataan yang harus dihadapi, melangkahlah terus menuju visi.


Friday, August 17, 2018

Buku Kedua #MHLY

Standard


Alhamdulillah, buku kedua karya ku telah terbit dan mulai open pre-order awal Agustus 2018. Bertema-kan mengenai rizeki yang datang dari arah tak diduga, yaitu dapat menunaikan ibadah haji di usia yang belum genap 23.

Buku ini sebenarnya mulai ditulis sejak akhir tahun lalu, karena berbagai hal sempat terbengkalai. Tapi syukurlah dapat terselesaikan dengan baik. Bahkan salah seorang teman bilang away better dalam hal teknik penulisan ketimbang buku pertama.

Ada sih beberapa kendala, terutama dalam mencari penerbitan yang bagus dan cepat. Hingga akhirnya mesti layouting ulang juga karena layout dari peerbitan sangat standar. Dalam penerbitan buku ini aku belajar bahwa judul buku bisa jadi jauh lebih penting ketimbang isinya dalam segi marketing. Cukup jadi evaluasi sih  judul buku yang aku gunakan belum terlalu cetar mampu menarik antusias publik. Jadi, saran buat temen-temen dan aku pribadi kedepannya, pilihlah judul buku yang menarik perhatian, bikin penasaran, bahkan kontroversial juga tak jadi masalah.

Sebelum aku kasih bocoran lebih lanjut, buat yang ingin beli buku bisa kontak aku ya via IG @m.alizaenal. Nah, selanjutnya biar lebih penasaran, ini nih sekilas tentang MHLY.

“Aku terpana, melihat batu hitam yang mulia itu. Bangunan agung yang sebelumnya hanya bisa ku lihat di sajadah, foto, atau hiasan dinding. Sekarang nyata ada di hadapanku. Bangunan agung yang familiar bagiku tapi masih terasa setengah tak percaya ada di hadapannya.”-MHLY

Matematika Allah ta’ala berbeda dengan makhluknya. Mimpi yang tak logis dapat menjadi nyata atas kehendaknya. Sebagaimana mimpi seoang pemuda yang usianya belum genap 23 tahun itu. Mimpinya untuk dapat menatap batu hitam yang mulia, mengunjungi rumah Allah, menunaikan ibadah haji dan umrah akhirnya terwujud secara dramatis.

Menunaikan ibadah haji dan umrah secara gratis di usia yang belum genap 23 tahun, tentu menjadi dambaan setiap muslim. Buku ini adalah sebuah memoar motivasi yang bertema Islami. Diangkat dari kisah hidup penulis dengan maksud mensyiarkan salah satu rukun Islam, yaitu haji; dan berharap semoga dapat menjadi amal shalih yang menghantar ke jannah-Nya.

Min Haitsu La Yahtasib, yang tak disangka datangnya #MHLY 

Friday, April 6, 2018

Gemuk atau Kurus? Yuk cari tahu status gizimu

Standard

Merasa gemuk? Kekurangan berat badan? Atau justru merasa sudah ideal? Mungkin dugaanmu benar, tapi bisa juga tidak tepat. Selama ini banyak dari kita yang menduga-duga tentang status gizi kita. Dengan kata lain status gizi hanya dikira-kira sesuai physical appearance semata. Namun, betulkah cara demikian selalu valid?

Betul, secara umum ukuran gemuk atau kurus seseorang dapat dilihat secara  umum lewat tampilan fisik. Namun, hal tersebut sangat subjektif dan dalam banyak kasus menjadi keliru dalam memperkirakan. Terutama terhadap orang yang berada di antara batas ambang kurus dan ideal atau gemuk dan ideal. Bahkan lebih jauh antara kurang gizi dan gizi buruk atau overweight dan obesitas. Lantas bagaimana cara yang lebih valid dan tentunya mudah diaplikasikan oleh masyarakat umum?

