Friday, December 26, 2014

Tak Ada Paksaan

Standard
“Bagimu agamamu, bagiku agamaku”

Bahkan dalam beragama sama sekali tak ada paksaan, apa lagi dalam kerja-kerja duniawi. Setiap insan beramal sesuai kadar imannya, tak bisa dipaksakan. Amalan menebar kebaikan akan redup ghiroh nya dan berakhir dengan keterpurukan jikalau terlahir dari keterpaksaan.

Dasar amal adalah paham, kepahaman seiring dengan ilmu. Maka sebelum kita ingin benyak beramal dan membuat orang lain banyak beramal kita punya tugas untuk membuat paham dengan ilmu.

“Ilmu bernilai tanpa amal, amal tak bernilai tanpa ilmu”

Itulah hakikat karena manusia bukan robot atau boneka. Setiap degup jantungnya adalah kehidupan. Setiap amalnya adalah ketulusan berasas kepahaman.

Dalam suatu komunitas kurang elok memaksakan sesuatu pada anggota. Sekalipun dengan tujuan baik untuk membuat kerja-kerja lebih progresif. Alangkah lebih indah kerja nyata itu terpancar atas dasar kepahaman dan inisiatif, bahkan atas dasar cinta.

Itulah PR sulit seorang pemimpin, menggerakan. Pemimpin hebat akan mampu menggerakan orang yang dipimpin atas dasar kepahaman, bahkan mampu menanamkan cinta hakiki dalam sanubari yang dipimpin. Tak mudah, semua butuh proses. Bagi kita yang belum mencapai derajat setinggi itu tak perlu meratapi nasib. Apalagi bagi kita yang masih muda, insha Allah kita masih punya cukup waktu untuk mengakselerasi ketertinggalan. Yang mesti kita lakukan saat ini adalah aslih nafsaka wad’u ghoiraka wasta’in billah  (perbaiki dirimu, seru orang lain, berserah kepada Allah). Mari berproses.

Sepenggal Tentang Politik Kampus

Standard
Politik sering dikonotasikan negatif oleh publik, bahkan oleh kalangan terpelajar sekalipun. Politik adalah strategi mencapai tujuan bersama atau kelompok. Kenapa politik sering berkonotasi negatif?. Karena orang-orang berkepentingan yang terjun di politik sering bertindak tidak etis sehingga mencerminkan wajah politik yang negatif. Tak jarang sang politisi pun pragmatis dalam berpolitik, hanya mementingkan ego pribadi saja.

Sejak kecil saya tertarik pada dunia politik, sampai akhirnya berkesempatan untuk menikmati dinamika politik, walaupun sekedar politik kampus. Namun, sekalipun hanya politik kampus saya belajar banyak hal.

Saya menemui banyak orang unik dimana saya bisa belajar dari mereka. Ada yang niatnya baik, implementasinya buruk; ada yang sedari niatnya sudah buruk; ada yang selalu konsisten di luar lingkaran untuk mengingatkan kembali ke jalan lurus; bahkan ada juga yang tak peduli.

Bicara politik, maka bicara tentang kepentingan yang sangat kompleks. Cukup rumit dijelaskan lewat kata-kata. Yang jelas politik itu berat dan berresiko.

Politik butuh orang-orang baik. Semua sepakat politik itu kotor karena yang mengisi orang kotor. Orang baik cenderung tungganglanggang takut. Padahal mereka sangat dibutuhkan.

Selayaknya pemimpin, orang yang berpolitik juga harusnya sudah selesai dengan dirinya sendiri. Karena butuh keteguhan memegang prinsip dan mengendalikan diri.

Lawan politik yang sering menjengkelkan adalah ujian berat. Bahkan hampir menumbangkan profesionalisme dan integritas kita. Tapi lagi-lagi ada orang yang mirip malaikat, selalu mengingatkan pada kebaikan dan menguatkan.

Pada akhirnya, disimpulkan bahwa kami disini bukan untuk berpolitik, tapi ingin menebar manfaat, lagi menyeru pada kebaikan. Bismillah

Wednesday, December 17, 2014

Untukmu Sang Da'i

Standard
Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim, aku dan kamu.
Sebelum kita jadi apapun, kita adalah da'i.
Dan sampai kapanpun kita adalah da'i.

Setiap dari kita tentu punya banyak kekurangan.
Setiap dari kita tentu punya banyak PR pada pribadi kita.
Bahkan tak jarang apa yang muncul pada diri kita menuai ketidak sukaan bagi mad'u.

Tiada yang salah dengan pribadi yang tak sempurna dengan segala kekuranganya selama ia terus berikhtiar memperbaiki diri. Namun, jangan pernah sang da'i abay pada tabiat dirinya. Karena hakikatnya da'i sering diasosiasikan sebagai islam itu sendiri, cermin. 

Orang melihat islam dari sang da'i. 
Ketika sang da'i punya banyak perangai buruk maka mad'u mengasosiasikanya dengan islam yang demikian.Sebaliknya ketika si da'i berperangai baik dan menginspirasi maka ia akan mendekatkan manusia pada islam. Maka, ada da'i yang mendekatkan manusia ke jalan Allah. Pun ada da'i yang menjauhkan manusia dari jalan Allah. 

Kita termasuk yang mana? Wallohua'lam