Tuesday, May 23, 2017

Memoar Aksi Masa 2 Mei 2016

Standard
Ini adalah sebuah memoar yang akan selalu terkenang dalam hidup saya. Bukan karena saya menjadi orang yang turut berbicara di depan, melakukan lobby, menggerakan masa. Hal yang jauh lebih penting adalah ketika saya menjadi bagian dari gerlombang perlawanan terhadap kedzaliman. Ini adalah kerja-kerja sinergi, ketika ego disingkirkan dan semua memilih lebur jadi satu. Sebuah memoar emas 9000 mahasiswa UGM berkumpul di Gedung Pusat UGM melawan kebijakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan beberapa kebijakan lain yang lalim. Semoga kita konsisten di garis depan perjuangan, walau fase dan metode yang berbeda.




Sunday, May 21, 2017

Desa sebagai Lokomotif Perbaikan Indonesia

Standard
Diperkirakan, jutaan penduduk desa akan berpindah dan memenuhi sudut-sudut kota di masa yang akan datang. Fenomena itu terjadi bukan tanpa sebab, pasalnya kantong-kantong perekonomian negara berpusat di kota-kota, juga tentang kemewahan hidup yang ditawarkan; kota menyimpan sejuta pesona. Serta tentu ada faktor-faktor lain yang membuat para penghuni desa berduyun-duyun ke kota.

Ini adalah tulisan singkat yang barangkali bisa menjadi potret kecil desa-desa di Indonesia. Ditulis berdasarkan pengalaman nyata berinteraksi, hidup bersama, dan bersinergi dengan masyarakat desa. Melalui sebuah program KKN-PPM UGM unit JTG-05 di Desa Gledeg, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Hampir satu bulan penuh penulis menjalani program tersebut dari 1 Maret sampai dengan 30 April 2017.

Lokomotif perbaikan Indonesia ada di desa, tak hanya di kota. Perlu diingat bahwa jumlah desa di Indonesia lebih banyak ketimbang jumlah kota. Hanya fokus pada perbaikan kota tanpa upaya serius menggenapi kekurangan desa-desa merupakan sebuah gagasan timpang yang perlu dikoreksi. Faktanya, bisa kita lihat di desa-desa upaya gotong royong warga seperti terlupa untuk direkam sebagai hal yang patut dihargai. Pemerintah pusat dan juga media masa, mereka lebih suka bergumul dalam masalah mayor kenegaraan ketimbang mengoptimalkan dan tentu juga mengintensifkan pemberdayaan masyarakat desa, nampaknya masih demikian kentara.

Selanjutnya, mari kita renungi dengan seksama bagaimana masyarakat desa berkeringat, namun masih sanggup tersenyum ikhlas mengupayakan perbaikan negara melalui desa. Gotong royong, kita barangkali sering melihat di layar televisi ada orang-orang yang merasa gagah laksana pahlawan, menganggap dirinya berjasa besar pada negeri ini. Ada juga yang merasa paling berkuasa dan paling berhak melakukan apa-apa pada negeri ini melalui kebijakannya yang sering kali tak bijak. Saya punya saran pada mereka-mereka itu, sesekali bolehlah bapak ibu berkunjung ke desa-desa, menginap  dua-tiga malam, serta ikut acara-acara warga. Hingga semoga, Anda masih bisa merasakan, bahwa Indonesia ini milik semua, milik bersama. Anda bisa melihat bagaimana warga desa bergotong-royong, konsisten, dan telaten menggalakan beberbagai agenda desa, yang tentu dalam rangka perbaikan Indonesia. Misalnya melalui PKK, ibu-ibu di Desa Gledeg masih saja mau direpotkan untuk kumpul rutin bulanan diengah kesibukan bekerja dan mengurus keluarga, juga menjalankan berbagai agenda, higga mengeluarkan uang pribadi  untuk menggerakan PKK. Begitu pula para bapak, takmir masjid/mushola, dan karangtaruna mereka rela tak digaji namun menjadi orang yang nampak sibuk dengan kerja-kerja sosialnya.

Potensi spesifik, setiap desa atau wilayah tentu tak bisa disamakan dalam manajemen pengelolaannya. Ada ke-khas-an yang mesti dikapitalisasi menjadi sumber ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.  Contohnya di Desa Gledeg, sebuah desa tani yang sebagian warganya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Jika pemerintah sanggup melihat ini sebagai potensi dan punya daya untuk berinovasi. Tentu masa depan pertanian Indonesia akan lebih cerah, alih-alih sekadar mengimpor beras dan menyaksikan rakyatnya kelaparan. Begitu pula desa lain, punya potensi spesifik masing-masing, ada yang punya kelebihan di bidang pariwista, kerajinan tangan, dan ada juga peternakan. Lalu, jika penyeragaman kebijakan masih jadi solusi dan ke-khas-an tidak dilihat sebagai potensi, bagaiana Indonesia akan maju? Potensi desa menjadi bukti bahwa tak hanya kota yang punya potensi dengan segala industri dan pertokoannya, desa juga punya pertanian;wisata; peternakan; dan lain sebagainya.