Sunday, October 28, 2018

Insyaf

Standard
Aku tak pernah hampir semenyerah ini dalam berjuang. Tapi, aku tak mau bertindak bodoh dengan menyerah atas penyesalan di kemudian hari. Aku pikir, aku harus tetap berjuang dengan melibatkan Allah dalam ikhtiar-ikhtiarku.

Aku menginsyafi, bahwa selama ini aku terlalu congkak atas banyak keberhasilanku mencapai sesuatu, menang lomba, dan juga memimpin organisasi. Terkadang aku menisbatkan keberhasilanku pada diriku sendiri. Padahal, aku hanya perantara, Allah-lah dzat yang kuasa membuatku dapat mencapai ini dan itu.

Aku menginsyafi, aku kurang bersabar dan kerap gegabah. Tidak cukup kuat untuk bertahan dalam penderitaan dan ujian perjuangan. Harusnya tak demikian, toh semua manusia akan diuji dalam sabar. Karena ujian adalah konsekuensi iman, maka kesabaran demi kesabaran harus dipupuk, kesabaran kita harus seluas samudera.

Aku menginsyafi, aku terlalu banyak berkeluh kesah akhir-akhir ini. Seakan hidupku yang paling susah sedunia, seakan ujianku yang paling berat. Padahal, masih banyak manusia yang diuji dengan beban-beban yang lebih berat. Padahal, masih ada manusia yang lebih susah hidupnya.

Tulisan ini adalah pengingat untuk diri sendiri agar lebih kuat dan tabah dalam menjalani hidup. Rencanakan dan isi hari-hari dengan kebaikan. Bangun pola pikir positif dan yakinlah semua akan membaik dan baik-baik saja. 

0 komentar:

Post a Comment