Monday, December 12, 2011

Penanaman Nilai-Nilai Luhur Bangsa Indonesia Melalui Intensifikasi Pembinaan Pemimpin Muda di Sekolahan

Standard

Keanekaragaman di dunia ini merupakan pemicu terjadinya tantangan zaman yang akan menghasilkan pemenang pemicu keseragaman. Identitas antar bangsa akan menjadi objek yang diperjuangkan untuk menjadi identitas global pada akhirnya. Tentunya bangsa yang kuatlah yang akan mampu menjadikan identitasnya sebagai identitas bagi seluruh manusia di dunia. Disisi lain, bangsa-bangsa yang telah kehilangan kepercayaan diri terhadap identitasnyalah yang hanya akan menjadi pelengkap kehidupan.

Masa depan suatu bangsa ditentukan oleh para pemudanya. Ketika suatu bangsa memiliki pemuda-pemuda yang kokoh dalam memegang teguh identitasnya, maka bangsa tersebut akan memiliki peluang besar untuk menjadikan identitasnya sebagai identitas global.

Identitas kita sebagai bangsa Indonesia telah terrangkum dalam Pancasila. Lima sila dalam Pancsila merupakan lima nilai luhur bangsa Indonesia yang menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan ini. Sebagai bangsa Indonesia, sudah seharusnya kita berjuang untuk tetap melestarikan Pancasila sebagai identitas bangsa. Semakin gencarnya budaya bangsa lain yang memasuki negara kita, menuntut kita untuk berjuang lebih keras dalam menanamkan nilai-nilai luhur asli Indonesia kepada generasi muda.

Berbagai lingkungan pergaulan nampaknya masih kurang kondusif dalam mencetak generasi muda dengan kualitas moral yang baik dalam memahami nilai-nilai luhur. Secara garis besar ada tiga lingkungan yang paling berperan dalam penanaman nilai-nilai luhur terhadap pribadi anak. Dari mulai lingkungan edukasi pertama yaitu keluarga kemudian sekolah dan masyarakat.

Keluarga sebagai lingkungan paling awal dalam usaha pembelajaran dan penanaman nilai-nilai luhur menjadi sangat penting karena berperan sebagai pembentuk tabiat awal pada anak. Tabiat tersebutlah yang akan berpengaruh besar terhadap karakter anak kedepannya. Ketika di dalam keluarga anak sudah dibiasakan untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai luhur maka di lingkungan luarpun ia akan lebih mudah bergaul dengan tanpa terpengaruh dampak buruk lingkungannya. Bahkan dengan tabiat yang baik dan kokoh maka seseorang akan cenderung membawa teman sepergaulannya menuju kebaikan.

Di lingkungan sekolah seseorang dididik melalui berbagai media. Mata pelajaran seperti Pendidikan Agama dan  Kewarganegaraan merupakan salah satu upaya pihak sekolah dalam memberikan penjelasan mengenai pentingnya nilai-nilai luhur dalam kehidupan. Media penanaman nilai-nilai luhur lainnya adalah melalui organisasi dan kegiatan ekstrakulikuler  di sekolahan. Didalam organisasi dan kegiatan ekstrakulikuler seseorang akan dididik menjadi pribadi yang bekomitmen dan akan meningkatkan kemauan pada dirinya untuk berusaha menjadi tauladan yang baik bagi teman-temannya di sekolahan. Tak hanya itu, bahkan dengan mengikuti organisasi dan kegiatan ekstrakulikuler maka seorang anak akan merasakan indahnya semangat kebersamaan dan persatuan dalam membangun organisasi dan ekstrakulikuler yang mereka perjuangkan. Dengan seperti itu maka seorang anak memiliki wahana dalam mempraktekan teori dan ilmu yang telah mereka peroleh dari kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tata tertib sekolah berperan sebagai pedoman bagi anak dalam hidup di lingkungan sekolah. Melatih berdisiplin dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menaati aturan yang berlaku. Walupun terdapat aturan yang memberikan sanksi bagi para pelanggarnya namun nampaknya  sekolahan menjadi lingkungan yang paling strategis dalam upaya penanaman nilai-nilai luhur kepada anak. Sanksi tidak menjadi beban yang terlampau berat bagi anak karena sanksi tersebut berlaku bagi semua siswa yang melanggar tata tertib. Dengan berbagai medianya, maka sangat pantas jika kita berusaha secara lebih maksimal dalam menanamkan nilai-nilai luhur di sekolahan. Dimana pada usia sekolahlah seseorang memiliki daya fikir yang baik untuk dapat memahami pentingnya penanaman nilai-nilai luhur dalam kehidupan.

