Tuesday, June 21, 2011

Satu Langkah Menggapai Mimpi

Standard

Sabtu,18 Juni 2011. Dihari itu satu lagi langkah menggapai mimpi dalam hidupku telah berhasil ku lalui.

Disatu sisi,pada hari itu aku tahu hasil belajarku selama 1 semester ini (semester 2 kelas XI) yang Alhamdulillah baik dan disisi lain aku telah sukses mengharumkan nama baik SMA N 2 Purwokerto bersama 2 orang partnerku.

Agustin Nurul Fahmawati dan Shofia Suparti itulah nama mereka yang telah berjuang bersamaku dalam menapaki satu langkah maju menggapai mimpi.

Puji syukur kepada Allah SWT,dzat yang Maha Pengasih sehingga kami berhasil menjadi JUARA 1 OLIMPIADE EKONOMI ISLAM SMA/SMK/MA Se-Karesidenan Banyumas yang diselenggarakan oleh Fossei FE Unsoed.

Sungguh perjuangan yang sangat dramatis. Walupun akhirnya dengan hanya persiapan sekitar 3 hari saja dan tanpa bimbingan dari guru kami berhasil menjadi pemenenag mengalahkan mereka yang telah bersiap lebih lama dari kami dan juga didampingi oleh guru pembimbing.

Dari hal ini satu lagi inti pelajaran yang bisa saya ambil untuk kesekian kalinya. Bahwa "MAN JADDA WA JADDA". Siapa yang bersungguh sungguh pasti akan mendapatkan hasil yang memuaskan/setimpal atas seizin ALLAH SWT.

Besar harapanku semoga selanjutnya aku bisa terus berprestasi dan lebih banyak lagi berkarya sehingga bisa banyak bermanfaat bagi masyarakat dan membahagiakan kedua orangtua.amin....AYO SEMANGAT!!!

Wednesday, June 15, 2011

Aku dan ROHIS Smadha

Standard
Saat pertama kali aku tahu tentang ROHIS di sekolahanku, aku hanya memandang ROHIS sebagai organisasi biasa yang ada dibawah OSIS dan tentunya tak lebih baik dari pada OSIS. Tak heran, seperti anggapanku saat itu sekarang ini banyak teman-temanku yang menyepelekan keberadaan ROHIS. Seiring berjalannya waktu semakin aku tahu yang sesungguhnya tentang ROHIS.

Tak bisa dipungkiri bahwa ROHIS tak serendah itu. Bagaimanapun ROHIS adalah organisasi resmi yang didukung penuh oleh sekolahanku dan berlandaskan syariat islam dalam setiap langkahnya. Bahkan ROHIS di sekolahanku hingga kini telah melahirkan pemuda-pemudi islami yang sukses dikemudian hari.

Dari pengalamanku dan cerita dari Bapak dan Ibu guru, maka aku dapat menyimpulkan bahwa semakin aktif seorang siswa dalam mengikuti atau bahkan mengurusi kegiatan ROHIS maka Ia akan semakin banyak memperoleh manfaat dari amal perbuatannya di ROHIS.

ROHIS memang bukan organisasi elit seperti OSIS dan bukan pula organisasi tertinggi di sekolahanku seperti MPK. Namun ROHIS adalah organisasi pembenteng hati dari sikap tercela dan sekaligus sebagai organisais penyemangat dalam fastabikul khoirot . ROHIS membentengi hati para pengurusnya dengan siraman rohani setiap waktu. Siraman rohani tak hanya bermakna menyimak ceramah, namun juga bermakna sebagai suatu pemberian yang menjadikan rohani teduh dan tenteram.

(Penyerahan PIN ROHIS dari Mas Luthfie Maula (Ketua Rohis Smadha 2009-2010) ke saya selaku Ketua Rohis terpilih)

Jalan Hidup Menuju Hidayah

Standard

Aku dilahirkan dalam sebuah keluarga sederhana nan bahagia. Dengan orang tua yang sangat sayang kepadaku serta dua orang kakak perempuan yang selalu membimbingku. Keidupanku sungguh bahagia kala itu. Betapa tidak karena aku hidup ditengah keluarga yang sangat kuat ukhwah islamiyahnya.