Secara umum penentuan status gizi seseorang (dewasa/ di atas 17 tahun) dapat dilihat melalui Indeks Masa Tubuh (IMT). IMT atau sering dikenal dengan BMI (Body Mass Index) dihitung secara sederhana dari data tinggi badan  (TB) dan berat badan (BB). Rumusnya juga sederhana, yaitu BB (dalam Kilogam) / TB2  (dalam Meter).

Setelah mendapatkan angkat hasil perhitungan BB/TB2, kamu bisa melihat tabel penggolongan status gizi. Yang perlu kamu tahu, ada beberapa referensi tabel IMT baik dari dalam atau luar negeri. Misalnya, tabel penggolongan IMT yang diterbitkan oleh WHO (World Health Organization) atau Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berikut ini.

Eropa

Indonesia

Status gizi
IMT
Status gizi
IMT
Kurus
< 18,5
Kurus
< 17,0
Normal
18,5-24,9
Normal
17,0-18,4
Kegemukan
>  25
Kegemukan
18,5-25,0
Pre Obes
25,0-29,9
Pre Obes
25,1-27,0
Obes 1
30,0-34,9
Obes 1
>  27,0
Obes 2
35,0-39,9
Obes 2

Obes 3
> 40


Sumber: WHO

Status gizi
IMT
Kurus/kurang
< 18,5
Normal
18,5-24,9
Overweight
25,0-27,0
Obesitas
>  27
Sumber: Kementerian Kesehatan RI

Terus, sebaiknya pilih yang mana? Jangan bingung, mana saja boleh dipilih. Mungkin sebagian ahli akan merekomendasikan penggunaan sumber WHO dan sebagian lagi sumber dari Kementerian Kesehatan RI. Namun pada intinya keduanya relevan untuk digunakan. Sebagai saran, saya merekomendasikan  tabel IMT dari WHO karena memiliki range penggolongan status gizi yang lebih banyak, namun demikian tabel dari Kementerian Kesehatan RI lebih ringkas sehingga relatif tidak menmbulkan kebingungan.

Sebagai catatan bahwa tabel IMT akan berbeda sesuai regio negara karena berkaitan dengan ras (e.g. kaukasia, afrika, asia dan seterusnya). Selain itu, metode lain yang relevan digunakan oleh manusia dewasa adalah menggunakan lingkar lengan atas (LILA) atau secara otomatis menggunakan alat yang bahkan dapat menentukan komposisi masa tubuh. Karena bisa jadi seseorang memiliki berat badan berlebih namun komposisi tubuh didominasi otot, bukan lemak. Tentu kondisi dan diet yang direkomendasikan menjadi berbeda. 

Demikian pembahasan singkat mengenai penentuan status gizi berdasar IMT. Semoga bermanfaat dan selamat mengaplikasikan. #YukDiet #AliZaenal

Tuesday, March 13, 2018

Goodwill

Standard

What is goodwill?
It is a right wish in the heart as a fundament of the act. Means that the activity is only for Allah ta’ala, no one others as a purpose but Allah. It’s so important related the value that follows from. A good value of act depends on what the purpose is it.

Why become important to keep it?
Goodwill is fragile. Together with the time, the purpose of the act can be changed. A good purpose may become bad and also the bad purpose can become a valuable purpose.  And the point is how to maintain a goodwill in the entire life? Because the value of life is coming from the purpose.

Goodwill, patient, and thankful; how each other related?
Goodwill may become sources of fruitfull something. So, the people need to be thanks to Allah. But, in this life, we can also find some problems to face, struggle, and bitter life although the people have a good purpose. So, needs to be patient in this condition. All of that condition may lead the purpose to change and broke. Not easy to save it always good. But, I suggest to everyone including my self to fill the heart with “hikmah”. Means we can learn and remember to Allah by every challenging condition. Trust me, It will help you a bit or much. 

May Allah build up our strong and keep our goodwill.

