Wednesday, September 2, 2015

Jelajah Bumi, Mimpi yang Segera Terwujud

Standard
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran” (Q.S. Al-Hijr: 19)

Bumi Allah begitu luas. Terhimpun dari benua, pulau, dan perairan. Terbagi menjadi sekitar 200 negara modern. Tempat tinggal bagi sekitar 7,2 miliar manusia ciptaan-Nya. Menyimpan kekayaan alam luar biasa. Serta saksi bisu bergulirnya sejarah manusia dari waktu ke waktu.

Begitu tua usia bumi, konon mencapai 4.54 miliar tahun. Namun di usia senjanya seolah tak ada lelah, ia tetap mempesona memancarkan cantiknya. Sebagaimana benda antik, makin tua bumi kita menjadi makin bernilai, menyimpan rahasia kehidupan.

Maka tak heran telah tertulis dalam catatan sejarah kisah-kisah penjelajah dunia. Mereka rela berpisah dengan sanak saudara untuk menelusuri bumi Allah. Bertahun-tahun mereka habiskan untuk menjelajahi segenap penjuru bumi. Mengorbankan harta, waktu, dan bahkan nyawa. Tapi itu lah harga mahal yang harus dibayar untuk bisa melihat keagungan Allah melalui ciptaan-Nya.

Kisah penjelajahan dunia memiliki makna yang berbeda bagi setiap orang. Ada yang sedari awal berorientasi mencari materi, baik berupa tanah subur, rempah, berdagang, dan sejenisnya. Ada yang tergila-gila pada pesona bumi sehingga rela banyak berkorban untuk menjelajahinya. Atau dewasa ini, berkeliling dunia menjadi sarana hiburan yang mujarab melepas penat.

Di era trasportasi dan media yang begitu canggih saat ini perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lain begitu mudah. Dalam hitungan jam atau bahkan menit seseorang sudah bisa berpindah dari benua satu ke benua lain. Tak heran berkeliling dunia menjadi sangat menarik untuk refreshing.

Bagi seorang Ridwan Kamil, sang Wali Kota kelas dunia. Berkeliling dunia adalah cara untuk mendapatkan referensi. Untuk kemudian referensi itu diterapkan di negeri kita dengan atau tanpa improvisasi. Maka bagi kita yang ingin melakukan banyak perubahan dan menjadi solution maker berkeliling dunia adalah wajib.

Berkisah tentang penjelajahan dunia bagi orang yang sama sekali belum pernah ke luar negeri macam saya terasa begitu sulit. Tapi terus terang, ini semacam pacuan untuk terus berjuang mewujudkan mimpi keliling dunia.

Saya ingin dan harus segera menjelajahi dunia. Apa pentingnya?. Bagi saya pergi ke luar negeri dan menjelajahi dunia bukanlah pilihan yang sifatnya opsional, tapi keharusan yang mutlak. Mengapa?. Saya sepakat dengan yang disampaikan pak Ridwan Kamil bahwa berkeliling dunia akan membuka cakrawala berpikir. Berkeliling dunia akan membuka kesempitan cara pandang kita dan membuat kita punya banyak referensi tentang perubahan yang kita dambakan bagi Indonesia tercinta.

Sekalipun sampai detik ini belum pernah ke luar negeri. Itu bukan tanpa usaha, sebelum ini saya sudah 3 kali berusaha ke luar negeri melalui beberapa program. Baik ke Jepang, Filipina, maupun China. Namun Allah punya rencana lain. Inshaa Allah di waktu yang akan datang Allah wujudkan itu. Saya percaya Allah selalu punya rencana luar biasa yang sulit diterka. Allah maha memberi yang terbaik. Tugas kita terus berusaha dengan segala daya, berdo’a dan menyerahkan seutuhnya hasil pada Dzat Yang Maha Berkehendak, Allah. (note: nyari yang 100% gratis susah, yuk mulai nabung buat ke luar negeri).

Sebagai penguat mimpi dan motivasi bergerak ke luar negeri yuk kita tengok kisah muslim inspiratif yang dikenang oleh sejarah dunia. Beliau lah Ibnu Batutah atau Abu Abdullah Muhammad bin Battutah. Sungguh luar biasa Ibnu Batutah ini yang mengelilingi dunia dan melintasi 44 negara modern. Hampir 120.000 kilometer telah ditempuhnya dalam rentang 1325-1354 M. 

Perjalanan menjelajah dunia Ibnu Batutah tertuang dalam buku “Rihlah” atau "Tuhfat al-Nuzzar fi Ghara’ib al-Amsar wa-’Aja’ib al-Asfar". Rihlah merupakan catatan perjalanan dunia terlengkap yang berasal dari abad ke-14. Sebagaimana dilansir dari Republika Online bahwa ''Kehebatan Ibnu Battuta hanya dapat dibandingkan dengan pelancong terkemuka Eropa, Marcopolo (1254 M -1324 M),'' ujar Sejarawan Brockelmann mengagumi ketangguhan sang pengembara Muslim itu. Selama hampir 30 tahun, dia telah mengunjungi tiga benua mulai dari Afrika Utara, Afrika Barat, Eropa Selatan, Eropa Timur, Timur Tengah, India, Asia engah, Asia Tenggara, dan Cina. Bahkan Sejarawan Barat, George Sarton, mencatat jarak perjalanan yang ditempuh Ibnu Battuta melebihi capaian Marco Polo (tiga kali lipat lebih jauh). Tak heran, bila Sarton geleng-geleng kepala dan mengagumi ketangguhan seorang Ibnu Battuta yang mampu mengarungi lauatan dan menjelajahi daratan sepanjang 73 ribu mil itu. Sebuah pencapaian yang tak ada duanya di masa itu.

Ibnu Battuta juga sempat menjelajahi bumi Nusantara. Beliau berlayar sepanjang Pantai Arakan dan kemudian Ibnu Battuta tiba di Aceh, Indonesia. tepatnya di Samudera Pasai. Di sana Ibnu Battuta tinggal selama 15 hari dan berjumpa dengan Sultan Mahmud Malik Zahir. 

Dalam catatan perjalananya, Ibnu Batutah sampai di pesisir Pasai setelah menempuh perjalanan laut selama 25 hari dari India. “Pulau itu hijau dan subur,” tulis Battuta sebagaimana dikutip Dream dari buku The Indonesia Reader, History, Culture, Politics, Selasa 18 November 2014.

Dia menulis tanaman yang banyak tumbuh di Pasai adalah pohon kelapa, pinang, cengkeh, gaharu India, pohon nangka, mangga, jambu, jeruk manis, dan tebu. Batutah juga menulis tumbuhan aromatik yang terkenal di penjuru dunia hanya tumbuh di daerah ini –dulu memang terdapat komoditas tumbuhan aromatik yang dihasilkan di daerah Barus.

Luar biasa bukan?. Demikianlah kutipan kisah penjelajah muslim yang melegenda, Ibnu Batutah. Tentu sangat luar biasa bisa mengelilingi dunia dengan keterbatasan sarana transportasi saat itu. Sungguh beruntung kita saat ini yang dimudahkan dengan berbagai sarana transportasi. Jadi sangat disayangkan jika tak ada mimpi sama sekali untuk ke luar negeri. Mari bermimpi, dan terus mengakumulasikan usaha hingga kelak kita akan tuliskan kisah penjelajahan dunia sebagaimana Ibnu Batutah, Inshaa Allah.

*Sumber:
http://www.republika.co.id/berita/shortlink/34670
https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Batutah