Masyarakat adalah lingkungan akhir dalam upaya penanaman sekaligus  penerapan nilai-nillai luhur kepada anak. Di dalam masyarakat anak akan merasakan keanekaragaman yang lebih kompleks dibandingkan lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah. Walaupun anak sudah memiliki karakter khusus sebagai cerminan dari nilai-nilai moral yang dimilikinya, namun di dalam masyarakat ia akan tetap memiliki kesempatan untuk memperbaiki karakternya tersebut. Atau bahkan sebaliknya, ia juga mungkin dapat mengalami penurunan kualitas moral. 

Dalam upaya meningkatkan nilai-nilai luhur pada anak dan orang dewasa dapat dilakukan secara  perorangan maupun melalui kelompok. Cara  penanaman nilai luhur secara perorangan dapat dilakukan melalui proses pendekatan secara pribadi. Dalam proses pendekatan tersebut hendaknya seseorang yang berperan sebagai subyek atau penanam nilai-nilai luhur bisa memberikan contoh yang baik dalam bersikap dihadapan obyek yang akan diberikan pemahaman mengenai nilai-nilai luhur. Dengan begitu diharapkan obyek akan semakin tersugesti untuk menrapkan nilai-nilai luhur yang disampaikan dan sekaligus dicontohkan oleh subyek.

Cara yang kedua adalah melalui kelompok. Dalam suatu kelompok kerja sama sudah seharusnya ada seorang pemimpin kelompok yang akan menentukan tujuan perjuangan kelompok tersebut. Melalui  musyawarah mufakat  dapat diperoleh  keputusan yang mengatur  setiap anggota kelompok dalam bersikap. Demikian pula dengan sanksi yang berlaku merupakan hasil dari kesepakatan bersama sehingga sudah menjadi keharusan bagi setiap pelanggar aturan untuk menanggung  sanksi yang berlaku. Wewenang seorang pemimpin menjadi sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai luhur dalam suatu  kelompok. Seorang pemimpin yang tegas dalam menegakkan tata tertib akan menciptakan pola kebiasaan berperilaku baik sesuai dengan aturan yang berlaku bagi para anggotanya.

Sunday, December 4, 2011

Education Quality Improvement for Indonesian Entrepreneur to Increase Competitiveness in the Free Market

Standard
Entrepreneurship is the ability a person has in carrying out his job as a businessman with a heart full stability. Stability owned liver is a reflection of the merging of a job as an entrepreneur with that person. Someone who has entrepreneurship was not only able to work independently but also able to create jobs for others.

To be a successful entrepreneur is necessary to note two factors that are continuous with each other talents and interests. If a person has both of these factors it is very possible for him to become a successful entrepreneur. However, it is possible for those who only have a strong interest to be able to achieve success. With maximum effort then someone who only has an interest will be able to outperform the competitiveness of people who just have the talent.

Talent is the natural ability that has been given by God from birth. In the process of growth is possible talent is growing rapidly or even the opposite of stagnation. Talent will flourish if it continues to be distributed and put into practice. In the distribution of talent will be a process of learning in which a person will apply his talents to such innovations as a result of evaluation on him. He will try to cover up deficiencies in talent and continue to make improvements to achieve the desired success.

Sometimes people who do not have the talent to become an entrepreneur with interests that exceed even those who have the talent. Although it does not have the talent does not mean that person will definitely defeat the competition. Interest in the entrepreneur world will spurring himself to learn the business world. In the process of learning is the ability to become an entrepreneur will develop. In fact it can grow beyond the ability of people who have the talent.

Talents and interests are the two things that became the key to success as an entrepreneur. In the process of development of both needs learning as a medium. Learning can occur in formal or informal environment.

In this era of globalization Indonesia as a developing country that is trying to increase the prosperity of his nation was confronted with various constraints. One problem is that the imposed free market in Asia Pacific in 2012. With the enactment of the free market is the domestic entrepreneurs who are developing the product will directly compete with businessmen from Asia Pacific countries which mostly have a superior product. Excellences of their products include a cheaper price and product look more attractive physically. Although Indonesia is not inferior product quality, consumers will be more interested to buy foreign products because of these two advantages. Weaknesses owned Indonesian business because they do not have deep knowledge about the world of global business and strategy to face global competition.

To deal with this free market era, Indonesia requires entrepreneurs who truly experts in their fields. As we know that in the process of mental development is strongly influenced by a businessman who had attended the learning process both formal and informal environment. Formal environment of a person will experience the learning process is comprehensive and is programmed. They will be educated to have an insight about the business world are based on state curriculum. With this programmed learning process then someone will be more focus in developing its capabilities in more depth. The learning process is also controlled by the faculty who are experts in their field so it will better ensure the quality of their students.