Kumandang adzan dan lantunan ayat Al-Qur’an senantiasa terhembus ditelingaku setiap hari. Sejukkan hatiku dan jernihkan pikiranku. Masjid laksana rumah sendiri karena letaknya bersebelahan dengan rumahku dalam satu rangkaian tembok.


Dari mulai bayi yang tak tahu suatu apapun maka Allah SWT meniupkan karunianya bagiku sehingga aku sampai pada usia lima tahun. Ku rasakan ada yang berbeda dari diriku. Perbedaan yang istimewa dan tidak semua anak seusiaku mendapatkannya. Entah kenapa setiap langkah dan perbuatanku laksana disisipi rasa takut akan dosa dan siksa.

Sholat lima waktu tak pernah kutinggalkan. Begitu pula puasa ramadhan yang tak pernahku abaikan sejak usiaku beranjak lima tahun. Berbalut kasih sayang dari keluarga, hidupku semakin tentram. Rasanya asma Allah selalu ada disetiap hembusan nafasku.

Bumi terus berputar, daun yang gugurpun cerminkan datangnya musim yang baru. Matakupun terus terbelalak menatap alam yang membentang sambil terus kurenungi mengapa Tuhan ciptakan aku berbeda dengan mereka yang sebayaku. Anugerah dari Allah yang harus aku syukuri.

Cakrawala hidup berusaha terus ku jamah. Ku mulai sesuikan pribadiku dengan lingkungan baru di taman kanak-kanak bersama banyak kawan baru. Tak gampang bagiku untuk lakukan itu, karena aku hanyalah seorang yang pendiam dan pemalu. Aku belum berhasil, tiada teman yang setia bersamaku. Aku hanya sendiri dan tenggelam dalam kesepian lewati waktuku.

Cukuplah kiranya delapan bulan di Taman Kanak-kanak semenjak aku masuk, ku teruskan jenjang pendidikanku di sebuah Sekolah Dasar tepat disebelah Taman Kanak-kanak itu. Sekolahan baru membawa teman dan situasi baru. Langkah pendidikanku dari kelas satu hingga kelas tiga kini telah selesai dengan baik. Hanya rona bahagia yang terpancar di wajah kedua orangtuaku melihat nilaiku yang memuaskan kala itu. Aku sangat bahagia ketika melihat mereka bahagia.

Tak terasa, kini aku kelas empat SD. Goresan baru dengan penaku dimulai menggantikan pensil yang biasa aku gunakan dikelas sebelum-sebelumnya. Begitu juga pribadiku yang sudah bosan menjadi pendiam dengan sedikit teman. Aku ingin seperti temanku yang punya banyak teman, bebas dalam hidupnya dan tak terbebani apapun dalam pikirannya.

Perjuangan untuk mendapatkan banyak teman ku arungi dengan begitu sulit. Duka dan luka terukir dalam sanubariku dalam meniti anak tangga baru hidupku. Sampai akhirnya kesuksesan dalam usahaku mencari banyak teman terwujud. Dari saat itu, hidupku ramai dan penuh warna. Hingga tak sadar, jernihnya hati mulai keruh terciprat noda kotor karena dosa.

Sampai suatu ketika, saat naluri kekanak-kanakanku merasuk menghasutku menjadi anak nakal. Walaupun wajar bagi sebagian orang, namun sangat rawan bagiku karena ini adalah masa pembentukan jati diri muslimku. Saat itu aku pergi bermain bersama teman-temanku ke hulu sungai untuk berrenang. Aku tahu jika aku izin kepada orang tuaku pasti mereka tak akan mengizinkanku. Itulah yang menyebabkan aku tanpa pikir panjang pergi bermain bersama teman-temanku tanpa izin pada orang tuaku terlebih dahulu. Umi dan Abiku memang sangatlah sayang padaku, namun tak seharusnya rasa itu membuat mereka over protective padaku, ujarku kala itu. Namun ternyata kegelisahan orang tuakulah yang membuat Ayahku mencari dan menyuslku ke hulu sungai. Setibanya disana, segeralah telinga kananku menjadi sasaran empuk jeweran Ayah. Malu karena dilihat banyak orang dan perih telingaku membuat aku bergumamam dalam hati. ”masa sih main sama temen ke hulu sungai aja gak boleh?, huh nyebelin”.