Friday, March 9, 2018

Curhat tentang RA

Standard
I'm so thanksfull to Allah ta'ala caused today is complately one month I'm here. Alhamdulillah

Belum genap 3 bulan aku diberi kesempatan oleh Allah untuk belajar menjadi entrepreneur melalui Kedai Ngapak ing Ngayogyakarta, satu lagi kesempatan emas datang. Menjadi research assistant (RA) di Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran UI-SEAMEO RECFON Salemba Jakarta Pusat.

Kali ini aku bakal cerita seputar aktivitasku 1 bulan ini di Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran UI-SEAMEO RECFON. Aktivitas yang membuat aku banyak belajar dan mendapat pengalaman sangat berharga. #tsah

Sejujurnya saat petama mulai kerja ada rasa takut yang menghantui (terlepas dari kantor ini yang emang angker sih katanya haha). Why? Jadi, aku bekerja sebagai RA di departemen yang tidak membuka jenjang studi strata satu atau kurang. Disini jenjang studi meliputi magister di bidang gizi klinis dan komunitas, spesialisasi dokter gizi klinik, dan program doktoral ilmu gizi. Sementara aku baru lulus jenjang sarjana dan belum ambil magister. Aku tau secara keilmuan formal aku belum mendapatkan wawasan penelitian sebagaimana RA lainya disini, yang aku juga baru sadar setelah sekitar dua minggu bahwa RA yang lain sudah lulus S-2 semua. Tapi, aku berusaha sok tenang dan banyakin baca. Bismillah aja dah!

Apa aja sih job seorang RA?

Prinsipnya membersamai peneliti utama dalam penelitianya. Secara agak rinci demikian:
-Merencanakan penelitian/bikin proposal riset
-Doing research (re: ambil data)
- Analisis dan membuat laporan riset
-Merancang manuscript jurnal (disini berfokus jurnal internasional terindeks)

Asiknya dengan diberi arahan, masukan, dan saran aku merasa banyak belajar. Terlebih sebelumnya aku belum pernah bikin manuscript jurnal internasional. Dan disini aku juga jadi sadar sih, pengalaman begitu berharga dan fokus itu penting. Dulu aku butuh waktu berbulan-bulan buat merancang proposal, ambil data, dan merampungkan skripsi. Tapi disini, karena semua by deadline pengerjaan proposal penelitian diminta sekitar 3 hari aja. Awalnya aku merasa ragu, "bisa ga ya?". Alhamdulillah ternyata bisa atas izin Allah. Sempet deg-degan juga sih waktu diminta nulis manuscript jurnal internasional (re: in english and rigid rules). Tapi lega pas denger komentar peneliti "Makasih ya Ali, bagus". Oh my...rasanya lega. Oh ya, fyi sempat aku hanya kirim hasil kerjaanku ini ke peneliti ke 2 aja, bukan peneliti utama. Udah berkali-kali diminta kirim email, eh gak aku kirim-kirim juga. Karena apa? takut  hehe, yang ini jangan ditiru yah. Meskpun akhirnya aku kirim juga sih.

Intinya aku seneng disini karena bikin aku dekat dengan ilmu, orang-orang yang cinta ilmu, dan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Jika Allah berkenan kedepan aku ingin  juga jadi dosen disini.

Kurang senengnya disini, hehe. Aku jauh dari temen-temen yang bisa diajak curhat. Jadi, sering balik kos jam 4 sampe berangkat kantor jam 8 pagi mayoritas di kos aja. huhu #sedih. Tapi, asli deh banyak senengnya disini. Alhamdulillah

Oh ya, semepet tadi disinggung tentang SEAMEO RECFON. JadI, itu singkatan dari Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Centre for Food and Nutrition. Merupakan pusat riset dan pengembangan keilmuan gizi dan pangan di Asia Tenggara.

Mungkin sementara itu saja ya curhatnya. Do'akan semoga kedepan blog ini bisa lebih aktif untuk curhat/berbagi baik gagasan/maupun hal bermanfaat lainya. Salam sukses!