Tuesday, January 22, 2013

Billion Directions: Rohani Islam SMAN 2 Purwokerto

Standard
          "Hidup adalah Pilihan, Segeralah Tentukan Pilihanmu atau Pilihan Akan Menentukan Hidupmu" Nicholas Cage (Death Racer Movie)

          Well, kali ini gue bakal share sebuah pengalaman tak terlupakan dengan gaya bahasa yang beda sama tulisan gue biasanya (nyoba variasi-non baku). "Billion Direction", apa sih yang pertama kali terlintas dibenak loe pada pas denger frasa itu?. Banyak banget tentunya, kalo buat gue pribadi nih yang namanya "Billion Direction" adalah arahan hidup tiap orang yang beda-beda, saking bedanya adi berbillion-billion deh. Yah simplenya setiap dari kita bakal ngadepin 1 titik kritis yang mbuat kita harus milih kemana langkah kita selanjutnya. Kalo kata orang, salah satu titik kritis kehidupan itu pas masa-masa remaja. Why?, menurut mereka masa mencari jati diri seorang remaja bakal ngaru banget sama kehidupan mereka pas tua nanti. Dari situ sebenernya gue lebih condong ke masa remaja waktu SMA sih. Ya karena emang disitulah masa-masa remaja bener-bener terasa. Dan bahkan amat terrasa waktu mau ngadepin "Big Event" semacem SNMPTN ato apa aja deh terkait seleksi mau masuk Perguruan Tinggi. Nah ini dia nih "Big Event" yang bakal nentuin kehidupan remaja pas tua nanti. Mau jadi guru, polisi, dokter ato apapun itu, disinilah penentuannya. Kaya yang satu ini, cerita tentang gue dan sahabat-sahabat terbaik gue waktu SMA. Mereka udah banyak banget ngasih impact positive buat gue. Semuanya berawal ketika kita jadi deket dan saling mengenal lewat sebuah LDS alias lembaga dakwah sekolah yang sering kita sebut ROHIS. Dari situ gue banyak banget dapet filosofi hidup yang bikin hidup gue dikelilingi motivasi yang seabrek. Mereka juga udah bikin gue punya semangat buat terus menjadi lebih baik. Kalo diceritain, banyak banget deh pokoknya impact positive dari mereka. Alhamdulillah banget gue pernah dapet sobat se"inspiring" mereka. Kurang lebih 3 taun bareng-bareng akhirnya kita sampe dipenghujung SMA dimana kaya yang udah gue sebutin tadi, akhirnya kamipun berjumpa dengan "Big Event" itu. Tapi oke lah kami optimis, ini hidup ada pertemuan dan ada perpisahan. Saat kami harus berpisah dan ga bareng lagi di satu tempat bukan berarti juga kan persahabatan kita bakal hilang gitu aja. Disinilah kami memilih jalan hidup kami masing-masing. Jalan kami untuk beramal dan mengukir sejuta cita disana. Beda banget sih, makannya cocok banget kalo gue bikin ni judul posting "Billion Direction. Sama kaya pilihan hidup kami yang beda-beda. Setelah melalui perjuangan dan perjalanan yang panjang, akhirnya kami sampe di tempat yang kami pilih sebagai "Main Direction" dalam hidup kami masing-masing. Namun  sekali lagi gue tegasin, walopun kami ga bareng lagi di satu tempat bukan berarti ukhwah kami luntur sampe disini. Insya Allah ukhwah yang udah kami ukir selama 3 taun di SMA bakal terus melekat di hati dan terrealisasikan lewat silaturahim. Maka dari itu, kami udah sepakat tiap 6 Syawal bakal ngadain kumpul bareng sebagai wahana silaturahim. Kayaknya ga lengkap nulis "Billion Direction" ini kalo ga ada bukti kemana aja sih "Direction" yang kami pilih setelah lulus SMA, so, check it out. Semoga bisa bermanfaat buat setiap orang untuk lebih bisa memaknai perpisahan, bahwa ketika kita ga bareng lagi di satu tempat yang sama bukan berarti semuanya selesai. "Ukhwah Never Ending with Silaturahim".
Salam Ukhwah, Mokhamad Ali Zaenal Abidin.

"Billion Direction" disusun urut berdasarkan NPR dan maaf jika belum semua pengurus ROHIS SMAN 2 Purwokerto lulusan 2012 tercantum disini karena beberapa hal.