Tak berhenti disitu, masa labil usia anak-anak terus ku alami. Kekurang hati-hatian dalam memilih teman menjadi sangat fatal ketika gelora semangat memiliki banyak teman lebih kupentingkan. Awal tahun ajaran baru saat aku menginjak bangku kelas enam SD, ada seorang anak laki-laki pindahan dari dusun lain tinggal di dekat rumahku. Keramahannya padaku membuat persahabatan kami semakin erat. Sejak awal orangtuaku sudah sering menasehati supaya aku membatasi hubungan persahabatanku dengannya, namun tak ku hiraukan itu. Memang anak itu pintar dan supel, tapi nampaknya faktor kurang perhatian dari orangtuanyalah yang membuat ia terlibat kasus pencurian tembaga. Akupun sangat kaget dan sontak aku sebagai sahabatnyapun terciprat getahnya. Anggapan buruk banyak orang padaku sempat membuatku takut dan gelisah. Namun, tiadalah yang maha melihat lagi maha penolong selain Allah SWT yang berbaik hati membukakan kebenaran yang tertutupi debu fitnah dan suudzon.

Berbagai peristiwa masa kecilku adalah suatu kenangan yang akan selalu tersimpan dalam memori otakku. Walaupun belum bisa menyulap pribadiku menjadi lebih suci dari dosa, namun akan ku renungi sebagai liku dan ujian hidup. Tahun yang baru, hidup yang baru dan masa yang baru kini tengah ku jalani. Masa remaja yang penuh dengan misteri dan problematika tengah ku hadapi. Hanya ada dua pilihan di masa rawan ini, hancur dan terprosok kedalam jurang kenistaan akibat salah langkah atau menjadi sosok yang lebih mulia dan penuh dengan kemanfaatan bagi oranglain karena istiqomah dalam kehati-hatian meniti jembatan hidup.
Masa remaja identik dengan masa puberitas dimana seseorang mulai merasakan ketertarikan pada lawan jenis. Seseorang akan masuk dalam dunia mimpi dengan sejuta khayalan yang membumbung tinggi. Dengan persepsi yang berbeda-beda pada setiap orang, membuat ketetapan Allah SWT tentang cinta sering kali tersimpangkan dari makna yang haq dari sisi Allah SWT.

Seperti rekan sebayaku, mulai ku rasakan benih-benih virus merah jambu tumbuh dihatiku, meracuni pikiranku hingga membuatku mabuk karenanya. Tiada satu kesempatanpun bagi syetan yang terkutuk sehingga mereka bersedia mebiarkan imanku tetap kokoh dengan tanpa menggodaku. Lewat buhul-buhul dan bujuk rayu, mereka kaburkan pandanganku terhadap perbedaan cinta dan nafsu. Keduanya menjadi tercampur baur sulit dibedakan. Itulah yang membuatku sulit dimana tumbuhnya rasa cinta beriringan dengan nafsu syahwat yang menggebu-gebu.

Tak kuat ku menahan gejolak cinta kemudiaan ku perbuat kemungkaran akibat tipu daya syetan. Walaupun kata pacaran sudah tak asing lagi dan bahkan banyak temanku yang melakukannya. Namun tak bisa ku elakkan, begitu banyak kemudhorotan yang akan di dapat ketimbang manfaat dari perbuatan itu. Hatiku menjadi risau terpikirkan oleh suatu hubungan yang belum halal yang di sebut pacaran. Namun ternyata kerisauanku akan kemudhorotan pacaran masih terkalahkan oleh bujuk rayu syetan lewat perantara teman-temanku yang juga berpacaran sehingga aku masih tetap melakukan hal itu.

Dosa semakin menggerogoti akidahku dan membuatku cenderung lebih malas beribadah. Dari saat itulah aku merasa kedekatanku dengan Rabbku menjadi lebih renggang. Syetan telah melakukan tipu daya sehingga aku melihat keindahan dan kebaikan di jalan menuju kehancuran. Zina mata, zina hati, dusta, munafiq dan sikap tak tahu malu. Setidaknya itulah seklumit kemudhorotan yang aku peroleh dari perbuatanku itu disamping banyak kemudhorotan lain yang mungkin terjadi.

