Tuesday, August 6, 2013

Niatkanlah untuk Memberi

Standard

"Jangan pernah berharap menerima yang lebih banyak daripada yang kita berikan"

Hakikat kehidupan yang selalu mengalir akan mengantarkan kita pada pelabuhan yang kokoh.

Salah satu hal yang seringkali mengotori niat dalam beribadah adalah harapan untuk menerima sesuatu. Layaknya benih benalu, jika ia dibiarkan terus tumbuh pada batang hati yang kokoh niscaya ia akan mengantarkanya pada kerapuhan, bahkan berujung pada kematian hati.

Menerima, memang sudah menjadi fitroh manusia, tapi berharap untuk menerima menjadi tidak layak untuk diperbuat oleh mukmin selain pada Rabb-nya.

Berkaca pada diri yang lemah ini, selalu terngiang-ngiang harapan untuk memperoleh kesuksesan dimasa depan. Harapan itu pun, hampir-hampir mengaburkan hakikat diri sebagai seorang hamba untuk memurnikan niat. Gulungan ombak gulana selalu membayang, buhul-buhul syetan laknatulloh pun menjadikan hati resah akan masa depan. Itulah ketetapan Allah SWT bahwa manusia akan selalu diuji dengan kekhawatiran terhadap kemiskinan, kelaparan, dan sebagainya, padahal itu belum tentu akan datang. Hanya saja, bagi mereka yang memurnikan niat, maka akan datang pertolongan Allah SWT.

"Futural Live" nampak selalu ideal dimata kita, harapan yang selangit untuk dapat menerima "amanah" itu terngiang selalu. Namun, sungguh tidak selayaknya bagi seorang mukmin terlalu mencokolkan lamunannya sehingga lupa akan amanah yang dipunyai.

Tulisan ini akan menjadi pengingat bagi diri saya dan semoga pula bagi orang lain, jangan pernah berharap lebih untuk menerima sesuatu, tapi selalulah berusaha maksimal untuk memberi. Sesungguhnya sebaik-baik hal yang kita terima adalah pahala disisi Allah SWT. Semoga kita termasuk orang yang selalu memperbagus diri dengan niatan tulus beribadah kepada Allah SWT, tanpa niatan menerima sesuatu yang lebih banyak. 

Teguhlah Seperti Sebatang Kaktus

Standard


Teguhlah...
Dikala keringkerontang melanda
Terik memercik segumpal bara
Pedulipun tiada jumpa

Teguhlah...
Jika seiring waktu aku tua
Terhantam oleh cadasnya baja
Aku ingin tetap teguh

Kukuh aku berdiri haruslah
Tatapan pasti tanpa ratap merayap
Yakin berprinsip dalam hakiki sahaya

Aku akan tetap teguh.

Kehidupan yang hakiki memang sangat keras, tanpa peduli kita terjaga ataupun lengah. Hantaman demi hantaman silih berganti, terik pun ikut menguji diri.

Kita harus teguh, tak peduli apapun yang menghadang dalam perjuangan hakiki, tak boleh runtuh. Tak perlu berharap pada orang lain atas bantuanya, berhentilah toma' pada sesama. Yakinlah akan potensi diri dan bantuan Illahi Robbi. Kita akan mampu menghadapi berbagai tantangan dan ujian dengan teguh laksana sebatang kaktus.

Sebatang kaktus terus teguh dalam kering kerontang tanah, tidak toma' sehingga dia terus berjuang memperbaiki diri. Karena tanah terlalu miskin air maka tidak kemudian ia berharap terlalu akan disirami air, namun ia malah mengembangkan mekanisme menghematan air melalui penyimpanan air dalam tubuh dan tiada berdaun untuk mengurangi penguapan air. Bahkan dia semakin teguh dengan duri-duri di tubuhnya, membuatnya "gagah" dan teguh. Maka teguhlah, teguhlah, teguhlah!



Belajar Menyalakan Lilin

Standard


"Lebih baik menyalakan lilin, daripada mengutuk kegelapan"


Itulah quote yang sudah sering kita dengar. Seakan menggambarkan betul kepada kita bahwa dunia kita yang sekarang ini benar-benar gelap gulita. Bahkan, cahaya terang yang seharusnya berpijar nampak kewalahan menghadapi kegelapan yang berkepanjangan. Rasa pesimis menjadi makin merajai hati, membuat gundah gulana manakala cahaya itu makin redup karena sumber energinya hampir habis, tanpa sokongan. Tanpa sokongan karena yang lain terlalu pesimis.

Layaknya lampu petromax, ketika minyak tanah yang menjadi sumber cahayanya mulai habis makaa sinarnya pun kian redup.

Dunia ini sedang dicekam kegelapan, ketakutan, dan kesewenang-wenangan. Jika banyak orang geram, ingin memperbaiki, tapi merasa tak bisa, maka "belajarlah menyalakan lilin". Mulailah dari diri sendiri, untuk menjadi lilin kecil yang bersinar memancarkan cahaya. Bertahanlah dalam kegelapan, berharaplah, berjuanglah untuk menjadikan lilin-lilin lain berani menyalakan sumbunya.

Belajarlah bersinar seperti lilin dalam kegelapan. Meskipun cahayanya tak seberapa terang, iya menjadi tumpuan harapan. Belajarlah menjadi lilin dalam kegelapan. Ketika sendiri ia seakan tak berarti, maka berpadulah, bersinar kohesif penuh harapan. "Belajarlah menyalakan Lilin, sinari dunia dengan kebaikan yang hakiki"