Sunday, January 20, 2013

Penanganan Gizi Buruk di Wonogiri

Standard


Pendahuluan
Sebagai negara berkembang, Indonesia tentu tidak luput dari masalah gizi. Indonesia memiliki dua masalah gizi, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Kasus kurang gizi di Indonesia meliputi  KEP (Kekurangan Energi Protein), KVA (Kekurangan Vitamin A), GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium), serta AGB (Anemia Gizi Besi). Sementara, kasus gizi lebih di Indonesia terjadi karena adanya ketidakseimbangan dalam pemasukan dan pengeluaran energi pada tubuh di masyarakat. Selain itu,  pertumbuhan ekonomi juga sangat berpengaruh pada  gizi lebih. Masalah gizi di Indonesia diantaranya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya pengetahuan tentang gizi, kurangnya pengetahuan tentang menu seimbang dan kesehatan masyarakat, lingkungan yang tidak memiliki kualitas kesehatan yang baik, kurangnya kesediaan pangan, serta keterbatasan dalam pengolahan pangan (Almatsier, 2001). Selain itu, faktor lain seperti aspek biologis, kebudayaan, serta nilai-nilai tradisional juga menjadi salah satu penyebab adanya malnutrisi terutama pada balita yang disebabkan oleh kesalahan perilaku ibu saat masa kehamilan (Am J Clin Nutr, 2000 cit Jose O Mora dkk., 2012).  Diantara berbagai faktor yang menyebabkan masalah gizi tersebut, ada dua faktor utama yang memicu tingginya kuantitas masalah gizi di suatu wilayah. Faktor utama tersebut adalah faktor demografi dan lingkungan. Faktor demografi atau kependudukan erat kaitannnya dengan jumlah dan distribusi penduduk di suatu wilayah (Wikipedia, 2012). Sedangkan faktor lingkungan berkaitan dengan ketersediaan sumber daya alam  untuk memenuhi kebutuhan penduduk dalam lingkungan tersebut. Faktor lingkungan memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan penduduk yang ada di dalamnya dikarenakan sumber daya alam yang terbatas pula. Sedangkan jumlah penduduk yang terlalu besar di suatu wilayah akibat dari distribusi penduduk yang tidak merata akan memperbesar beban faktor lingkungan dalam memenuhi kebutuhan penduduk tersebut.

Permasalahan
Sebagaimana berita yang termuat di Solo Pos edisi 23 November 2012, Tika Sekar Arum menyampaikan bahwa salah satu kasus gizi berupa malnutrisi ditemukan di daerah Wonogiri beberapa waktu yang lalu. Masalah gizi buruk di Wonogiri meningkat pesat di 2012 dibandingkan 2011. Kasus gizi buruk yang terjadi di Wonogiri pada umumnya terjadi karena kemiskinan yang melanda daerah tersebut. Hal itu berkaitan erat dengan keterbatasan faktor lingkungan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk di wilayah tersebut. Selain kemiskinan, menurut beliau kasus gizi buruk tersbut disebabkan karena kesalahan pola asuh dan juga penyakit kronis yang dikarenakan banyak ibu yang bekerja ke luar daerah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,  sehingga asupan gizi anak tidak diatur dengan baik. Berbagai upaya telah dilakukan seperti penanganan bersama puskesmas dan posyandu daerah Wonogiri, Program Makanana Tambahan (PMT), pemantauan, penanganan berdasarkan BBU atau berat badan menurut umur, serta penanganan kesehatan ke klinik gizi  berdasarkan BBTB atau berat badan dan tinggi badan. Sehingga kasus gizi buruk di Wonogiri telah mengalami penurunan secara signifikan. Namun, masih tetap ada beberapa kasus yang belum dapat ditangani karena adanya penyakit bawaan yang menyertai anak tersebut.

Penyebab Kasus Gizi Buruk di Wonogiri
Kasus gizi buruk di Wonogiri disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor demografi dan lingkungan yang termanifestasikan dalam wujud kemiskinan, penyakit kronis pada balita, dan kesalahan pola asuh orang tua. Pada bagian ini, akan dijelaskan bagaimana ketiga subfaktor tersebut dapat mempengaruhi kasus gizi buruk di Wonogiri.
a.      Kemiskinan
Pada tahun 2007, Tanumihardjo, S.A. dkk. menjelaskan bahwa akibat kemiskinan yang tidak dapat dihindari adalah terjadinya kelaparan dan ketidakkokohan pangan. Menurut US Departmen of Agriculture (National Research Council, 2006) dan Food and Agriculture Organization (FAO, 2007) dalam Tanumihardjo, S.A. dkk. (2007), kelaparan adalah sensasi gelisah atau menyakitkan karena kekurangan makanan yang bersifat involunter (tidak disengaja). Sedang ketidakkokohan pangan merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan diet dan pilihan makanannya untuk hidup aktif dan sehat karena memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi yang terbatas terhadap makanan yang cukup, aman, dan bernutrisi. Kelaparan dan ketidakkokohan pangan tersebut selanjutnya dapat menyebabkan malnutrisi (American Dietetic Association, 2007). Oleh karena itu, kemiskinan yang terjadi akibat ketidak mampuan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan penduduk di wilayah tersebut perlu segera diatasi.