Allah tidak tidur dan Allah maha bijaksana. Allah tak akan mungkin menurunkan azab sebelum turun peringatan bagi hambanya. Awal tahun di sekolahan baru menengah atas ku coba dapatkan pengalaman baru. Ku ikuti sebuah organisasi islam yang bernama “ROHIS (Rohani Islam)”. Singkat cerita, ku temui saudara-saudaraku sebayaku yang seiman yang sangat kokoh tekatnya dalam usaha menegakkan syariat islam di sekolahanku. Mereka berusaha memberikan contoh bagi kawan-kawannya lewat sikap yang beradab setiap saat. Subhanallah, tak kusangka ditengah hiruk pikuk modernisasi yang memakan jati diri muslim ternyata masih ada pemuda-pemuda tangguh disekitarku yang memiliki semangat jihad tinggi. Aku sungguh kagum pada mereka dan aku ingin seperti mereka yang dekat dengan Allah. Memang akan sangat sulit, tapi ukhwah islamiyah yang selalu mereka tebarkan disetiap langkah merekalah yang membuat aku bersemangat meniti langkah baru dalam hidupku. Prestasi yang gemilang seolah menjadi simbol kesuksesan dan balasan Allah bagi mereka yang dekat dengan-Nya. Pesona mereka sebagai remaja muslim sejati membuat mataku terbuaka akan keindahan cinta pada Allah yang lebih besar dari keindahan cinta pada apapun.

Aku tidak ingin termasuk dalam golongan orang yang berdiam diri dalam kebodohan. Aku terus berusaha memperbaiki diriku dan berusaha melaksanakan segala tanggungjawabku di segala hal dengan baik. Dari situlah hal yang tidak ku sangka-sangka terjadi. Suatu amanah besar dari saudara-saudaraku di dalam keluarga besar ROHIS. Kepercayaan sebagai seorang imam dalam tubuh organisasi ini awalnya sempat membuatku cemas dan takut jikalau aku tak mampu untuk mengemban tanggungjawab ini. Namun Allah SWT-lah yang membuat sanubariku kokoh dan teguh untuk berusaha melaksanakan amanah ini dengan baik sebagai wujud pengabdianku pada Allah SWT.

Seiring berjalannya waktu hatikupun semakin terpupuk subur oleh rasa yakin bahwa aku atas izin Allah akan bisa menegakan syariat islam dan mengajak teman-teman di sekolahku untuk lebih mengenal Allah. Tentu hal itu tak bisa ku lakukan sendiri karena saudara-saudaraku pengurus ROHIS lah yang selalu mendampingiku dan menjadi obat lelah dan lalaiku. Kini aku sadar bahwa aku tak sendirian karena aku ditemani dengan sudara-saudaraku muslim dan muslimah sejati yang akan saling tolong menolong dalam kebaikan sehingga aku akan tertolong oleh mereka dari kenistaan. Merekalah pemuda dan pemudi yang selalu berusaha mengendalikan nafsu dan berusaha melaksanakan pengabdian kepada Allah SWT dengan tulus ikhlas. Merekalah yang mengajariku untuk mengendalikan diri dari rasa cinta yang menipu dan menjerumuskan ke dalam jurang kenistaan. Bukan hanya tidak melaksanakan suatu perbutan dosa namun mereka juga meninggalkan jalan-jalan yang menjadikan mereka dekat dengan perbuatan dosa.

Berkat Allah SWT dan melalui perantara merekalah kini hatiku tergugah dan pribadiku berubah. Alhamdulillah kini aku bukan lagi sosok remaja muslim yang termakan kobaran hawa nafsu syahwati dengan mengatasnamakan cinta lewat jalan berpacaran. Ikrar sucu dari dalam lubuk hati bahwa aku berjanji pada diriku untuk bahwa atas izin Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang kan ku genggam hidayah ini erat-erat meskipun suatu saat aku harus berpisah dengan saudara-saudaraku dan purna dari kepengurusan Rohani Islam. Itulah jalan menuju hidayah dalam hidupku yang berliku, sampai akhirnya jalan lurus ku temui usai ku lihat cahaya illahi yang memancari hatiku.